Siang hari, Della memasuki rumah dengan semangat. Akan tetapi, baru saja Della sampai di ambang pintu, dia melihat orang tuanya sudah rapi dan ada beberapa koper di sebelahnya, Della pun bertanya.
"Assalamualaikum, Yah, Bu, loh kita mau ke mana?"
"Waalaikumsalam, kita akan pindah, Nak, karena ayah kerjanya pindah ke Jakarta, jadi kita harus ikutan ke sana," jawab Rahma—ibunya Della.
"Apa gak bisa kita tetap tinggal di sini berdua, Bu?" Della kembali bertanya.
"Enggak bisa ya, soalnya nanti ayah kerja di sana itu tetap." Kali ini bukan Rahma yang menjawab, melainkan Rizki—ayahnya Della.
"Tapi, Yah, bagaimana dengan sekolah dan temanku?"
"Soal sekolah sudah ayah urus, kalau soal teman, kan nanti pasti dapat teman lagi di sana," ucap Rizki.
"Kok mendadak gini sih ...." Della kesal.
"Langsung siap-siap aja ya kamu, habis salat asar nanti kita berangkat," ucap Rahma.
Della pun langsung melangkahkan kakinya menuju kamarnya, dia segera mandi dan bersiap-siap.
Tak lupa juga, dia menunaikan salat asar terlebih dahulu.Setelah Della sudah selesai menyiapkan semua baju dan barang-barangnya, dia langsung memakai kerudung dan segera keluar kamar."Della sudah siap," ucap Della sambil membawa dua koper di tangan kanan dan kirinya.
"Iya udah, ayo langsung berangkat!"
Della beserta ayah dan ibunya langsung menuju mobil, Rizki mulai melajukan mobilnya dengan mengucap basmallah sebelumnya.
Karena mereka berangkatnya setelah asar, maka mereka salat magrib di jalan.
"Kita salat magrib di masjid depan dulu, ya," ucap Rizki. Dan Rizki pun langsung menepikan mobilnya di depan masjid.
Setelah mereka sudah selesai melaksanakan salat magrib, mereka kembali melanjutkan perjalanan kembali.
Jam tujuh, mereka sampai di rumah baru. Rizki yang masih tertidur pun langsung dibangunkan oleh ibunya.
"Nak, bangun! Udah sampai." Rahma menggoncang tubuh Della pelan.
"Hoam, udah sampai, Bu? Masih ngantuk." Della bertanya sambil menguap.
"Udah, makanya ayo masuk, salat dulu baru tidur lagi," ucap Rahma.
Della pun langsung keluar dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumah.
"Kamar kamu ada di sebelah timur, Nak, tadi ayah udah suruh orang untuk beresin," ucap Rizki saat memasuki rumah dengan membawa koper di kedua tangannya.
"Iya udah, Yah, Della ke kamar dulu. Mana koper Della? biar sekalian Della bawa ke kamar," ucap Della langsung mengambil koper yang dibawa ayahnya, setelah itu dia langsung pergi ke kamarnya.
'Ceklek' Della membuka pintu kamarnya, 'besar juga kamarnya' ucap Della dalam hati.
"Aduh..., capeknya." Della menjatuhkan dirinya di atas kasur.
Setelah beberapa menit Della merebahkan dirinya, dia langsung memutuskan untuk mandi."Mending aku mandi dulu, deh," ucap Della lalu membuka kerudungnya, dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.
"Nak, ayo makan dulu!" Teriak Rahma dari arah luar kamar. Della yang baru selesai mandi pun langsung menjawab. "Iya, Bu, bentar lagi Della keluar."
"Wah udah pada makan ya," ucap Della saat sampai di ruang makan.
"Iya lah, tadi nunggu kamu kelamaan, karena ayah udah lapar pakai bange. ya langsung makan aja," ucap Rizki sambil tertawa.
"Iya deh, Yah," balas Della.
"Udah-udah, makan dulu, Nak!" Rahma menyiapkan makanan Della.
"Makasih, Ibu." Della tersenyum.
Karena Della juga yang merasa sangat lapar, tidak membutuhkan waktu yang lama, makanannya sudah habis.
"Alhamdulillah." Della menaruh gelas kembali ke meja.
"Eh, Yah, nanti aku sekolah di mana?" tanya Della.
"Kamu udah ayah daftarin di madrasah dekat rumah kita," jawab Rizki.
"Wah iya, kah? Mulai kapan aku bisa masuk sekolah?" Della merasa senang.
"Besok hari sabtu kamu bisa mulai sekolah, soalnya kan besok jumat, jadi libur." Rizki menjelaskan.
"Oh gitu ya, Yah. Oke deh," ucap Della.
"Eh, sebelum kamu masuk sekolah dan ayah sibuk kerja, mau gak kalian ayah ajak untuk jalan-jalan?" tanya Rizki.
"Jalan-jalan kemana, Yah?" Bukan Della yang bertanya, melainkan Rahma.
"Kita lihat besok, soalnya ayah juga belum tau, hehehe." Rizki tertawa pelan.
"Iya udah, Della ke kamar dulu, ngantuk soalnya." Della langsung melangkahkan kaki menuju kamar kamarnya, karena sudah sangat ngantuk dia langsung tertidur.
*****
Keesokan harinya pukul setengah lima, Rahma membangunkan Della.
"Della bangun, salat subuh!" Rahma meneriaki Della untuk segera bangun.
Della mendengar ada orang yang memanggilnya langsung membuka pintu kamarnya.
"Iya, Bu, Della sholat subuh dulu ya," ucap Della, kemudian dia kembali menutup pintu kamarnya.
Jam menunjukkan pukul enam, dan Della sudah selesai mandi, kemudian dia melangkahkan kaki keluar kamar.
Saat sampai Della melihat ke arah ruang makan, dan disana ada kedua orang tuanya yang sudah sarapan. Della berlari menghampiri mereka.
"Eh, udah ada ayah sama ibu." Della menghampiri mereka.
"Iya, kan kamu yang suka telat sendiri," ucap Rahma.
"Ayo sarapan bareng!" Ajak Rizki.
"Bentar, Yah, aku cuci tangan dulu." Della langsung berjalan kembali menuju dapur.
"Eh, nanti mau pergi kemana, Yah jadinya?" tanya Della saat kembali ke ruang makan.
"Kita ke mall aja ya, nanti sekalian beli perlengkapan sekolah atau rumah," jawab Rizki.
Setelah selesai makan.
"Bu, aku ke kamar dulu ya, mau siap-siap"
"Iya deh sana, ayah sama ibu juga mau siap-siap," ucap Rahma.
"Iya Bu, ini mau siap-siap."
Lalu Della pun pergi meninggalkan meja makan.
Sesampainya dikamar Della.
"Kira-kira pakai baju ini cocok gak ya?" Della melihat dirinya dari pantulan cermin.
"Cocok sih, pasti aku cantik banget kalau pakai baju ini," jawab Della sendiri. Memang aneh, Della tanya ke dirinya sendiri dan dijawab sendiri, sudah biasa.
Della sendiri langsung siap-siap, dia memakai gamis, kerudung panjang sama sandal slop, tak lupa juga Della membawa slinbag buat bawa Hp dan Powerbank.
"Nah udah rapi," ucap Della saat sekali lagi melihat dirinya dari pantulan cermin.
Della langsung keluar dari kamar, saat berjalan beberapa langkah Della melihat ayah dan ibunya yang sudah menunggu didepan tv.
"Ayah, Ibu!" Panggil Della.
Rizki dan Della pun langsung menoleh,
"Lama bener sih, Nak, eh kalau berkerudung gini ya cantik, apalagi pakai gamis juga." Puji Rahma yang tak jadi mengomel."Iya dong, Bu, Della kan emang cantik. Iya kan, Yah?" Della melirik ke arah ayahnya.
"Hehe iya deh, anak ayah memang cantik," jawab Rizki sambil tertawa kecil.
"Iya-iya, anaknya ayah Rizki memang cantik." Rahma pasrah.
"Iya udah ayo, keburu siang nanti!" Ajak Rizki.
Mereka bertiga pun langsung keluar rumah.
Saat didalam mobil,
"Mau mampir kemana dulu kita?" Tanya Rizki.
"Mending langsung ke mall aja deh, Yah," jawab Rahma.
"Iya langsung ke mall aja," sahut Rahma.
"Ya udah siap cantiknya ayah," jawab Rizki dengan menunjukkan senyum manisnya.
Della dan ibunya yang melihat itu pun tertawa kecil.
Hari ini, sudah sepuluh hari dimana Syafiq dan Della sah menjadi suami istri. Dan sekarang pukul satu siang, mereka berdua sedang bertukar cerita di teras rumah."Mas!" panggil Della."Apa, Sayang?" Syafiq menoleh ke arah Zahra kembali bertanya."Ayok keluar, aku lagi pengen makan bakso. Soalnya udah lama aku gak makan bakso," ucap Della."Mau makan bakso dimana?""Ya di warung bakso, Mas. Yakali mau beli bakso di warung nasi padang?""Iya tau lah, maksud mas itu warung bakso yang sebelah mana? Warung bakso kan banyak ....""Ya, gak tau, Mas. Nanti cari aja di jalan, kalau ada warung bakso tinggal mampir.""Iya udah, sekarang kamu siap-siap. Biar mas panasin mobilnya dulu," ucap Syafiq."Iya udah, aku masuk ke dalam dulu, ya.""Eh, bentar." Syafiq mencegah tangan Della untuk menghentikan langkahnya."Apa lagi, Mas?" Della membalikkan tubuhnya."Jangan lupa pakai cadarnya ya, Sayang," ucap Syafiq samb
Menikahi seseorang yang mencintai Allah, akan menunjukkan lebih banyak hal tentang masa depan dibanding apa yang kau lihat dan dengar sekarang.Pagi tadi, Della dan Syafiq sudah pindah ke rumah yang sudah di beli sebelum pernikahan.Sekarang mereka sedang santai-santai di ranjang kamar."Syafiq." Syafiq memanggil Della dengan begitu lembut."Iya, Mas. Kalau boleh, apakah mas mau manggil aku dengan sebutan dek?" Pertanyan Della yang membuat Syafiq seketika tertawa kencang. "Jadi kamu mau mas panggil dengan panggilan dek?""Iya, Mas. Memang kenapa kok mas malah tertawa ih ...." Syafiq menunjukkan raut kesal di wajahnya."Ututu, gak apa-apa dong, Dek." Syafiq menarik-narik pipi Della dengan pelan."Aw, sakit, Mas." Della merintih."Iya-iya, Dek." Tangannya Syafiq berpindah mengelus-elus pucuk kepala istrinya. "Dek, apakah mas boleh tiduran di pangkuan?" Della yang mendengar pertanyaan Syafiq pun langsung terkejut. "Hah?"
Pernikahan adalah ibadah, dan setiap iba dan bermuara pada cinta-Nya sebagai tujuan. Sudah sewajarnya setiap upaya meraih cinta-Nya dilakukan dengan suka cita.Hari ini, matahari bersinar terang. Seakan menggambarkan suasana hari ini sama halnya seperti Della, yang merasa dirinya paling bahagia pagi ini. Iya, Della bahagia, karena hari ini tepat tanggal enam belas september, nanti dia akan sah menjadi seorang istri dari laki-laki yang sholeh."Della, jangan lama-lama, ya. Sebentar lagi kita akan berangkat," ucap Rahma setelah menghampiri Della yang sedang duduk di depan meja rias."Iya, Bu. Bagaimana dengan wajahku? Gak ketebalan, kan?" tanya Della."Enggak, kok. Kamu cantik, make up nya natural seperti ini.""Terima kasih, Ibu.""Ra, ingat pesannya ibu, ya. Sampai kapanpun kamu dengan Syafiq harus tetap bersama, jangan sampai ada kata pisah walaupun ada masalah seberat apapun." Rahma berpesan kepada putri satu-satunya."I
“ Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna imannya.”(HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)Pagi ini, Della akan pergi bersama dengan Fatimah dan Nur Khalisah—umi dari Syafiq.Rahma dan Khalisah memutuskan mengajak Della untuk memilih gaun yang akan dipakainya nanti."Della, ayo berangkat sekarang." Langkah kaki Rahma keluar dari kamar sambil membenarkan tas yang dipakainya."Ayo, Bu."Mereka berdua janjian dengan Khalisah di salah satu butik terkenal milik saudara Khalisah yang ada di daerah situ. Della dan ibunya mengendarai mobil untuk menuju ke lokasi butik, dan membutuhkan waktu setengah jam untuk sampai."Umi Khalisah sudah sampai sini belum, ya." Della dan Rahma keluar dari mobil dan langsung masuk ke dalam butiknya."Selamat datang, dengan atas nama Della dan Ibu Rahma?" tanya pelayan yang menyambut
'Kring kring kring'Alarm Della berbunyi nyaring tepat pada jam tiga, Della yang mendengar itu pun langsung bangun dari alam mimpinya.Dia segera bergegas ke kamar mandi mengambil air wudhu untuk melaksanakan salat tahajud.Della membaca kalam Al-quran sampai azan subuh.Setelah Della selesai melaksanakan salat subuh, dia merapikan tempat tidurnya serta membersihkan setiap sudut kamarnya.Tepat pukul enam, dia keluar dari kamarnya untuk membantu Rahma."Ibu, apakah perlu bantuan Della?" tanya Della saat baru saja menemui ibunya di dapur."Tolong kamu masak nasi, ya. Biar ibu yang goreng ikan sama masak sayurnya," pinta Rahma."Iya, Bu, udah dicuci belum berasnya?""Belum, Del. Ini cuci dulu." Rahma memberikan beras yang yang sudah ada di wadah.Butuh waktu empat puluh lima menit, Della dan ibunya menyiapkan makanan."Del, kamu panggil ayah dulu, ya. Biar ibu ambil piring."
Sepuluh hari berlalu setelah acara perpisahan. Hari ini, Della bangun pagi-pagi sekali seperti biasanya. Della dan Dila hari ini diajak oleh ayah dan ibunya Rena untuk mengantar Rena ke pondok pesantren, karena itu kemauannya Rena.Saat Della baru saja memakai kerudung, pintu kamarnya sudah diketok-ketok dari luar."Della, kamu ngapain aja kok lama banget? Nisa udah nungguin kamu di bawah." Teriakan Rahma membuat Della merasa gugup, dia berkerudung dengan waktu yang cepat. Karena Della 'tak mau kalau nanti ibunya terus berteriak-teriak.Baru saja Della keluar kamar, ibunya kembali mengomelinya. "Kamu udah ditungguin Nisa daritadi kok lama banget sih, kan kasihan dia.""Gak apa-apa kok, Tante. Kan belum terlalu lama juga aku nungguinnya," ucap Nisa."Iya maaf, Bu. Iya udah, aku sama Nisa mau pergi dulu. Assalamualaikum." Della dan Nisa melangkahkan kaki keluar rumah, 'tak lupa juga mereka berdua menicu
Ketika ada manisnya pertemuan, kita juga harus merasakan pahitnya perpisahan.Pagi ini, seorang gadis sudah berpenampilan sangat cantik dengan mengenakan gamis putih serta kerudung warna hijau. Iya, gadia tersebut adalah Della. Dia hari ini akan melaksanakan acara perpisahan di madrasahnya. Dia sekarang tengah menatap dirinya di pantulan cermin. "Aku sudah besar, ya. Sampai sudah ada yang ingin meminangku. Apakah diriku pantas menjadi istri dari anak seorang kiyai? Ya Allah, jika memang engkau telah menyiapkan dia untukku, maka permudahkanlah segala urusan yang mengenai aku dan dia kedepannya. Sesungguhnya Engkaulah yang maha meringankan segala urusan. Dan jika dia tidak Engkau takdirkan untukku, damaikanlah kita berdua," ucap Della pelan penuh dengan harapan.Jam menunjukkan pukul setengah tuj
Kau yang sudah berani meminangku, 'tak akan aku tolak. Karena kamu adalah orang yang sangat berani dalam kebaikan. Kamu memilih meminangku untuk menikah daripada menembakku untuk berpacaran.Hari ini, Della, Nisa, dan Rena sedang bersantai-santai di kantin karena mereka baru saja telah menyelesaikan ujian madrasah yang sudah dilaksanakannya sepuluh hari."Kalian habis ini rencananya mau ngapain? Mondok? Atau kuliah?" tanya Nisa."Aku sih kayaknya mondok," jawab Rena."Kalau kamu, Del? Mau ngapain?" Pertanyaan Nisa yang membuat Della terdiam seperti memikirkan sesuatu."Sepertinya aku kuliah, deh. Soalnya ayah pernah ngomong begitu," ucap Della."Oh, bagus deh. Nanti kita bakalan pisah dong," ujar Nisa sambil merengut."Iya, tapi jangan sedih, dong. Kita berpisah kan juga untuk masa depan kita, asal kalau s
Jika kamu belum tahu tentang suatu hal dengan pasti, maka cari tahulah hal tersebut selagi dalam kebaikan.Hari ini Della, Nisa, dan Rena sedang mengobrol-ngobrol di dalam kelas. Karena tadi setelah jam istirahat kelasnya jam kosong."Sa, Ren, aku mau tanya.""Tanya apa, Del?""Kalian ada niatan untuk bercadar gak, sih?" tanya Della."Kalau niatan sih ada, akan tetapi aku belum mantap aja. Masih takut nanti kalau cuma sesaat, belum bisa istikomah," jawab Nisa."Oh gitu, ya. Kalau Rena?" Della kembali bertanya.