Share

Bab 7 - Tudingan Tak Berarah

Davina berdiri di depan pintu ruang VIP dengan wajah bersimbah air mata. Tatapan sayu, meski pertemuannya dengan Kakek hanya berlangsung sebentar, namun ia merasakan kasih sayang yang selama ini tak pernah ia dapatkan dari keluarganya.

Davina menyapu jejak air mata di kedua pipinya, memutar kenop dan menunggu pintu dihadapannya perlahan terbuka. Matanya terpaku pada beberapa orang yang sudah berkumpul memadati ruangan.

Langkah Davina bergetar saat memasuki area dalam ruangan. Ia langsung disambut oleh tatapan orang-orang yang menganggapnya sebagai sosok asing.

"Kau!" teriak Maria. Matanya melotot saat melihat Davina melangkahkan kakinya memasuki ruangan. "Apa yang sebenarnya telah kau lakukan?!" Maria mencengkram kasar lengan Davina. "Kenapa Ayahku meninggal setelah bertemu denganmu!"

“A-aku ….”

Tindakan Maria membuat Davina terbata. Ia terlalu kaget atas tudingan yang diarahkan sang ibu mertua hingga tak mampu untuk membela diri.

Melihat wajah bersalah Davina, Maria semakin menjadi-jadi. “Pasti kamu! Pasti kamu dalangnya! Andai putraku tidak menikahimu demi–”

“Cukup!”

Suara keras yang tiba-tiba terdengar, mengalihkan perhatian semua orang pada sosok tinggi bermanik hitam yang menatap kejadian di depan mata dengan wajah gelap.

Itu Lucas.

“Ma, tenangkan dirimu,” lerai Lucas dengan wajah serius. "Kita ada di rumah sakit.”

Melihat wajah Lucas yang begitu gelap, Maria pun tidak berani membantah. Putranya seperti apa, Maria yang paling tahu. Akhirnya, wanita itu hanya melemparkan tatapan benci pada Davina dan menghempaskan lengan gadis itu dengan kasar.

Davina agak terdorong ke belakang hingga tubuhnya limbung dan hilang keseimbangan. Namun, sebuah tangan mencengkram lengannya, menahan tubuhnya sebelum terjengkang membentur lantai.

Saat mengangkat pandangan, mata Davina terpaku pada wajah tampan yang menatapnya datar.

"Ikut aku." Lucas menyentak lengan Davina. Menarik paksa untuk mengikuti langkahnya keluar dari ruangan.

Setelah langkah yang terburu-buru melewati lorong panjang, mereka tiba di basement dimana tak ada seorangpun yang muncul di area parkir.

Lucas menghempaskan tubuh Davina ke badan mobil lalu menghela napas berat. Rahangnya mengetat, menatap tajam sosok yang dalam beberapa jam saja telah berhasil menyebabkan banyak masalah di keluarganya.

"Apa yang terjadi pada Kakek?" Tudingnya.

Davina mengangkat wajahnya yang sedari tadi tertunduk lesu.

"Ka-kakek hanya …" Davina terbata diantara isak tangis.

"Bicaralah dengan jelas," desis Lucas yang mulai bosan dengan sikap Davina yang terus bertele-tele.

Davina meremat jemarinya, gugup. "Kakek hanya mengatakan bahwa dia senang melihat kita menikah."

Lucas berdecih sinis, pandangannya tak lepas dari tubuh yang bergetar ketakutan.

"Dan … dia juga merasa lega serta bisa pergi dengan tenang," lanjut Davina lirih.

Lucas menyugar rambut depannya. "Merepotkan."

Davina mengernyitkan keningnya bingung. Apa pria itu baru saja memakinya merepotkan?

Davina mengepalkan tangan—mengumpulkan keberanian untuk membela harga dirinya, satu-satunya hal yang masih dimilikinya di dunia ini.

"Apa maksudmu?"

"Kau dan pria tua itu sama-sama merepotkan," balas Lucas dengan pandangan dingin. "Mati setelah melihatku menikah dan terjebak dengan seorang gadis bodoh. Yang benar saja," gumam Lucas mengeluh.

‘Pernikahan … konyol? Gadis bodoh!?’ Mata Davina mengilatkan amarah, dia tersinggung. “Apa kamu pikir aku senang menikah denganmu!? Kalau bukan karena Ayah yang memaksaku untuk mengganti–!”

Ucapan Davina langsung terhenti. Akal sehatnya bekerja tepat waktu untuk meredam amarah dan mengingatkannya akan bahaya yang mengintai.

"Mengganti?" desis Lucas dingin. Ia menatap wanita itu tajam, menunggu kalimat selanjutnya yang sedikit mengusik rasa penasarannya.

“Lupakan …,” balas Davina seraya menundukkan kepala. “Maafkan aku …,” imbuhnya.

Lucas mendengus dingin. "Aku tidak memerlukan maafmu."

Ia memainkan pandangannya, menyusuri wajah yang tertunduk dalam. Sesaat lalu ia melihat keberanian yang tak lama kembali meredup tanpa alasan.

"Lagi pula, ini kesempatan terakhir yang kau miliki untuk bersikap di luar peranmu."

Mata Davina melebar. Dia menoleh cepat ke arah Lucas sembari meremas ujung bajunya.

'Apa … maksud pria itu?'

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status