Share

Bab 3

Author: Fighter
Setelah membujuk Wisha makan malam dan melihatnya tersenyum bahagia, Ayah akhirnya memerintahkan Kepala Pelayan dengan berlagak bermurah hati.

"Pergi dan lepaskan Sasha, ingat suruh dia mandi dulu sebelum keluar menemui kami. Jangan sampai membuat kami kehilangan nafsu makan."

Raut wajah Ayah terlihat seolah-olah sangat berbesar hati, seperti mengurungku di gudang selama seminggu penuh lalu sekarang membebaskanku adalah sebuah anugerah besar.

Kepala pelayan menerima perintah itu dan segera menyuruh orang untuk melakukannya.

Wisha berdiri di samping, tampil dengan sikap manis dan penuh pengertian sambil meraih tangan Ayah dan berkata dengan manja, "Ayah, nanti kalau Kakak keluar, jangan terlalu galak padanya. Bagaimanapun juga, dia anak kandung Ayah, berbeda denganku. Dengan Ayah yang sudah baik padaku, aku sudah sangat bersyukur."

Mata Ayah penuh dengan kasih sayang dan perasaan lega.

Dia mengelus rambut Wisha dengan lembut.

"Jangan katakan soal anak kandung atau bukan, kamu juga anakku, putri kecilku. Wisha, kamu ini terlalu baik hati. Aku memang terlalu memanjakan anak sialan itu."

"Tenang saja, dia tidak akan pernah berani mengganggumu lagi. Dia memang kejam, sampai berani-beraninya mengurungmu di gudang. Aku bahkan nggak berani membayangkan betapa takutnya kamu waktu itu."

Nada Ayah penuh dengan amarah dan kekecewaan, seolah-olah aku adalah anak yang benar-benar tidak punya harapan dan jahat luar biasa.

Mendengar semua itu, aku mau tak mau tersenyum sinis.

Faktanya, kejadian Wisha dikurung di gudang itu jelas-jelas adalah rencananya sendiri.

Benar-benar dua orang bodoh yang sudah tertipu, tapi masih belum sadar.

...

Seminggu sebelumnya.

Wisha tiba-tiba masuk ke kamarku dengan nada mengejek dan menantang.

"Dengar-dengar, kamu mau ajukan pindah ke asrama supaya bisa keluar dari sini?"

"Mau memakai cara seperti itu untuk menarik perhatian Ayah? Bodoh sekali."

"Apa kamu percaya, cukup dengan satu kalimat dariku, Ayah dan Yovan akan selamanya membencimu?"

"Kalau nggak ada kamu, aku akan jadi satu-satunya putri Keluarga Sarman dan semua harta milik Keluarga Sarman akan menjadi milikku."

Aku malas meladeninya dan langsung menutup pintu.

Namun, dia malah pergi ke gudang dan sekitar sepuluh menit kemudian tiba-tiba mulai memukul-mukul pintu gudang.

Adikku yang baru pulang dari les, membebaskannya dari dalam gudang.

Begitu keluar, Wisha langsung menelpon Ayah sambil menangis.

"Ayah, aku takut sekali."

"Aku tahu Kakak nggak suka padaku, tapi dia malah mengurungku di gudang. Aku benar-benar ketakutan.

"Aku tahu aku bukan anak kandung Ayah, jadi wajar kalau Kakak membenciku. Tapi gudang itu gelap sekali, menakutkan. "

"Ayah, lebih baik kirim aku ke panti asuhan saja. Kalau aku nggak ada, Kakak pasti nggak akan marah lagi."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Demi Anak Angkat, Aku Dikorbankan   Bab 11

    Setibanya di kantor polisi, aku berniat mengikutinya ke ruang interogasi. Aku sangat ingin melihatnya mengaku dengan mata kepalaku sendiri.Tapi begitu tiba di pintu, aku terpental keluar dan merasakan sedikit rasa sakit setelah sekian lama.Aku mencoba masuk beberapa kali, tapi tetap gagal. Rasa nyeri yang seperti membakar jiwa itu begitu menusuk, membuatku akhirnya menyerah dan kecewa.Beberapa hari berikutnya, aku hanya mondar-mandir di pintu masuk kantor polisi dan menyusun beberapa informasi dari percakapan orang-orang.Tidak banyak kabar yang aku dapatkan, tetapi aku juga mendengar kabar yang membuatku senang.Bukti pembunuhan berencana Ayah sudah jelas. Dia mengaku bersalah dan akan segera dijatuhi hukuman, kemungkinan besar hukuman mati.Perusahaannya telah ditutup karena dugaan penggelapan pajak dan masalah lainnya dalam tiga tahun terakhir. Awalnya aku mengira Wisha akan dibebaskan, tetapi selama penyelidikan, aku dengar polisi menemukan bahwa putra paman Wisha tidak meningg

  • Demi Anak Angkat, Aku Dikorbankan   Bab 10

    Suara itu membuat dua orang yang duduk di sofa itu kaget setengah mati.Ayah adalah orang yang pertama duduk dengan tegak, pura-pura merapikan bajunya, lalu baru bernapas lega setelah memastikan tidak ada orang di sekitar.Aku juga terkejut. Aku benar-benar tidak menyangka bisa mengambil sesuatu, jadi secara naluriah aku terbang mendekat untuk mengamatinya dengan saksama."Ah!""Ada hantu!"Wisha kebetulan melihat bayangan, yang membuatnya takut dan menjerit.Apa yang terjadi? Apa dia bisa melihatku?Aku tiba-tiba terpaku di tempat, tidak mengerti apa yang sedang terjadi, dan tidak berani bergerak sejenak.Setelah terdiam beberapa detik dan menyadari tidak ada apa-apa di sekitar, Wisha mengulurkan tangan dan memeluk pinggang Ayah dengan manja."Aku takut, peluk aku!"Dia tiba-tiba duduk di pangkuan Ayah dengan pakaian bagian atasnya setengah terbuka.Mereka berdua kembali bercumbu, hanya menyisakan suara desahan sesekali. Aku benar-benar berharap aku buta saat menyaksikan adegan ini,

  • Demi Anak Angkat, Aku Dikorbankan   Bab 9

    "Kenapa kau tidak takut saat mengurung Wisha? Sudah terlambat untuk memohon belas kasihan!""Kau telah dimanja oleh orang tuamu selama bertahun-tahun, kurasa kau sudah cukup menikmatinya. Sementara Wisha sangat menyedihkan tidak punya Ayah dan Ibu, tapi kamu bahkan berani menindasnya.""Aku beri tahu, kalau kamu berani menyentuh sehelai rambutnya, hukumanku akan membuatmu ingat selamanya.""Kak, kamu gadis yang sangat kejam. Hukuman Ayah untukmu itu terlalu ringan.""Nantinya, kamu bukan lagi kakakku dan aku nggak punya saudara yang jahat sepertimu.""Lebih baik kamu mati saja, memalukan punya Kakak sepertimu."Aku terus berjuang sambil mendengarkan kata-kata ini dalam kegelapan, sampai aku benar-benar putus asa.Apa yang kupikirkan ketika aku berjuang mati-matian dalam kegelapan?Waktu itu, aku terlalu banyak berpikir macam-macam. Sekarang aku bahkan tidak bisa mengingat apa pun dengan jelas.Mungkin aku akan menyesal.Aku menyesal begitu naif dan sampai tidak punya sedikit pun rasa w

  • Demi Anak Angkat, Aku Dikorbankan   Bab 8

    Malam itu, ketika kembali ke ruang kerjanya, Ayah masih yakin aku kabur.Untuk membuktikan dugaannya dan menemukanku, dia bahkan memeriksa rekaman CCTV rumah sendiri.Di dalam vila keluarga kami memang tidak ada kamera CCTV, tapi setiap sudut di luar kamar terpasang kamera pengawas tanpa celah. Siapa pun yang masuk atau keluar akan terlihat jelas.Dan di rekaman itu, terlihat dengan sangat jelas bahwa aku tidak pernah keluar sejak dikurung di gudang pada hari itu."Nggak mungkin!"Ayah tetap tidak percaya. Dia marah dan membanting laptopnya ke dinding, pecahannya berhamburan ke seluruh ruang kerja."Pasti Sasha memanipulasi video rekaman ini. Dia ‘kan sangat pintar, melakukan hal ini pasti sangat mudah.""Bagaimana bisa aku punya anak berengsek yang kejam sepertinya!"Setelah memaki, rupanya kemarahan Ayah belum reda. Dia mengangkat tangan dan melempar asbak di atas meja.Saat itu, Wisha kebetulan masuk sambil membawa segelas susu.Asbak yang melayang membuatnya kaget setengah mati. Ge

  • Demi Anak Angkat, Aku Dikorbankan   Bab 7

    "Tuan …"Suara Kepala Pelayan di sampingnya baru membuat Ayah tersadar.Ayah langsung bereaksi, menendang Kepala Pelayan dengan keras."Cepat singkirkan semua tikus di ruangan ini!""Jangan-jangan kamu bersekongkol dengan anak sialan itu dan sengaja membawa tikus serta mayat entah dari mana untuk membuat kami takut?"Wajah Kepala Pelayan terlihat tak terima. Aku yang mendengarnya juga hanya bisa menggelengkan kepala.Orang yang bisa bekerja lama dengan ayah jelas bukan orang baik. Kepala Pelayan hanya orang yang pintar membaca situasi, bukan seperti Wisha yang arogan. Dia hanya pegawai yang patuh pada perintah dan tidak ikut campur urusan rumah."Tuan, Anda salah paham. Yang ada di sini memang betul-betul Nona Besar. Anda sendiri yang mengunci gudang ini. Saya juga baru saja membukanya."Sayang, penjelasan Kepala Pelayan tidak mampu mengubah pikiran keras kepala Ayah. Dia masih menunjuk gudang di depannya sambil membentak, "Sasha mustahil mati, ini pasti palsu!""Ini pasti karena anak

  • Demi Anak Angkat, Aku Dikorbankan   Bab 6

    Setengah jam berlalu, Ayah melihat aku belum juga muncul, wajahnya langsung muram."Sudah setengah jam belum muncul juga? Apa dia sudah nggak mau mendengar ucapan ayahnya lagi?""Benar-benar keras kepala! Sudah dikurung selama ini masih saja nggak menyadari kesalahannya.""Aku mau melihat apa yang sebenarnya si anak bandel ini lakukan."Ayah berdiri dengan marah, cangkir teh di tangannya langsung dibanting ke lantai.Aku diam-diam berdiri di belakangnya sambil memperhatikan. Melihat raut wajahnya yang marah dan agak panik, bahkan sampai menabrak kursi waktu bangkit, aku hanya bisa tertawa geli."Wisha, kamu tunggu di sini sebentar. Biar aku seret anak sialan itu ke sini untuk minta maaf padamu."Ayah melangkah cepat ke arah gudang tempat aku dikurung. Belum sampai di pintu, tiba-tiba seekor tikus melesat keluar dari dalam, membuatnya terkejut."Apa-apaan ini? Dari mana datangnya tikus di rumah ini?"Kepala Pelayan yang berdiri di sampingnya, wajahnya pucat, berpaling sedikit sambil ber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status