Short
Demi Anak Angkat, Aku Dikorbankan

Demi Anak Angkat, Aku Dikorbankan

By:  FighterCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
11Chapters
6views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Putri angkat ayah secara tidak sengaja terkunci di gudang kecil selama belasan menit. Hal itu membuat Ayah langsung mengikat dan memasukkanku ke dalam gudang, bahkan menutup ventilasi udara dengan handuk. Dia berkata, "Sebagai kakak, kalau nggak bisa menjaga adikmu, kamu harus merasakan penderitaan yang dia alami!" Tapi aku punya fobia terhadap ruangan sempit. Di gudang yang kecil dan gelap itu, aku hanya bisa menahan rasa takut untuk memohon belas kasihan Ayah. Sementara dia hanya menegurku dengan keras, "Ini adalah pelajaran agar kamu ingat bagaimana menjadi seorang kakak!" Ketika cahaya terakhir sirna, aku berjuang dalam kegelapan. Seminggu kemudian, Ayah akhirnya teringat padaku dan memutuskan untuk mengakhiri hukuman ini. "Semoga pelajaran ini bisa membuatmu selalu ingat dan kalau terjadi lagi hal seperti ini, kamu akan kuusir dari rumah ini!" Tapi dia tidak tahu bahwa aku sudah lama mati di gudang, dan tulang-tulangku pun mulai membusuk.

View More

Chapter 1

Bab 1

Saat makan malam.

Ayah melihat anak-anaknya yang duduk di meja makan, sedang menunggu untuk mulai makan. Dia mengerutkan kening melihat kursi kosong di ujung.

"Apa anak sialan itu nggak mengerti aturan? Apa semua orang harus menunggunya untuk mulai makan? Dihukum nggak membuatnya mengerti juga, sepertinya hukumanku terlalu ringan."

Tangan Kepala Pelayan, Candra, berhenti sejenak dan menjawab dengan hati-hati, "Tuan, Nona Besar masih dihukum di gudang. Apa sebaiknya dia dibebaskan?"

Ayah yang sedang mengambil gelas, berhenti sejenak sambil melirik ke arah gudang. Dia tampak terkejut, tetapi segera tenang kembali.

Dengan raut wajah normal, dia berkata dengan acuh tak acuh, "Biarkan saja, kurung beberapa hari lagi. Kalau nggak membuatnya menderita, entah apa yang akan dia lakukan untuk menindas adik-adiknya di masa depan."

Kepala pelayan melirik sepasang anak laki-laki dan perempuan yang duduk di kursi mereka, sedang bersiap untuk makan. Wajah mereka merona, terlihat sangat baik-baik saja.

Candra merasa agak kasihan pada Nona Besar. Setelah ragu sejenak, dia berkata dengan hati-hati, "Tuan … gudang tempat Nona Besar dikurung sudah lama hening. Apa Anda tidak ingin melihatnya sebentar?"

Ayah meletakkan gelas, menatap dingin ke arah kepala pelayan dan berkata dengan nada datar, "Wajar kalau dia nggak punya energi untuk teriak setelah dikurung lama. Ada makanan, minuman, dan AC di gudang, dia nggak akan mati kelaparan. Kalau masih nggak mengaku salah setelah dikurung berhari-hari, dia memang cari mati."

Saat Kepala Pelayan hendak mengatakan sesuatu, dia disela oleh kata-kata Ayah, "Sudah, sekarang waktunya makan. Jangan membicarakan hal-hal yang menyebalkan seperti ini. Setelah makan malam, tanyakan padanya apakah dia mengakui kesalahannya. Kalau dia mengaku salah, suruh dia minta maaf pada adiknya dengan benar. Itu saja untuk saat ini."

Setelah mengatakannya, Ayah seakan melupakanku dan menatap dengan lembut ke arah putri angkatnya, Wisha Sarman, dan putranya, Yovan Sarman, yang sedang makan di sampingnya. Ayah mengupas udang dan menaruhnya ke mangkuk Wisha.

"Ada apa Wisha? Kenapa kamu makan sedikit sekali? Kamu paling suka udang, makanlah lebih banyak lagi," ucap Ayah sambil mengusap rambut Wisha dengan lembut.

"Apa kamu takut? Jangan takut, kali ini Ayah sudah memberi pelajaran pada Sasha, gadis kurang ajar itu. Dia pasti nggak akan berani menindasmu lagi."

Wisha mendongak dengan raut wajah polos dan centil.

"Ayah memang paling menyayangiku. Sebenarnya, selama Kakak minta maaf padaku, aku nggak akan menyalahkannya. Sekarang setelah dihukum, dia pasti makin membenciku."

"Mana berani dia!" seru Ayah dengan galak, tak mampu menyembunyikan amarahnya. Kemudian, dengan raut wajah penuh kasih sayang, dia berkata pada Wisha, "Kamu adalah putri kesayangan Ayah, dia nggak berani membencimu."

Adik laki-laki Wisha juga menghiburnya sambil tersenyum, "Jangan khawatir, Kak Wisha. Aku akan melindungimu. Kalau orang menyebalkan itu menindasmu lagi, aku akan memotong tangannya!"

Mendengar ucapan Ayah, aku merasa lucu dan tak kuasa menahan tawa.

Tapi sikap adikku sungguh tak terduga. Dia bahkan ingin memotong tangan kakak kandungnya sendiri. Dilihat dari kekejaman dan rasa jijik di matanya, ini bukan lelucon.

Adikku yang kubesarkan sejak kecil, berani melakukan ini demi orang asing.

Hah!

Konyol sekali.

Aku tertawa terbahak-bahak, tapi sayangnya, tak seorang pun bisa mendengar tawa ini.

Karena aku sudah mati.

Saat sudah mati, jiwaku baru bisa keluar dari gudang itu.

Aku melayang di udara dan melihat mereka seperti penonton. Pintu kayu di gudang itu tertutup rapat dan satu-satunya ventilasi yang tersisa juga ditutup dengan handuk, menyerupai peti mati.

Emang bukan dikubur hidup-hidup, tapi seperti dikubur hidup-hidup.
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
11 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status