Home / Fantasi / Demon Emperor / 10 - Putraku Yang Malang

Share

10 - Putraku Yang Malang

last update Last Updated: 2022-03-31 13:22:54

He Bin Xiang berlari dengan panik menuju ke hutan bambu.

Saat itu sudah jam 1 malam. Hutan bambu sangat gelap. Apalagi itu sehabis hujan, di langit masih mendung dan ada awan gelap, tidak ada bintang-bintang maupun bulan. Biasanya cahayanya agak remang-remang, jika ada cahaya bulan. Untung He Bin Xiang membawa lampu minyak, dia hampir melupakannya tadi karena panik, untung istrinya mengingatkannya.

Diapun lupa tidak membawa alat atau senjata apapun di tangannya, bergegas lari seperti orang gila menuju Batu Ganda Hutan Bambu, menuruti pesan hantu wanita itu.

Perjalanan dari desa Lu Zhong ke Batu Ganda Hutan Bambu cukup jauh. Batu Ganda Hutan Bambu berada di tengah-tengah hutan bambu, dari hutan bambu ke hutan Yin Wu dua jam perjalanan. Jadi ke Batu Ganda Hutan Bambu kira-kira memakan waktu satu jam dengan berjalan kaki. Kali ini He Bin Xiang menempuhnya dengan berlari. Jadi sambil terengah-engah, setelah setengah jam lebih kemudian, diapun akhirnya sampai ke kokasi Batu Ganda Hutan Bambu.

Dia menghampiri Batu Ganda Hutan Bambu dan nengangkat lampu minyaknya ke atas batu, kaget setengah nati seolah-olah di jiwanya dipaksa ditarik terbang keluar dari tubuhnya.

Di sana di ataa batu yang basah masih berbau anyir oleh bekas darah, dan ada tulang-tulang yang kecil berserakan, tulang rusuk, tulang lengan, tulang paha, tulang betis, dan ada 1 - 2 jari-jari mungil yang copot, ada sepoitong ibu jari, ada sepotong jari telunjuk. Di sana ada kepala berukuran kecil yang lepas dari tubuhnya.

He Bin Xiang mendekati kepala kecil itu, mengambilnya dengan kedua tangannya dan melihat ke bagian wajah di kepala kecil itu, dia langsung meraung dan menangis sekeras-kerasnya, hatinya hancur lebur. Itu adalah kepala putra kesayangannya, dengan rongga mata bolong tanpa biji mata, dan cairan darah mengalir keluar dari rongga matanya turun ke pipinya.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaa........" He Bin Xiang berteriak kaget. Kaki He Bin Xiang langsung lemas, dia jatuh terduduk di sisi Batu Ganda Hutan Bambu.

"Putraku.... putraku.... mengapa kau jadi seperti ini.... sungguh malang sekali nasibmu Nak... Salahku... salahku.... tidak menjagamu dengan baik.... hu.... hu... hu... " Kata He Bin Xiang sambil meraung-raung, dan air mata bercucuran.

"Siapa.... siapa.... yang melakukan hal yang begini kejam pada dirimu Nak... hu... hu..." Kata He Bin Xiang.

"Apa salah dan dosaku, sehingga kau yang harus mengalami nasib seperti ini, Nak... hu... hu...." Kata He Bin Xiang tersedu-sedu dengan air bercucuran, hatinya sangat sakit. Jiwanya terasa hampa.

Luo Mei Shan dan ketiga tetangganya sudah tiba di Batu Ganda Hutan Bambu, melihat He Bin Xiang meraung-raung dan menangis tersedu-sedu, jiwa mereka seakan ikut terbang, bergegas mereka menghampiri He Bin Xiang dan mengangkat lampu minyak yang mereka bawa dan melihat ke atas batu. Tiga orang membawa lampu minyak di tambah milik He Bin Xiang di area sekitar di Batu Ganda Hutan Bambu menjadi terang benderang, dan mereka melihat dengan jelas apa yang ada di sana, mereka kaget setengah mati. Luo Mei Xiang langsung berteriak histeris. Tangannya meraba-raba d ibatu memegang tulang-tulang kecil itu.

Dia melihat He Bin Xiang memegang sebuah kepala kecil, dan merebutnya dari tangan He Bin Xiang, dan shock, itu adalah kepala bayinya, dengan rongga mata yang bolong berlumuran darah.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..............."

"Ping Ping.... hu.... hu...."

"Bayiku...... Ping Ping...... Kenapa kau jadi begini Nak.... hu.... hu.... hu...."

"Ping Ping......... Ping Ping....... hu.... hu....."

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..............."

Luo Mei Shan shock berteriak-teriak histeris seperti orang gila. Lalu dia meraba-raba lagi tulang-tulang bayinya di atas batu. Hatinya hancur berkeping-keping,

Ketiga pria tetangganya yang ikut melihat keadaan bayi itu ikut kaget dan shock sampai tiidak bisa berkata-kata, kekejaman yang luar biasa terhadap seorang bayi sekecil itu. Selama mereka hidup di desa Lu Zhong sejak mereka masih kecil, mereka belum pernah menyaksikan sesuatu yang luar biasa kejam seperti itu.

Luo Mei Shan jatuh pingsan. He Bin Xiang buru-buru memapah istrinya dan menyenderkannya di pinggir Batu Ganda Hutan Bambu.

Setelah itu He Bin Xiang juga duduk di pinggir batu, dan kembali menangis tersedu-sedu sambil menatapi dan memegang tulang-tulang bayinya.

Tiba-tiba He Bin Xiang bangkit dan berteriak-teriak ke arah hutan bambu.

"Setan...... keluar kau, kalau berani hadapi aku, jangan beraninya sama anak kecil."

"Setan..... keluar kau."

"Cepat.... keluar kau."

Ketiga orang tetangganya tiba-tiba tersadar dari shocknya mendengar teriakan He Bin Xiang, segara maju memegangi lengan He Bin Xiang.

"Sabar.... Bin Xiang.... tenang dulu... kau berteriak-teriak juga tidak ada gunanya, mari kita bahas kemungkinan siapa yang melakukannya." Kata seorang tetangganya.

Ketiga orang tetangganya masih memegangi lengan He Bin Xiang supaya tenang, dan berkata: "Apa... apalagi yang dikatakan hantu wanita bergaun putih dengan rongga mata bolong itu, coba kau ulangi apa yang dikatakan olehnya."

He Bin Xiang berusaha mengingat-ngingat apa yang dikatakan hantu wanita bergaun putih itu.

"Dia berkata, putramu... bukan aku yang menculiknya, putramu... diculik oleh seorang nenek, puteramu... ada di batu hutan bambu." Kata He Bin Xiang.

"Jangan-jangan hantu wanita berbaju putih itu sendiri yang menculik dan nemakan bayimu." Kata seorang tetangganya.

Hati He Bin Xiang sangat sakit mendengar kata-kata "MEMAKAN BAYIMU".

"Aku rasa tidak mungkin. Kalau memang dia yang menculik dan memakan bayinya, kenapa dia musti repot-repot memberitahu Bin Xiang, bahwa bayinya ada di sini." Kata seorang tetangga yang lainnya.

Yang lain bergumam, betul juga apa katanya.

"Hantu wanita itu mengatakan putraku diculik oleh seorang nenek, nenek yang mana, apa ada seorang nenek-nenek yang tega memakan bayi." Kata He Bin Xiang.

"Nah... ini dia yang musti kita pikirkan." Kata salah seorang tetangganya lagi.

"Sekarang kau bungkus dan bawa pulang saja tulang-tulang anakmu dulu, besok kita kuburkan, dan besok kita rundingkan lagi dengan membicarakannya dengan tetua desa, kejahatan seperti ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, bisa berlanjut ke anak-snak yang lainnya." Kata seorang tetangganya lagi.

"Kami akan membantumu mengawasi di sekitar lingkungan desa kita, kalau-kalau saja ada seorang nenek yang mengincar anak-anak." Kata tetangga yang satunya lagi.

He Bin Xiang menggangguk. Menghapus sisa air mata di pipinya dengan lengan bajunya.

Lalu dia membuka jubah luarnya, meletakkannya di atas Batu Ganda, jubah itu di hamparkannya lebar-lebar dan meletakkan semua tulang-tulang dan kepala bayinya di atss jubahnya dengan tangan yang gemetaran dan hati yang serasa diiris-iris oleh pisau, matanya mulai mengabur lagi, dia ingin menangis lagi.

"Bin Xiang, kuatkan dirimu, kau harus selalu berpikir jernih baru bisa menangkap iblis itu." Kata tetangganya menghiburnya.

Setelah meletakkan tulang-tulangnya, dia masih memeriksa di sekitarnya, apa mssih ada tulang-tulang dan serpihan-serpihan yang tertibggal, dia tidak ingin meninggalkannya barang secuilpun dari milik bayinya di tempat yang sangat menyakitkan itu.

Setelah tidak ada lagi yang tersisa, dia membungkus jubahnya rapi-rapi supaya tulangnya tidak sampai jatuh berceceran di jalan.

Setelah selesai, lalu dia membangunkan Luo Mei Shan.

Begitu bangun Luo Mei Shan, pertama-tana seperti orang linglung, setelah bebetapa saat kemudian, dia ingat lagi akan bayinya, panik, segera bangkit melihat ke atas Batu Ganda, sudah tidak tampak tulang-tulang itu.

"Di mana bayiku, di mana bayiku." Luo Mei Shan berteriak-teriak histeris lagi.

He Bin Xiang memegangi istrinya, dan berkata: "Istriku tulang-tulang anak kita semua sudah aku bungkus, mari kita pulang dan besok menguburkan anak kita, tidak ada gunanya kita berlama-lama di sini." Kata He Bin Xiang lagi, memapah istrinya bangun, kaki iistrinya goyah ketika berusaha untuk bangun masih lemas dan shock.

He Bin Xiang memapah istrinya yang sempoyongan berjalan meninggalkan Batu Ganda Hutan Bambu, satu tangan menggandeng lengan istrinya, satu tangan lagi menggendong bungkusan tulang bayi di lengannya.

Para tetangga ingin membantunya membawakan bungkusan tulang bayi itu, tapi He Bin Xiang menolaknya. "Aku ingin "menggendong"nya sendiri." Begitu katanya dengan pedih.

Lalu mereka semua berjalan pulang ke desa Lu Zhong.

Nun jauh di sana... di antara pepohoanan bambu, hantu wanita bergaun putih dengan rongga mata bolong, mengawasi kepergian mereka dengan air mata darah keluar dari sela-sela rongga matanya.

Jangan khawatir, aku akan menjaga roh anakmu di sini.

---

Setelah berjalan selama satu jam, akhirnya mereka tiba di desa Lu Zhong, setelah sampai di desa mereka berpencar pulang ke rumahnya masing-masing. Dan para tetangga pria itu menceritakan kejadian yang menimpa He Ping Ping, bayi dari He Bin Xiang dan Luo Mei Shan kepada keluarga mereka di rumah masing-masing. Mereka senua kaget dan shock mendengarnya.

Saat itu sudah hampir jam 5 pagi.

Ayam jantan sudah mulai berkokok di kejauhan.

Badan He Bin Xiang mulai terasa demam akibat diguyur air hujan, dan juga akibat depresi sepanjang malam. Badannya sedikit panas dan kepalanya berdenyut-denyut.

Setelah tiba di rumahnya, dengan tangan gemetaran dan hati yang hampa, He Bin Xiang meletakkan bungkusan tulang-tulang bayinya di meja makan. Duduk di sana terpaku memandangi bungkusan tulang itu, begitu pula Luo Mei Shan.

---

Pergi.... pergi dengan tubuhmu....

Kembali.... kembali dengan tulangmu.....

---

Pagi itu desa Lu Zhong berkabut dan hawanya agak dingin.

Ketiga tetangga pria yang kemarin menemani He Bin Xiang mencari bayinya, pagi itu mereka pergi ke tetua desa dan menceritakan seluruh kejadian yang menimpa bayi dari He Bin Xiang dan Luo Mei Shan.

Setelah beberapa jam kenudian seluruh desa gempar mendengar kejadian yang menimpa He Ping Ping, bayi dari He Bin Xiang dan Luo Mei Shan.

Sang tetua desa bersama para penduduk desa Lu Zhong, beramai-ramai mendatangi rumah He Bin Xiang.

Mereka ingin melihat keadaan bayinya, sekaligus mengucapkan belasungkawa, dan mencari solusi atas teror yang menimpa keluarga mereka.

Sang tetua dan ketiga pria tetangga itu menaiki tangga rumah panggung He Bin Xiang, sebagian menunggu di luar halaman, karena rumah panggung tidak begitu besar, tidak bisa menampung mereka semua masuk ke dalam rumah. Mereka semua ingin melihat keadaan bayi itu

Sang tetua mengetuk pintu.

"Tok tok tok."

"Tok tok tok."

"Siapa?." Terdengar suara Luo Mei Shan.

He Bin Xiang demam, dia berbaring di kamarnya, istrinya yang membuka pintunya.

"Oh.... tuan tetua desa, silahkan masuk." Kata Luo Mei Shan.

Mereka dipersilahkan masuk, duduk di ruang tamu.

"Bin Xiang mana?" Tanya tetua desa.

"Oh dia demam, sedang tiduran di kamar, sebentar aku panggilkan." Kata Luo Mei Shan.

"Kalau dia sakit, biarkan dia beristirahat, kami kemari ingin melihat keadaan bayimu, sekalian mengucapkan belasungkawa." Kata tetua desa.

"Masalah ini sangat penting untuk dibicarakan, lebih baik aku panggilkan suamiku, dia demamnya belum terlalu parah hanya baru panas dan sedikit pusing." Kata Luo Mei Shan, lalu tanpa menunggu jawaban Sang tetua dia bergegas masuk ke kamar membangunkan He Bin Xiang.

"Bin Xiang.... Bin Xiang.... bangunlah, tetua desa dan para tetangga datang." Kata Luo Mei Shan memanggilnya dengan lembut, sambil sedikit mengguncangkan lengan He Bin Xiang.

He Bin Xisng sedikit menngerang dalam demamnya, akhirnya membuka matanya, dia sedikit linglung menatap istrinya.

"Bin Xiang, tetua desa dan para tetangga datang, mereka menunggu di luar, sebagian menunggu di luar halaman." Kata Luo Mei Shsn mengulangi perkataannya.

He Bin Xiang akhirnya sadar sepenuhnya langsung bangkit dan duduk di ranjang, kepalanya masih pusing dan badannya masih sedikit panas, dia bangkit dengan sempoyongan, dipapah oleh istrinya berjalan ke ruang tamu.

"Tetua desa." Panggil He Bin Xiang.

"Kalau kau masih sakit lebih baik kembali beristirahat, kami akan datang lagi besok." Kata tetua desa.

"Tidak... tidak... masalah ini sangat penting bagi putra kami " Kata He Bin Xiang, lalu dia duduk di kursi ruang tamu.

"Baiklsh... begini... aku mendengar cerita dari ketiga saudara ini, atas kejadian yang menimpa putramu He Ping Ping, kata mereka, sangat luar biasa mengerikan. Bolehkah aku melihat keadaan bayimu, kami datang ke sini sekalian hendak mengucapkan belasungkawa.

"Baiklah.... kemarilah." Kata He Bin Xiang sambil bangkit menuju ke meja makan. Dia membuka bungkusan itu di hadapan sang tetua dan ketiga tetangga yang membantunya tadi pagi.

Sang tetua mendekati meja makan. Dia yang sudah mendengar keseluruhan ceritanya saja, masih kaget dan shock melihat isi bungkusan yang berisi tulang-tulang bayi itu. Dia diam terpaku. Apalagi setelah melihat kepala bayi dengan rongga mata bolong yang mengalirkan darah, darahnya sudah menghitam, sang tetua shock sampai tidsk bisa berkata-kata. Dia shock atss kekejaman ysng luar biasa itu. Seumur hidupnya dia belum pernah melihat yang seperti itu.

Tetua desa menghela napas dalam-dalam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Demon Emperor   125 - Naik Ke Surgawi (Tamat)

    Semua orang yang berada di situ tertawa terbahak-bahak.Xiao Hei tersipu malu, wajahnya panas dan merah sekali seperti udang rebus."Tentu saja bukan ingin menjadi Selirmu, Ming Ge...!""Tapi ingin selalu menjadi Pengawal setiamu, dimanapun kau berada...!""Aku harus menanyakannya terlebih dahulu kepada Ayahandaku Kaisar Wu Jian Rui...!""Karena tidak sembarang orang yang bisa begitu saja pergi ke Surgawi, tergantung amal kebaikkannya semasa hidupnya...!""Tapi aku akan merekomendasikanmu di hadapan Ayahandaku, dia sangat menyayangiku, aku rasa dia tidak akan menolaknya...!""Kau tidak perlu khawatir...!"Kaisar Zhou Ming sangat berat, jika harus berpisah selamanya dengan Xiao Hei, dia merasa cocok dan menyayangi Xiao Hei seperti kakak kandungnya.Kaisar Zhou Ming melangkah ke Pohon Xiantao, memetik satu buah lagi untuk diberikan kepada Ketua Chu De Han, lalu berkata."Paman Han, bawalah dan makanlah satu buah Xiantao ini, buah Xiantao ini bisa membantumu menahan hawa dingin dari Inti

  • Demon Emperor   124 - Membuka Identitas Sejati

    Kaisar Zhou Ming dengan diikuti oleh kedua Prajurit Dewa yang mengikuti dibelakangnya segera keluar dari kedalaman gua, menuju ke sumber Mata Air Hangat kembali.Setelah tiba di sana, Kaisar Zhou Ming melihat kini ada lima orang yang sedang menunggunya.Yang dua orang lagi...Salah satunya adalah Ketua Chu De Han yang tadinya membeku menjadi patung es, kini sudah mencair kembali dan duduk di atas kursi es hasil pahatannya sendiri dengan tubuh yang masih sangat lemah, dan kedua pundaknya itu dipegangi oleh Chu De Hua berdiri di belakang punggungnya.Sedangkan Lang Jin, patung esnya juga sudah mencair, dia sedang berdiri tidak jauh dari situ dengan tubuhnya yang masih dililit dengan :CAMBUK SUCI API ILAHI SERATUS PETIR PEMECAH JIWADan di sampingnya berdiri Xiao Hei yang menjaganya supaya tidak melarikan diri.Mereka bertiga Chu De Hua, Xiao Hei dan Chu Yi Lian sangat heran, Kaisar Zhou Ming kembali dengan diikuti oleh kedua orang asing.Siapakah mereka berdua...?Chu Yi Lian segera me

  • Demon Emperor   123 - Janji Yang Harus Ditepati

    "Dan aku memiliki janji yang belum aku tepati terhadap seseorang...!"Kaisar Zhou Ming masih kaget dan shock, karena semuanya terlalu tiba-tiba dan tidak disangkanya, dan dia merasa tiba-tiba akan segera dipisahkan dari semua orang-orang yang dikasihinya yang berada di Bumi."Nggg..!""Apakah kau berjanji kepada putri keluarga Chu itu...?""Aku melihat kau sangat menyukai putri dari Keluarga Chu itu...!"Kaisar Surgawi berkata kepada putranya."Benar Ayahanda...!""Namanya Chu Yi Lian...!""Aku telah berjanji padanya, setelah masalah di Keluarga Chu selesai, aku akan segera menikahinya di Kekaisaran Zheng dan juga di Kekaisaran Kabut Misterius, dan mengangkatnya menjadi Permaisuriku...!"Kaisar Zhou Ming menjelaskan kepada Ayahandanya Kaisar Surgawi."Hmm...!""Tampaknya takdirmu itu tidak bisa terlepas dari Keluarga Chu ini, dari sejak kau masih menjadi Putra Mahkota di Surgawi, dan sampai diturunkan ke bumi menjadi Kaisar Iblis, kau masih terus di kelilingi oleh Keluarga Chu ini, be

  • Demon Emperor   122 - Putra Mahkota Wu Jian Lian

    Perlahan-lahan di layar itu memunculkan gambar sesosok tubuh setengah badan...Seorang Pria.Sebenarnya pria itu sudah berusia setengah baya, namun selalu nampak awet muda, maskulin dan gagah perkasa.Siapakah sebenarnya pria itu sebenarnya...?Kaisar Zhou Ming menatap pria yang berada di layar itu, lalu menangkupkan kedua buku jarinya, membungkukkan tubuhnya, dan memberi hormat, kemudian berkata dengan penuh penghormatan."Salam Yang Mulia Kaisar Surgawi...!""Zhou Ming...!""Kau sudah sampai ke tempat ini...!""Dan kau sudah menemukan Teratai Tianlian milikmu itu...!""Ketahuilah...!""Aku memang sengaja menuntun takdirmu untuk datang ke tempat ini...!""Dengan ini berarti hukumanmu sudah berakhir, dan kau dapat kembali ke Surgawi...!""Ke... kembali ke Surgawi...?" "A... apa maksud Yang Mulia Kaisar Surgawi...?" "A... aku sungguh-sungguh tidak mengerti dengan perkataanmu...?'"Ketahuilah Nak...!""Bahwa kau sesungguhnya adalah seorang Dewa yang berasal dari Surgawi...!""Dan kau

  • Demon Emperor   121 - Teratai Tianlian (Teratai Surgawi)

    "MING GE-KU SAYANG....!""Ayo gigit lagi Buah Xiantaonya ini...!"Chu Yi Lian berkata dengan nada yang manja dan merayu.Membuat hati Kaisar Zhou Ming berdebar-debar.Lalu Kaisar Zhou Ming menggigit lagi Buah Xiantao itu dibekas gigitan Chu Yi Lian, dan menghabiskan buah itu bersama.Setelah itu Kaisar Zhou Ming mengaktifkan kembali mantera menghentikan waktunya, dan semuanya kembali bergerak seperti semula seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.Kemudian Kaisar Zhou Ming berkata kepada mereka bertiga."Kalian bertiga di sini saja, menjaga Ketua Chu De Han dan Lang Jin itu...!""Aku akan memeriksa keadaan gua ini secara menyeluruh, dan akan masuk ke bagian yang lebih dalam dari guanya...!""Xiao Hei...!""Kau harus lebih berhati-hati mengawasi Lang Jin itu...!""Karena kemungkinannya Patung Es Lang Jin itu akan mencair lebih cepat daripada Ketua Chu De Han...!""Lang Jin sudah diikat dengan Cambuk Suci milikmu, tidak akan bisa terlepas dengan mudah...!""Aku akan ikut bersamamu, Min

  • Demon Emperor   120 - Apa Itu Yang Seksi Dan Menggoda ?

    "Kalian tidak perlu takut, sebelumnya aku akan mengikat Siluman itu dengan CAMBUK SUCI API ILAHI SERATUS PETIR PEMECAH JIWA terlebih dahulu...!""Siluman Serigala itu tidak akan bisa melepaskan diri dari ikatan Cambuk itu, karena Cambuk itu bukanlah Cambuk sembarangan, melainkan pemberian dari Kaisar Surgawi...!"[Author's Notes :Ingat tidak Rongshu adalah Raja Siluman Kayu yang kultivasinya telah mencapai usia 700 tahun, bahkan tidak bisa melepaskan dirinya sendiri dari lilitan Cambuk Suci itu. Apalagi Siluman Serigala ini kultivasinya hanya 400 tahun ]"Lagipula Siluman itu hanya seorang diri saja di sini sekarang, sedangkan kita berjumlah empat orang, nanti ditambah dengan Ketua Chu De Han akan menjadi lima orang...!""Dia tidak mungkin bisa menang melawan kita berlima, Ayah...!""He... he... he...!""Melawan Aku berdua dengan Xiao Hei saja, belum tentu bisa menang...!""Apalagi Pedang Bing Xin-nya sekarang berada di tanganku...!""Dan sesungguhnya Siluman Serigala itu hanya meng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status