Share

Bab 2. Ancaman

last update Huling Na-update: 2024-05-26 06:18:54

"Satu menit lagi tidak ada keputusan, Papa anggap bayi itu tidak layak menginjak lantai rumah kita!"

"Pa, tolong beri waktu lagi ya," pinta Harsa.

"Om Zulfikar keterlaluan!" bentak Ayu.

"Ayu!"

Seburuk-buruknya Harsa dalam bertindak, ia paling tidak mau ada orang yang membentak orang tuanya, ia pun menatap tajam ke arah Ayu.

Ayu memang sosok yang pemberani, selama ini dia adalah orang yang selalu berbakti terhadap orang yang lebih tua. Namun, dengan kejadian yang seperti ini, entah akan dipercaya atau pun malah ditertawakan ia mencoba untuk mengubah sikapnya menjadi berbanding balik. Ucapannya menjadi kasar dan memang ia sengaja menghina-hina Zulfikar supaya beliau marah sehingga menggagalkan perjodohan.

"Ayu Sayang, kamu bukan orang asing di mata om. Kamu tetap anak yang manis, putri yang pantas menjadi bidadari Harsa. Gak perlu akting jahat begitu, hahaha ... om tetap nggak berubah pikiran, Sayang." Zulfikar terkekeh sembari memandangi Harsa dan Ayu secara bergantian.

Ah, yang benar saja! Lagu lama, Ayu hanya ditertawakan. Namun, ini baru permulaan. Ayu mengepalkan kedua tangannya dan melanjutkan aksi berperan antagonis. Tidak sudi kalah dengan OM-OM munafik! Baginya.

"Kalau Om sayang sama aku ... Om gak akan lakukan ini!" sahut Ayu.

"Papa sayang sama kamu itu nggak munafik Ay! Kalau Papa nggak sayang sama kamu, nggak mungkin Papa buat surat perjanjian itu!"

Bukannya membantu untuk menggubrak misi, dengan wajah yang sangat gusar Harsa justru membentak Ayu dan seakan-akan berpihak pada Zulfikar.

"Kasih sayang yang salah tidak akan membuat tenang!!" cela Ayu.

Jujur, Harsa tidak menyukai cara Ayu tersebut sekalipun itu adalah sebuah kepura-puraan.

Ia sudah merasa sangat bersalah atas tindakan awalnya menolak perjodohan demi Nyiur.

Ya, memang semua berat, tetapi menuruti perintah papanya itu sebenarnya sebagai bentuk menanggulangi rasa bersalahnya kepada Zulfikar dan juga pihak keluarga Ayu.

"Cukup! Cukup ya kamu menjelek-jelekkan Papa! Pa, apa iya Papa benar-benar mau punya menantu yang sudah jelas menginjak harga diri PPapa Ayu memang baik, tapi orang baik tidak selamanya baik! Lihat kelakuannnya sekarang Pa. Lebih baik kita gugurkan perjanjian, Papa terima Chala Chali!" ucap tegas Harsa.

"Tidak didukung Mas Harsa untuk menggubrak perjanjian rasanya kesal, giliran didukung kok sakit ya? Ahhhh, enggak! Ini justru bagus kalau enggak jadi nikah!" batin Ayu tercabik-cabik.

Seharusnya ia bangga dengan ucapan Harsa yang demikian, tetapi ternyata direndahkan oleh orang yang sejatinya masih ia cintai itu sakitnya masih sangat terasa. Ayu sempat menunduk sejenak dan segera mengangkat kepala kembali, menyadarkan dirinya sendiri bahwasanya ini adalah suatu jalan yang diberikan Harsa. Tentunya tidak boleh ia sia-siakan.

"Setuju, lagian aku udah punya calon sendiri. Yang nikah tuh anaknya Om, bukan orang tuanya. Mikir dong seberapa frustrasi anak-anak yang menjadi budaknya orang tua yang menyesatkan!" seru Ayu.

"Kamu diam, Ay! Cukup saya yang bicara!" teriak Harsa sebelum akhirnya sadar akan kelakuannya.

Ayu menghela napas. "Maaf, aku merasa tidak adil dengan perjanjian yang tertera di atas kertas lusuh itu! Perjanjian macam apa ini yang tidak memberitahu pihak yang tetlibat dan memaksakan kehendak aku! Padahal, bisa tidaknya Mas Harsa menandatangani kertas itu karena kesepakatan dengan aku juga harusnya! Chala dan Chali itu baru saja melihat dunia, baru bisa dipeluk oleh orang yang selama ini mengandungnya! Kenapa kalian sekejam itu, kenapa! Seharusnya ... bisalah merasakan .... kan udah jadi orang tua. Gak etis banget!"

Dengan penuh keberanian, Ayu pun menatap tajam Zulfikar. "Kenapa? Apa sih yang Om tetap harapakan dari aku? Aku tuh nggak baik, nggak punya sopan santun kok tetep aja diharapkan jadi menantu! Mau ambil kekayaan? Mas Harsa sendiri udah kaya, Nyiur udah lebih dari segalanya! Mau ambil apanya, hah!"

Zulfikar menghela napas.

Mengetahui Nyiur masih tidur, pria tua itu pun undur diri--memberi waktu sampai Nyiur sadarkan diri dan kondisinya lebih baik untuk menentukan pilihan.

Ayu seketika merasa lega.

Jujur, dia tidak mau mengambil resiko besar, tetapi juga tidak mau jika bayi tersebut dibuang di panti asuhan.

Saat Nyiur sudah membaik, Ayu dengan terpaksa melanjutkan aksinya walaupun sebenarnya tidak tega mengatakan hal kasar di depan Nyiur dan bayi kembar.

***

"Ay, udah Ay. Kita bicara berdua dulu." Harsa sampai duduk memohon kepada Ayu karena ucapan-ucapan Ayu yang tidak peduli dengan seberapa pedas entah untuk Nyiur maupun seluruh keluarga Harsa, Ayu, dan Nyiur.

"Enggak! Gak ada gunanya! Kalian itu jahat semua!" Ayu membuang muka ke samping kanan.

"Sudahlah Mas, gak perlu bicara berdua. Kalau memang mau Chala dan Chali tetap bareng kita, harusnya Ayu mau aja nikah sama Mas," celetuk Nyiur.

"Hah? Nyiur! Kamu apa-apaan bilang begini! Heran, kenapa kamu justru mau dimadu!" bentak Ayu.

"Jawabannya sudah jelas, aku ingin memeluk anak aku! Daripada mengorbankan bayi yang tidak bersalah lebih baik kita menurunkan ego untuk mau mengorbankan perasaan," jawab Nyiur dengan tampilan yang dipermak dengan begitu santai.

Jawaban dari istri pertama Harsa sukses membuat Ayu kehabisan kata-kata. Tidak salah, tetapi itu tidak mudah! Karena tidak semua perkara yang benar itu juga mudah untuk dilakukan. Semua suara terhenti, hanya denyutan dari alat tetesan infus yang terdengar berdetak dengan sangat keras.

"Ay, setelah ini saya janji untuk turuti semua mau kamu, kamu boleh minta apapun," bujuk Harsa.

"Tidak semua bisa dibeli dengan uang!" sahut Ayu.

"Tapi hidup juga butuh uang, Ay! Kamu jangan sok bijak sama saya!" bisik Harsa dengan tegas.

Wajah Harsa sangat iba kala memandang dua putrinya berada dalam pelukan Nyiur. Menyaksikan hal tersebut dan mempertimbangkan semua aspek termasuk ucapan dari Nyiur, Ayu pun memberikan keputusan. Sudah tidak ada toleransi lagi dari perjanjian, kini Ayu yang harus segera bertindak.

"Mas ... baiklah, aku mau menjadi istri keduamu. Nyiur benar, lebih baik mengorbankan perasaan daripada mengorbankan sosok yang tidak bersalah," ujar Ayu setelah menghembuskan satu tarikan napas panjang.

Ada suatu kutipan tentang rumah sakit merupakan tempat yang biasanya disaksikan banyak tangis daripada pernikahan, tetapi kini ada yang berbeda untuk kisah Harsa dan Ayu.

Rumah sakit menjadi saksi pernikahan mereka.

Sayangnya, itu bukan pernikahan yang diiringi dengan berjuta-juta senyuman.

Pikiran Ayu terbayang akan perasaan Nyiur, di sini bukan hanya Ayu yang berjuang, dada yang tertutup kain dan sedang memeluk erat dua malaikat kecil itu, pasti di dalam dadanya patah dan remuk berkeping-keping.

"Saya terima nikah dan kawinnya---"

"Tunggu, berhenti Mas!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (5)
goodnovel comment avatar
mbokti chefndeso
Jadi nikah gak ya
goodnovel comment avatar
Bumi Reyog
Bagus banget ini keren
goodnovel comment avatar
Hana
yang pertama
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Demi Anak Suamiku, Kurela Jadi yang Kedua   HUKUM POLIGAMI

    Harsa: Aman, Sayang. Kamu di belakang saja sama Nyiur. Ayu: Huuh, iya-iya! Harsa: Hehe, bentar ya Sayang ya.Sejatinya, poligami itu pilihan. Pilihan yang bergantung pada kejadian apa yang menyebabkan diri tersebut harus, wajib, atau tidak dianjurkan poligami. Dalam Al-Qur'an memang poligami itu diperintahkan, Nabi Muhammad juga melakukan, tetapi tidak sekedar perintah mentah yang tak mempunyai syarat dan ketentuan. Dalam surat An-Nisa', poligami diperintahkan sampai maksimal empat, salah satu syaratnya, yaitu dengan syarat adil terhadap para istri dan itu pun di ayat selanjutnya dipertegas bahwasannya laki-laki tidak akan bisa adil terhadap istri-istrinya. Itu artinya, poligami sifatnya kondisional, garis bawahi dari segi sifat. Penjelasan dari maksimal empat itu sendiri memliki maksud dalam sejarahnya sebagai batasan karena dulu di zaman Rosululloh itu laki-laki menikahnya dengan banyak sekali perempuan. Nabi Muhammad pun, melakukan poligami selepas istri pertamanya meninggal,

  • Demi Anak Suamiku, Kurela Jadi yang Kedua   Bab Tekan

    Poligami menjadi perbincangan besar mungkin dalam suatu kalangan ada yang berpikir bahwasanya poligami ini dianggap haram. Ada juga yang menganggap bahwasanya poligami itu justru dianjurkan. Saat ini Harsa berada di tengah orang yang menganggap bahwasanya poligami itu haram. Bisa dikatakan yang mengatakannya itu adalah orang baru di lingkungan tersebut. Bukan hanya berhasil menjadi orang baru yang memikat banyak perhatian karena ia adalah seorang yang kaya raya dan menjadi cucu dari kepala desa tersebut, tetapi orang tersebut juga menjadi seorang yang terkenal agamanya terjamin karena kabarnya juga dia ke situ itu setelah pulang dari pesantren serta kuliah juga di luar negeri. Mengetahui Harsa yang memang poligami, seseorang tersebut mendatangi rumah Harsa dan mencoba mengatakan untuk menceraikan salah satu dari istrinya. Ayu langsung emosi mendengar hal tersebut. Ia langsung ke belakang dan membicarakan hal tersebut dengan Nyiur dengan keadaan wajah yang sangat marah. Namun, de

  • Demi Anak Suamiku, Kurela Jadi yang Kedua   Bab Tarik

    Itu semua adalah bayangan Harsa. Mereka saat ini sedang di kamar tidur tiba-tiba teringat dengan putrinya, yaitu Aliza yang dijodohkan dengan Yudhistira. Sebentar lagi memang acara apa di pesantren tersebut itu terlaksana dan rencananya mereka akan membahas hal tersebut. Mereka bercerita seperti itu seakan-akan sudah nyata. Meskipun Harsa dan istri pertama usai honeymoon di Bobocabin Coban Rondo Malang, di mana tempat tersebut juga menjadi tempat yang Ayu inginkan saat mereka di sana, Ayu merasa sangat iri sekali, sangat ingin segera ke sana dengan Harsa. Namun, setelah Harsa pulang ternyata keinginan tersebut sudah hilang juga. Ayu tidak terlalu menginginkan untuk pergi ke sana bahkan sekarang yang ia bahas setelah hari Sabtu pulang itu bukannya menceritakan tentang Bobo Cabin Coban Rondo tersebut, tetapi saat ini Ayu justru terbuka untuk saling ngobrol mengenai masa depan dari anak-anak mereka. Tidak keberatan untuk Harsa meskipun habis perjalanan jauh malam tersebut harusnya

  • Demi Anak Suamiku, Kurela Jadi yang Kedua   Bab 📌 Dorong

    Saat acara haflah di pesantren Nyiur, Harsa, dan juga Ayu, mereka terlebih dahulu sowan ke ndalem dan di sana mereka juga bertemu Yudhistira Pamungkas yang menjadi pura kecil dari Bhima Purnama dan Tessa Soraya yang merupakan pengasuh cabang pesantren yang dulu ditempati oleh mereka bertiga. "Om Tila ayo main!" ajak Aliza. "Main apa Za?" Kini keakaraban Yudhistira dengan putri Harsa pun sudah sangat erat. Sebenarnya mereka itu dijodohkan dari kecil, Yudhistira menyadari itu karena saat ini dia sudah menginjak usia SMP. Jaraknya memang sangat jauh, tetapi orang tua mereka yakin untuk menjodohkan sejak dini. Yudhistira ini orangnya cool, tidak terlalu mengurusi juga apa yang orang tuanya rencanakan. Berbeda dengan Aurora Willona. Sosok cantik kembaran Yudhistira yang sangat cerewet dan nakal. Meskipun sudah ditegur beberapa kali, dihukum juga, ia tetap saja teguh pada apa yang menjadi keinginan. Cewek tomboi, andaikan dia tidak berada di lingkungan yang kenthal agama, mungkin

  • Demi Anak Suamiku, Kurela Jadi yang Kedua   Bab 📌 Masuk

    "Mas Harsaaaaaa! Ayu kangen banget banget banget!" Ayu langsung memeluk sang suami saat masih di depan pintu. "Kamu nggak kangen aku, Ay?" tanya Nyiur. Ayu beralih memeluk Nyiur. "Kangen dong! Kapan sih aku nggak kangen sama kamu!" "Huum, Ayu! Lihat nih Mas Harsa KDRT!" kata Nyiur. "Mas Harsa!" Ayo melotot keras saat melihat lebam di tangan Nyiur. "Kalian ini udah mau bikin saya naik daerah ya masih di depan pintu!" CUPP CUPP Harsa mengecup keduanya dan memberi senyuman desta merangkul mereka untuk segera masuk ke dalam rumah. Putri dan putra mereka tanpa senyum bahagia dan bersorak meskipun sang buah hati yang masih kecil masih bisa tertawa tawanya bayi. Raut wajah mereka tidak bisa bohong bahwa mereka itu sangat merindukan Nyiur dan juga Harsa. Meskipun saat berada di dalam telepon juga Mereka terlihat seperti negara-negara saja itu sebenarnya nyiur dan

  • Demi Anak Suamiku, Kurela Jadi yang Kedua   Bab 📌 Keluar

    "Hahah, iya-iya. Kita keluarkan bareng-bateng ya Sayang!" Harsa masih sempat mengecup Sudah sejauh ini ia melangkah dalam rumah tangganya. Pernah berpikir, dulu waktu kecil punya kesenangan yang luar biasa itu ketika berkumpul dengan teman dan bermain bersama. Harsa terbengong di depan cermin saat menunggu istrinya masih buang air besar. Waktunya cepat sekali berubah. Seakan-akan kita hidup di dunia ini hanya tentang kenikmatan sementara dan digantikan dengan kenikmatan lain seiring berjalannya waktu. Itu bukan seakan-akan, tetapi kenyataan. Yang sebenarnya, dari situ Tuhan sudah memberi peringatan. Ya, peringatan bahwasannya hidup di dunia hanya mampir. Kebahagiaan di setiap detiknya berubah. Ini juga tentang, bagaikan merawat waktu yang sedikit ini untuk bisa menyelaraskan antara kepuasan dan kebijaksaan. Hidup itu ya begitu-begitu saja. Ada ekspetasi, kepuasaan, kekecewaan, dan kekhilafan. Kecil adalah simulasi dari besar. Waktu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status