Share

9 - Putraku Hilang

Tujuh hari kemudian setelah acara Persembahan Bulan Purnama berakhir. Orang-orang desa sudah mulai melupakannya.

Malam itu terdengar suara burung hantu di kejauhan.

Langit yang mendung, perlahan mulai tertutup awan gelap, cahaya kilat membelah awan.

Tidak ada angin. Dan udara panas

Saat itu kira-kira jam 6 sore. Di rumah Keluarga He.

He Bin Xiang dari siang belum pulang, karena sedang membuat perabotan rumah tangga pesanan dari tetangganya. Di dekat area ladangnya ada saung persegi panjang dengan empat kaki tiang, yang atapnya tertutup dengan jerami, dia biasa membuat perabotan rumah tangga di sana, tidak jauh dari rumahnya. Kalau membuat perabotan di rumahnya, berisik takut mengganggu tidur bayinya, lagipula di rumah tidak ada tempat untuk menaruh batang bambu.

He Ping Ping sedang tertidur lelap di kamar mereka.

Luo Mei Shan sedang mencuci pakaian di halaman belakang, dengan pintu dapur dibiarkan terbuka lebar-lebar, supaya kalau bayinya menangis, dia bisa mendengarnya.

Lonceng hijau tiba-tiba berbunyi "DING DING".

Luo Mei Shan di halaman belakang mendengarnya sayup-sayup, berpikir mungkin itu berbunyi karena tertiup angin. Kepalanya sedang menunduk dan punggungnya membungkuk karena sedang menggilas pakaian di papan cucian, tidak begitu memperhatikan area di sekitar halaman

Padahal tidak ada angin saat itu.

Udara di sekitarnya seperti dejavu, seperti ruang hampa.

Tiba-tiba ada bayangan berkelebat seperti kereta api high speed yang mengambang di atas rel, membuka pintu depan rumahnya, dan terus memasuki kamar tidurnya, matanya mencari-cari seorang bayi, dan bayangan itu melihatnya sedang tertidur di ranjang, langsung menyambarnya dengan cepat. Bayi itu terbangun, dan menangis keras karena melihat sesuatu yang tidak biasa. Bayangan itu sudah berlari ke pintu utama dan keluar — Suara tangisan bayi semakin lama semakin menjauh terdengar.....

Luo Mei Shan terkejut mendengar tangisan bayinya, buru-buru bangkit dan bergegas menuju ke kamarnya, dari ruang tengah dia melihat pintu utama rumah sudah terbuka, pintu kamarnya juga sudah terbuka. Dia beegegas masuk ke kamarnya, dan melihat ke ranjang, terkejut, bayinya sudah tidak ada di ranjang.

Lalu Luo Mei Shan berteriak, "Bin Xiang, kaukah itu? Kau sudah pulang? Di mana bayi kita."

Luo Mei Shan berpikir He Bin Xiang sudah pulang dan sedang menggendong bayinya ke halaman depan.

Yang menjawabnya adalah suara guntur yang menggelegar, lalu tiba-tiba hujan deras. Suara lonceng hijau sudah berhenti.

Luo Mei Shan bergegas keluar kamar sambil memanggil-manggil nama suaminya dengan panik, "Bin Xiang.... Bin Xiang...."

Tapi tidak ada jawaban.

Dia segera keluar halaman utama, di luar langit sudah gelap, cahaya petir membelah awan, suara guntur menggelegar, dan hujan sangat deras.

Di halaman tidak ada siapa-siapa.

Dia segera berlari ke dapur dan halaman belakang rumah, juga tidak ada siapa-siapa.

Luo Mei Shan panik sambil menangis, terus lari menuju ke halaman depan, menuruni tangga panggung dan hampir terpeleset jatuh dari tangga, berlari di tengah hujan deras dan raungan guntur, sambil berteriak-teriak "Bin Xiang.... bayi kita.... hilang, Bin Xiang.... bayi kita... hilang."

Dia berlari menuju ke saugan di tempat suaminya bekerja.

He Bin Xiang sudah sangat ingin pulang dari tadi, tiba-tiba perasaannya terasa sangat tidak enak, tapi guntur dan hujan deras datangnya sangat tiba-tiba, dan udara di dekitarnya terasa sangat aneh dan mencekam. Baru dia hendak berjalan pulang, tiba-tiba dia melihat istrnyai berlari sambil meneriakkan namanya.

"Bin Xiang.... Bin Xiang.... bayi kita... bayi kita....."

He Bin Xiang sangat terkejut, istrinya ke sini tanpa membawa bayi mereka.

"Kau meninggalkannya sendirian?" He Bin Xiang panik.

"Bin Xiang... bayi kita... bayi kita...

H I L A N G...." Kata Luo Mei Shan tergagap sambil menangis.

"HA.... Kenapa bisa hilang." He Bin Xiang sangat terkejut, segera menarik istrinya berlari menuju ke rumahnya.

Sesampainya di rumah dia langsung berlari ke kamar, kosong melompong, dia mencari ke dapur ke halaman belakang tapi tidak menemukannya.

"Coba ceritakan kejadiannya." Kata He Bin Xiang panik.

Lalu Luo Mei Shan menceritakan kejadiannya sambil nenangis tersedu-sedu.

"Salahku...salahku...kenapa aku mengabaikan bunyi lonceng itu, kupikir lonceng itu berbunyi karena tertuip angin, seharusnya aku tidak mencuci pakaian, seharusnya aku tidak meninggalkan bayi kita sendirian di kamar." Katanya istrinya tersedu-sedu, hatinya sakit, penuh penyesalan.

Mereka sangat khawatir bayinya dibawa makhkuk halus. (Memang dibawa makhluk karena Nenek Li sebenarnya telah meninggal, yang memasuki tubuhnya adalah Roh Siluman Kayu).

He Bin Xiang langsung berlari ke halaman, sambil berkata, "Aku akan pergi mencarinya"

Lalu dia berlari menerjang hujan deras dan raungan guntur, mencari bayinya seperti orang gila.

Tapi dia bingung hendak mencari kemana ? Tidak ada gambaran sama sekali siapa yang menculik bayinya, akhirnya dengan kebingungan dia mengetuk pintu para penduduk desa satu persatu dan menanyai mereka.

---

Di sela-sela derasnya air hujan tampak bayangan hitam dan suara tangisan bayi yang berlari ke arah hutan bambu, bayangan hitam itu adalah Nenek Lin.

Nenek Lin membawa bayi mungil yang malang itu ke dalam hutan bambu. Berlari terus ke Batu Ganda Hutan Bambu.

Dia tidak membawa bayi ke gudang bawah tanah, karena takut bayi itu menangis dan suaranya di dengar oleh para tetangga.

Hujan tiba-tiba berhenti. Angin sudah bertiup kembali. Hutan bambu tampak sedikit berkabut.

Setelah sampai di Batu Ganda Hutan Bambu, dia menaruh bayi itu di atas Batu Ganda Hutan Bambu yang basah oleh air hujan, bayi itu masih menangis terus semakin lama semakin kencang, suaranya menggema di seluruh hutan bambu. Bayi itu sangat takut melihat sosok di hadapannya.

Kesal karena bayi itu menangis terus, lalu dia "KRAKKK...." mematahkan leher sang bayi malang itu, tangisannya langsung berhenti seketika.

Di rumah Keluarga He, Luo Mei Shan, tiba-tiba tersentak di hatinya, hatinya terasa sangat tidak enak, dan sakit, naluri seorang ibu, dia tiba-tiba menangis histeris memikirkan bayinya.

Begitu pula dengan He Bin Xiang yang basah kuyup, yang sedang menanyai para tetangganya, hatinya tiba-tiba ikut tersentak, dia merasa seperti ada sesuatu yang direnggut dari jiwanya, dan menjadi semakin panik.

Kemudian Nenek Lin mulai memakan dagingnya dan meminum darahnya, seperti cara dia memakan daging ayam di rumahnya sendiri.

(Catatan penulis : Aku tidak akan menggambarkan secara mendetail, bagaimana cara dia memakan bayinya, karena terlalu sadis untuk dibayangkan, dan menyakiti hatiku).

Hm.... Aku sudah lama tidak makan daging selezat ini, begitu pikir Nenek Lin.

Nenek Lin duduk di atas Batu Ganda Hutan Bambu sambil asyik menggeroti daging dengan nikmat.

Nun jauh di sana.... di balik pepohonan bambu, ada sosok yang memperhatikan kelakuan Nenek Lin diam-diam. Dia adalah sosok hantu wanita bergaun putih yang bermata bolong. Dia ingin menolong bayi itu, tapi dia tak mampu, dia adalah hantu biasa yang kekuatannya terbatas, sedangkan di sana adalah Raja Siluman Pohon Beringin yang berusia ratusan tahun.

Dia hanya bisa berdiam-diam mengawasi dengan sedih dan penuh kebencian.

Setelah selesai, Nenek Lin menjilati jari jemarinya sendiri.

Hanya tersisa tulang rusuk, tulang lengan, tulang paha, tulang betis, dan jari-jari yang sudah tidak utuh lagi berserakan di atas Batu Ganda Hutan Bambu, tapi kepala bayi masih utuh, tidak di makannya, dia hanya mencungkil bola matanya, dan memakan bola matanya, kepala bayi dengan rongga mata bolong berdarah, di biarkan saja tergeletak begitu di atas Batu.

(Catatan penulis : Aduh... aku gak kuat, sadis nian...)

Semua tulang-tulang dan kepala itu dibiarkan begitu saja tergeletak di atas Batu Ganda Hutan Bambu yang basah, tidak dibersihkan atau dibuang ke sungai. Apalagi dikuburkan.

Setelah kenyang lalu Nenek Lin turun dari atas batu itu, dan melangkah pulang ke rumahnya.

Setelah agak lama, hantu wanita bergaun putih yang bermata bolong itu juga meninggalkan hutan bambu.

---

Hujan telah berhenti, bau air hujan masih tercium.

Desa Lu Zhong geger setelah mengetahui bahwa bayi He Bin Xiang hilang.

He Bin Xiang basah kuyup pulang ke rumahnya tanpa hasil. Dia duduk di meja makan sambil menangisi bayi kesayangannya yang hilang.

Jam 9 malam, para penduduk desa Lu Zhong beramai-ramai mendatangi rumah He Bin Xiang. untuk menanyakan dengan jelas detail kejadiannya.

Mereka berpikir pasti bayi He Bin Xiang di culik sama makhluk halus atau diculik sama Rongshu dan di bawa ke hutan Beringin, karena ada tanda-tanda lonceng hijau berbunyi sebelumnya.

Luo Mei Shan dengan mata bengkak, sambil tersedu-sedu menceritakan semuanya, tanpa ada satupun yang terlewatkan. He Bin Xiang pun ikut menangis.

Setelah menyimak apa yang di katakan Luo Mei Shan, mereka saling berargumen tentang siapa penculiknya.

Jam 11 malam, para penduduk desa Lu Zhong permisi pulang ke rumahnya masing-masing dengan ketakutan. Di desa mereka yang tadinya aman-aman saja sudah mulai dilanda terror.

Hanya tinggal He Bin Xiang dan Luo Mei Shan berdua saja di rumah itu. Mereka pasti tidak bisa tidur malam itu karena kejadian itu.

He Bin Xiang sampai lupa mengganti baju basahnya. Dia kenudian ke kamar mandi membuka baju basahnya, mengguyur beberapa gayung untuk membersihkan badan, tubuhnya kotor terciprat lumpur dan air hujan. Setelah selesai dia memakai pakaian kering. Kepalanya agak pusing, karena dua jam kehujanan.

Istrinya ke dapur dan memasakkan air jahe, dan membawa 1 piring bakpau dan 1 piring nasi wangi, yang tadi sore sebelum dia mencuci pakaian dan sebelum kejadian bayi hilang dia telah membuatnya di dapur, dia mrmbawanya untuk suaminya dan meletakkannya di meja makan. He Bin Xiang sudah selesai mandi duduk di meja makan.

"Aku tidak kepingin makan." Kata He Bin Xiang.

"Makanlah sedikit, kalau kau sakit besok kita tidak bisa mencari putra kita." Kata istrinya, lalu menyodorkan semangkuk air jahe panas kepada suaninya. Dia sendiripun meminum semangkuk air jahe.

Lalu suami istri itu hanya memakan sebuah bakpau dan menelannya dengan susah payah.

Setelah makan dan kumur-kumur, lalu mereka kembali ke kamar mereka. Dan dengan sedih melihat ke ranjang di tempat bekas bayi mereka tidur. Luo Mei Shsn mulai menangis lagi dan membelai-belaikan tangannya di tempat bekas bayi mereka tidur, sambil berkata: "Ping Ping... dimana kau Nak? "

Di luar angin kencang menderu.

Saat itu sudah pukul 12 tengah malam.

Tiba-tiba mereka mendengar suara wanita bergema dari arah halaman luar.

"Bin Xiang.... Bin Xiang.... Keluarlah.... Bin Xiang.... Bin Xiang.... Keluarlah...."

He Bin Xiang dan Luo Mei Shan kaget saling berpandangan, lalu buru-buru keluar rumah. Mereka berpikir itu orang yang menculik bayi mareka.

Setelah sampai di halaman depan mereka kaget melihat hantu wanita bergaun putih bermata bolong yang menyeramkan.

Mengkhawatirnya bayinya, mengalahkan rasa takut mereka.

"Kembalikan putraku." Kata He Bin Xiang kepada hantu wanita itu.

"Putramu... bukan aku... yang menculiknya.... Putramu... di culik... oleh.... seorang.... Nenek.... Putramu... ada... di batu.... hutan bambu... cepat.... ke sana...."

Setelah berkata demikian, hantu wanita itu menghilang.

"Aku akan pergi mencari bayi kita." Kata He Bin Xiang kepada istrinya.

"Aku ikut, tunggu sebentar aku akan membawa lampu minyak" Kata Luo Mei Shan, lalu masuk ke dalam rumah dan mengambil lampu minyak di meja makan.

He Bin Xiang takut di tempat lokasi bayinya akan ada bahaya, ingin minta bantuan para tetangganya.

"Aku pergi duluan, kau cepat minta bantuan kepada beberapa orang tetangga pria, untuk datang menyusulku, berikan lampu minyaknya kepadaku." Kata He Bin Xiang bergegas lari menuju ke hutan bambu.

Liu Mei Shan bergegas ke beberapa tetabgganya dan mengetuk pintu dengan terburu-buru, neminta bantuan mereka.

"Tok tok tok."

"Tok tok tok."

"Tok tok tok."

"Mei Shan ada apa malam-nalam begini." Tetangga pria yang merupakan kepala rumah tangga di rumah itu baru saja akan tertidur lelap kaget mendengar ketukan pintu yang terburu-buru, dan melihat siapa yang datang.

"To...long aku, tolong aku." Kata Liu Mei Shan, sedikit tergagap.

"Tenang.... tenang.... dulu, ceritakan ada apa." Kata tetangga pria itu.

Lalu Liu Mei Shan menceritakan secara singkat, apa yang dikatakan hantu wanita itu.

"Baiklah....mari cepat kita bangun tetangga yang lainnya juga." Kata tetangga pria itu.

Pada tetangga yang lainnya juga kaget dibangunkan tengah malam begini. Setelah diberitahu, mereka bergegas bangun dari tidurnya dan pergi membantu Luo Mei Shan.

Lalu mereka tiga orang tetangga dan Luo Mei Shan bergegas ke hutan bambu masing-masing membawa lampu minyak, ada juga yang membawa alat sabit dan ada juga yang membawa pentungan atau parang di tangan.

Angin masih bertiup dengan kencang. Malam semakin gelap.

Sementara itu Nenek Lin sudah kembali ke rumahnya dengan perut yang kenyang dan Energi Spiritual Iblis yang berlimpah, dan kembali melanjutkan semedinya untuk meningkatkan kekuatan iblisnya di kamarnya.

---

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status