Ada sedikit drama sejenak.
Ayu sempat merasakan tatapan tajam dari Nyiur saat akad berlangsung. "Aku berubah pikiran, a-aku perlu berpikir lagi." "Ayu! Ka-kamu tega membiarkan Nyiur terpisah dengan Chala Chali!" bentak Harsa. Ayu terdiam. Ditatapnya Nyiur tak enak. Terlebih, kala temannya itu tiba-tiba menangis menatap anaknya. Ya, mungkin dia harus melanjutkan pernikahan ini. *** "Ay, saya punya sesuatu untuk kamu," ucap Harsa di malam pertama mereka setelah semuanya pulang dari rumah sakit. "Apa, Mas? Mas nggak usah kasih yang berlebih-lebih, tahu kan aku orangnya kayak gimana?" Ayu masih menata bajunya di almari baru. Dia tak sadar Harsa mendekat dan memeluk pinggangnya! "Nggak berlebihan kok," ucap pria itu. DEG! "Mas ...." Sentuhan yang sangat membuatnya hancur. Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya sentuhan tersebut bertahta. Ayu kira orang seperti Harsa yang sudah berhasil move on darinya dan sangat menyayangi Nyiur sudah tak akan lagi punya perhatian untuknya. Namun, sekalipun diberi perhatian, pikiran Ayu tetap belum bisa berdamai memikirkan perasaan Nyiur. "Kenapa, hmmm? Saya nggak mau ya dibilang nggak adil," ledek Harsa. "Entahlah, aku---" Lagi-lagi Ayu kesulitan dalam merangkai kata. Ia pun menarik tubuhnya dan beranjak duduk di atas ranjang dengan melamun. Masih tersisa sebuah harapan besar yang dulu hanya bisa Ayu bayangkan, tetapi posisi rumit ini tidak pernah singgah sekalipun hanya sebuah angan. Harsa mengambil benda yang tampak banyak gambar. Ayu mulai membelalakkan mata dan mengira-ngira apa yang tertulis dalam lembaran tersebut. Harsa paham bahwa istrinya ini masih terlalu trauma dengan sesuatu yang berbau kertas, makanya langsung dibuka bagian gambar. "Untuk apa? Gak perlu hal beginian," tolak Ayu saat melihat lembaran tersebut dan ternyata tentang perkara lokasi honeymoon. "Udah ... pilih aja Ayu Sayang. Ini Nyiur yang minta," timpal Harsa. Andaikan posisinya tidak menjadi yang kedua, sudah pasti dengan senang hati Ayu memilih. Sekarang posisinya serba salah sekalipun tidak ada yang menyalahkan. Ternyata, berperang dengan pikiran sendiri itu lebih kejam. "Ayu ngantuk Mas, pilih besok aja masih mikir," jawab Ayu sengaja mengalihkan pembicaraan. "Baiklah, sini tidur!" Harsa menadahkan tangannya berharap Ayu mau tidur dengan ia dekap. "Enggak mau dekat-dekat, nggak mau dipeluk, nggak mau disentuh!" Ayu memanyunkan bibir dengan mata sewot ke arah suaminya. Sepertinya memang harus dipaksa. Lelaki yang pada dasarnya punya karakter harimau ini sudah berusaha se-Hello Kitty mungkin dalam bersikap dan meratukannya, tetapi masih saja diberi penolakan oleh sang istri. Layaknya harimau lapar, ia akan lebih tenang jika sudah berhasil menerkam. BRUGH. Tanpa aba-aba, Harsa menindih tubuh Ayu dan menatapnya dengan begitu lekat. Tubuh mungil Ayu tak mampu berbuat apa-apa lagi untuk mengalahkan tenaga dari Harsa yang jauh lebih besar. Apalagi dengan amarah yang mengguncang, Ayu hanya bisa menangis dan mengikuti permainan yang Harsa berikan. "Hmmm ... kamu manis sekali, Ay! Berhenti menangis dan kita nikmati malam pertama kita!" bisik Harsa sebelum ia memulai untuk membuka paksa baju Ayu. "Huuuhhh, Mas ... hentikan, sakit!" Ayu berbisik saat napasnya mulai tak berarturan. "Saya belum apa-apain kamu kok sakit. Sakit apanya? Nikmati Sayang ... nikmati!" perintah Harsa. "Hatiku yang sakit, Mas! A-aku belum sanggup, aku masih terus terbayang perasaan Nyiur, aku merasa menjadi perempuan yang paling jahat di dunia ini. Tolong mengertilah!" pintanya dengan iba. Dengan ambisi yang masih sama, bahkan gairahnya sedang memuncak, tidak bisa Harsa menuruti permintaan Ayu. Dalam lubuk hatinya, ternyata ia masih sangat mencintai Ayu sekalipun ia juga terlihat sangat tulus mencintai Nyiur. Sejenak ia usap derai air mata yang masih bercucur dan mendekap dada Ayu yang sedang kembang-kempis mengurut tangis. "Tenang ... tenangkan diri dulu, terus kita lanjut unboxing. Nurut sama saya, hilangkan Nyiur saat kita sudah berenang dalam ranjang! Kamu nggak salah, jangan hanya peduli dengan perasaan orang, tapi kamu lupa dengan perasaan kamu sendiri!" Harsa mengecup lama kening Ayu. Ayu menghembuskan napas panjang. "Kamu maksa banget sih, Mas!" "Hahaha, kamu itu orangnya emang harus dipaksa Ayu Sayang," kilah Harsa. Ayu mencari cara untuk kabur dari kamar. Perlahan ia biarkan keadaan santai sampai Harsa tidak terlalu mendekapnya. Tahu, sebenarnya tidak pantas dia menolak nafkah batin dari suaminya. Namun, bagaimana lagi? Perasaan Ayu tidak bisa berbohong. Perlahan, dia pun mulai mengikuti permainan Harsa .... "Mas, Ayu mau minum dulu ya di dapur sambil mau bikin mie boleh 'kan? Laper juga gara-gara nangis," celetuknya tiba-tiba Harsa sontak menahan tawa. "Biar saya yang mengambilkan dan bikinin mie buat kamu," jawabnya, hendak bangkit. "Eng-enggak mau! Aku pengen bikin sendiri," kilah Ayu. "Oke, saya yang tonton. Syaratnya ... nanti harus mau diajak tempur." Harsa tersenyum manis dan terpaksa diangguki oleh Ayu. Gadis itu tahu kalau Harsa tahu triknya. Dia juga sadar bahwa Harsa bisa marah besar jika endingnya malam itu Ayu benar-benar tetap menolak Harsa. Hanya saja, Ayu masih takut dan ingin menundanya .... mungkin 20-30 menit lagi. Jadi, saat masih menunggu mienya matang, Ayu izin ke kamar Chala Chali. "Mas, Ayu kangen deh sama kembar. Tengok dulu ya ... tolong Mas lanjut masakin." "Hhhh, tadi nolak mau dimasakin," sindir Harsa. "Hehe, tiba-tiba mau. Emang nggak boleh ya mau lihat Chali Chali dan pengen makan makanan buatan suami sendiri?" tanya Ayu. Harsa akhirnya setuju. Dia pun memilih menunggu mie di depannya matang. Hanya saja, dia mendadak mendengar suara keributan. Segera diceknya pintu yang terkunci. Jendela? Aman. Tunggu, jangan-jangan! "Semoga saja pikiran burukku tidak terjadi!" Harsa segera berlari menyusul Ayu.Harsa: Aman, Sayang. Kamu di belakang saja sama Nyiur. Ayu: Huuh, iya-iya! Harsa: Hehe, bentar ya Sayang ya.Sejatinya, poligami itu pilihan. Pilihan yang bergantung pada kejadian apa yang menyebabkan diri tersebut harus, wajib, atau tidak dianjurkan poligami. Dalam Al-Qur'an memang poligami itu diperintahkan, Nabi Muhammad juga melakukan, tetapi tidak sekedar perintah mentah yang tak mempunyai syarat dan ketentuan. Dalam surat An-Nisa', poligami diperintahkan sampai maksimal empat, salah satu syaratnya, yaitu dengan syarat adil terhadap para istri dan itu pun di ayat selanjutnya dipertegas bahwasannya laki-laki tidak akan bisa adil terhadap istri-istrinya. Itu artinya, poligami sifatnya kondisional, garis bawahi dari segi sifat. Penjelasan dari maksimal empat itu sendiri memliki maksud dalam sejarahnya sebagai batasan karena dulu di zaman Rosululloh itu laki-laki menikahnya dengan banyak sekali perempuan. Nabi Muhammad pun, melakukan poligami selepas istri pertamanya meninggal,
Poligami menjadi perbincangan besar mungkin dalam suatu kalangan ada yang berpikir bahwasanya poligami ini dianggap haram. Ada juga yang menganggap bahwasanya poligami itu justru dianjurkan. Saat ini Harsa berada di tengah orang yang menganggap bahwasanya poligami itu haram. Bisa dikatakan yang mengatakannya itu adalah orang baru di lingkungan tersebut. Bukan hanya berhasil menjadi orang baru yang memikat banyak perhatian karena ia adalah seorang yang kaya raya dan menjadi cucu dari kepala desa tersebut, tetapi orang tersebut juga menjadi seorang yang terkenal agamanya terjamin karena kabarnya juga dia ke situ itu setelah pulang dari pesantren serta kuliah juga di luar negeri. Mengetahui Harsa yang memang poligami, seseorang tersebut mendatangi rumah Harsa dan mencoba mengatakan untuk menceraikan salah satu dari istrinya. Ayu langsung emosi mendengar hal tersebut. Ia langsung ke belakang dan membicarakan hal tersebut dengan Nyiur dengan keadaan wajah yang sangat marah. Namun, de
Itu semua adalah bayangan Harsa. Mereka saat ini sedang di kamar tidur tiba-tiba teringat dengan putrinya, yaitu Aliza yang dijodohkan dengan Yudhistira. Sebentar lagi memang acara apa di pesantren tersebut itu terlaksana dan rencananya mereka akan membahas hal tersebut. Mereka bercerita seperti itu seakan-akan sudah nyata. Meskipun Harsa dan istri pertama usai honeymoon di Bobocabin Coban Rondo Malang, di mana tempat tersebut juga menjadi tempat yang Ayu inginkan saat mereka di sana, Ayu merasa sangat iri sekali, sangat ingin segera ke sana dengan Harsa. Namun, setelah Harsa pulang ternyata keinginan tersebut sudah hilang juga. Ayu tidak terlalu menginginkan untuk pergi ke sana bahkan sekarang yang ia bahas setelah hari Sabtu pulang itu bukannya menceritakan tentang Bobo Cabin Coban Rondo tersebut, tetapi saat ini Ayu justru terbuka untuk saling ngobrol mengenai masa depan dari anak-anak mereka. Tidak keberatan untuk Harsa meskipun habis perjalanan jauh malam tersebut harusnya
Saat acara haflah di pesantren Nyiur, Harsa, dan juga Ayu, mereka terlebih dahulu sowan ke ndalem dan di sana mereka juga bertemu Yudhistira Pamungkas yang menjadi pura kecil dari Bhima Purnama dan Tessa Soraya yang merupakan pengasuh cabang pesantren yang dulu ditempati oleh mereka bertiga. "Om Tila ayo main!" ajak Aliza. "Main apa Za?" Kini keakaraban Yudhistira dengan putri Harsa pun sudah sangat erat. Sebenarnya mereka itu dijodohkan dari kecil, Yudhistira menyadari itu karena saat ini dia sudah menginjak usia SMP. Jaraknya memang sangat jauh, tetapi orang tua mereka yakin untuk menjodohkan sejak dini. Yudhistira ini orangnya cool, tidak terlalu mengurusi juga apa yang orang tuanya rencanakan. Berbeda dengan Aurora Willona. Sosok cantik kembaran Yudhistira yang sangat cerewet dan nakal. Meskipun sudah ditegur beberapa kali, dihukum juga, ia tetap saja teguh pada apa yang menjadi keinginan. Cewek tomboi, andaikan dia tidak berada di lingkungan yang kenthal agama, mungkin
"Mas Harsaaaaaa! Ayu kangen banget banget banget!" Ayu langsung memeluk sang suami saat masih di depan pintu. "Kamu nggak kangen aku, Ay?" tanya Nyiur. Ayu beralih memeluk Nyiur. "Kangen dong! Kapan sih aku nggak kangen sama kamu!" "Huum, Ayu! Lihat nih Mas Harsa KDRT!" kata Nyiur. "Mas Harsa!" Ayo melotot keras saat melihat lebam di tangan Nyiur. "Kalian ini udah mau bikin saya naik daerah ya masih di depan pintu!" CUPP CUPP Harsa mengecup keduanya dan memberi senyuman desta merangkul mereka untuk segera masuk ke dalam rumah. Putri dan putra mereka tanpa senyum bahagia dan bersorak meskipun sang buah hati yang masih kecil masih bisa tertawa tawanya bayi. Raut wajah mereka tidak bisa bohong bahwa mereka itu sangat merindukan Nyiur dan juga Harsa. Meskipun saat berada di dalam telepon juga Mereka terlihat seperti negara-negara saja itu sebenarnya nyiur dan
"Hahah, iya-iya. Kita keluarkan bareng-bateng ya Sayang!" Harsa masih sempat mengecup Sudah sejauh ini ia melangkah dalam rumah tangganya. Pernah berpikir, dulu waktu kecil punya kesenangan yang luar biasa itu ketika berkumpul dengan teman dan bermain bersama. Harsa terbengong di depan cermin saat menunggu istrinya masih buang air besar. Waktunya cepat sekali berubah. Seakan-akan kita hidup di dunia ini hanya tentang kenikmatan sementara dan digantikan dengan kenikmatan lain seiring berjalannya waktu. Itu bukan seakan-akan, tetapi kenyataan. Yang sebenarnya, dari situ Tuhan sudah memberi peringatan. Ya, peringatan bahwasannya hidup di dunia hanya mampir. Kebahagiaan di setiap detiknya berubah. Ini juga tentang, bagaikan merawat waktu yang sedikit ini untuk bisa menyelaraskan antara kepuasan dan kebijaksaan. Hidup itu ya begitu-begitu saja. Ada ekspetasi, kepuasaan, kekecewaan, dan kekhilafan. Kecil adalah simulasi dari besar. Waktu