Home / Fantasi / Demon Emperor / 6 - Penjelmaan

Share

6 - Penjelmaan

last update Last Updated: 2022-03-27 13:26:35

Di hutan terdengar suara-suara burung hantu dan kepakkan sayap kekelawar di langit.

Hari sudah malam, sudah hampir jam 9 malam, dan waktu yang harus ditempuh untuk perjalanan pulang dari arah hutan Beringin sampai ke desa mencapai 3,5 jam dengan berjalan kaki, sampai di rumah Nenek Lin bisa jam 12:30 malam.

Nenek Lin bangkit dari pelataran Pohon Beringin, sedikit sempoyongan. Lalu mulai berjalan kembali untuk pulang ke desa Lu Zhong. Dengan Energi Spiritual Iblis dari Rongshu Sang Raja Siluman Kayu, Nenek Lin berjalan di tanah dengan setengah mengambang. Seperti kereta api high speed yang mengambang di atas rel.

Dia menuruni hutan Yin Wu dan memasuki hutan bambu, dan kenudian melewati hutan bambu itu lagi, menengok ke kiri dan kanan, tapi tidak tampak lagi hantu wanita bergaun putih yang bermata bolong itu.

Seharusnya saat itu Nenek Lin benar-benar memperhatikan peringatan dari hantu wanita bergaun putih dan bermata bolong itu, juga mengingat peringatan dari suaminya untuk berhati-hati dan tidak mendekati hutan Beringin.

Selelah itu dia melewati Batu Ganda Hutan Bambu. Perjalanan berjalan lancar sampai ke rumah, tidak ada yang datang menghambat.

Tiba di desa jam 10 malam, waktu perjalanan 3,5 jam, hanya di tempuh dalam 1 jam saja.

Setelah tiba di rumahnya, dia menaiki tangga panggung yang berada di depan rumah. Dan mengetuk pintu depan rumahnya.

"Tok tok tok."

Dia mengetuk pintu rumahnya. Tidak ada yang membukakan pintu.

"Tok tok tok."

Kali ini lebih keras lagi suara ketukan pintunya. Suaminya yang sedang tidur pulas di kamarnya terbangun, agak lama baru dia tersadar, dan dia mendengar ada suara ketukan pintu. Dia buru-buru bangun untuk membukakan pintu.

"Istriku, kenapa pulangnya malam sekali?." Tanya Tuan Ma setelah pintu terbuka.

"Aku sedikit tersesat di hutan." Kata Nenek Lin dengan ekspresi datar

"HA...." Kata Tuan Ma dengan ekspresi kaget. "Kau tidak tersesat di hutan Beringin itu'kan?".

Setelah masuk Tuan Ma baru melihat wajah istrinya sangat pucat, segara memegang kedua telapak tangannya, telapak tangannya dingin.

"Kau tidak apa-apakan istriku?" Tuan Ma menatap istrinya dengan wajah yang tampak sangat khawatir.

"Kau lihat sendiri aku baik-baik saja'kan." Kata Nenek Lin acuh tak acuh.

Lalu Tuan Ma membantu istrinya menurunkannya keranjang di punggung dan membawanya ke dapur.

"Apakah kau sudah lapar? Aku akan memasakkan sesuatu untukmu." Tanya Nenek Lin.

"Aku lapar sekali, tapi kalau kau sangat lelah, abaikan saja, di meja masih ada 3 buah bakpau, besok saja masaknya." Kata Tuan Ma.

"Aku tidak lelah." Kata Nenek Lin dingin.

"Kau beristirahat saja dulu di kamar, kalau sudah matang, aku akan memanggilmu keluar untuk makan." Kata Nenek Lin.

Lalu Nenek Lin masuk ke dapur, mengambil beberapa kayu bakar dan melemparkannya ke tungku[1]

[1] Kompor jaman dulu, terbuat dari batu persegi, d itengahnya berlubang tempat menaruh kayu bakar, di atas batu adalah tempat menaruh panci.

Dia melihat ke sekeliling dapur, dia melihat ada seekor ayam yang diikat di tiang dapur, dia berjongkok melepaskan ikatannya di tiang. Lalu dia menarik talinya, menariknya supaya si ayam mendekat kepadanya dan memegang badan ayam itu, Sang ayam ber "KEOK....KEOK....".

Setelah dia memegang si ayam, dia menjepit badan si ayam diantara pahanya yang sedang menekuk karena sedang berjongkok, lalu kedua tangannya memegang batang leher si ayam, dan "KRAKKK...." si Ayam ber "KEOK....KEOKKKKKKKKK..." melolong sekejap, kenudian berhenti. Leher ayam telah patah menjadi dua bagian. Darah bercipratan ke lantai dan gaun Nenek Lin.

Di kamar Tuan Ma juga mendengar jeritan si ayam, hanya berpikir istrinya sedang menyembilih ayam untuk memasak bubur. Jadi dia diam saja sambil tidur-tiduran di kamar, karena memang badannya kurang fit sejak dari tadi pagi.

Di dapur Nenek Lin yang sedang berjongkok, mendekatkan mulutnya ke leher si ayam, dan menyedot habis darahnya.

Setelah darah tersedot habis, dia mencabuti bulu-bulu ayam, hingga bersih. Setelah bersih dia mematahkan tulang di tubuh si ayam menjadi beberapa bagian, dia menggeroti dan memakan daging ayam mentah itu sampai hanya tersisa tulang-tulangnya saja. Dia memakan ayam itu dengan gerakan yang cepat, sebentar saja daging ayamnya sudah habis digerogoti. Dipinggir mulut dan bibirnya berceceran darah ayam, dia menjilati ceceran itu hingga bersih.

Setelah selesai dia melihat ke sekeliling, di mana di taruh panci dan beras, lalu mengambilnya.

Setelah mengambil panci, kemudian dia menaruh beras dan air yang banyak untuk dimasak bubur. Lalu memasukkan sisa tulang-tulang dan kepala ayam ke dalamnya. Dia juga meletakkan satu lagi alat pengukus bakpau yang telah diisi air, yang juga ditaruh di atas tungku.

Kenudian dia melihat lagi di meja ada sekeranjang telur ayam, kira-kira berisi 10 butir telur ayam, dia menecahkan kulit telur itu, lalu langsung menuangkan isi telur ke dalam mulutnya sendiri dan menyedot kuning telurnya dan menelannya, begiu seterusnya sampai 10 butir telur itu habis. Dan dia menjilati bibirnya lagi. Seletah itu kulit-kulit telur itu ditaruhnya kembali di dalam keranjang telur, dan dibuang ke sanpah.

Lalu dia keluar dapur membawa mangkuk besar, melewati pintu belakang yang ada di dapur, menuruni tangga dan menuju ke halaman, di bawah pohon dia berjongkok dan mengorek tanah, dan menemukan segerombol cacing tanah yang gemuk, menaruhnya ke dalam mangkuk. Mangkuk itu penuh dengan senunjung cacing tanah.

Setelah cukup, dia bangun dan berjalan kembali ke dapur, sekilas dia melihat ada basenent di bawah rumah panggung.

Lalu dia menaiki tangga, membuka pintu dapur, dan masuk ke dalam dapur.

Kenudian memasukkan setengah mangkuk dari cacing gemuk itu ke dalam panci bubur. Sisa setengah lagi di mangkuk, dia menaruhnya di atas meja. Mengambil piring kosong besar, lalu di taruh di atas meja.

Setelah itu dia mengambil tepung di atas rak, dan menuangkannya di atas meja, tepung di campur dengan air dan menguleni, setelah jadi adonan, dia membentuk bulat-bulat lalu tengahnya dibuat lubang, lalu dia memasukkan dua ekor cacing ke dalam lubang, dan lubang di tutup lagi dan dibentuk menjadi bakpau lalu menaruhnya d piring, sampai senua cacingnya habis, sisa adonan dia membuangnya ke sampah.

Piring yang berisi 10 buah bakpau, dimasukkan ke alat pengukus yang telah di beri air bawahnya.

Dia membuka panci bubur, bubur telah matang, mengangkatnya dari tungku, dan menuangnya ke mangkuk besar. Lalu menunggu bakpau matang.

Setelah bakpau matang, dia membuka tutup alat pengukus, mengangkat piringnya. Lalu membawanya bersama dengan mangkuk bubur ke meja makan.

Lalu dia mengambil teh dan menyeduhnya bersama kotoran cacing, sisa di mangkuk tadi.

"Suamiku, makanan telah siap." Dia memanggilnya dari luar kamar.

Suaminya berjalan keluar dari kamar dan duduk di meja makan.

Tercium bau yang harum dari masakkan istrinya dan sangat menggugah selera. Dia melihat bubur dengan daging ayam di meja dan bakpau yang mengepulkan uap panas.

Suaminya juga menatap gaun istrinya ternoda cipratan darah, istrinya mengikuti pandangan matanya, dan menjawab, "Terkena cipratan darah ayam."

Nenek Lin lalu menyendokkan bubur ke mangkuk yang labih kecil dan menaruhnya di hadapan suaminya.

"Harum sekali." Kata Tuan Ma yang memang sudah sangat lapar langsung melahapnya sampai habis: "Tambah lagi", lalu dia menyodorkan mangkuk kosongnya ke istrinya.

Bibir Nenek Lin melengkung ke atas. Lalu dia menyendokkan semangkuk bubur lagi. Setelah itu dia menyodorkan piring bakpau.

"Mengapa kau tidak ikut makan?" Tanya Tuan Ma.

"Tadi aku sudah makan di dapur." Kata Nenek Lin.

Tuan Ma menghabiskan dua mangkuk bubur, dan dua buah bakpau, perutnya sudah terasa kenyang dan semua itu di makan dengan sangat lahap.

"Enak?" Tanya Nenek Lin.

"Rasanya sangat luar biasa bubur ayam dan bakpau buatanmu." Kata Tuan Ma mengacungkan jempol. Nenek Lin tersenyum dingin.

Selesai makan dan minum teh, Tuan Ma, lalu pergi berkumur.

"Aku sudah mandi tadi, apakah kau ingin pergi mandi? kalau ingin mandi, pergilah mandi dulu, baru kita pergi tidur." Kata Tuan Ma.

"Nn" kata Nenek Lin.

"Aku akan menunggumu di kamar." Kata Tuan Ma lagi, lallu dia masuk ke kamarnya.

Nenek Lin mengikuti suaminya masuk ke kamar, lalu melihat ke sekeliling kamar, membuka lemari, mengambil satu set pakaian bersih, lalu berjalan keluar kamar, menuju ke dapur, lalu keluar melalui pintu dapur, menuruni tangga dan menuju ke sungai terdekat.

Malam itu jam 12 malam, gelap gulita, hanya ada bulan sabit yang cahayanya sangat redup tertutup awan.

Setelah tiba di pinggir sungai, dia membuka baju kotornya di atas rerumputan, menaruh baju bersihnya di atas batu, telanjang bulat turun ke sungai, dan berendam di sana, menggerai rambut panjangnya dan mencucinya di dalam aliran air, setelah itu mengusap-usap dan menggosok-gosok tubuh atasnya di air dingin, dan membersihkan tubuh bagian bawahnya dari bekas darah, walaupun tak ada bekas darahnya sama sekali.

Kemudian dia bersenandung:

"Pergilah... pergi dengan tubuhmu, kembalilah.... kembali dengan tulangmu...."

Begitu berulang-ulang.

Suaranya lirih menyeramkan, seperti nyanyian kuntilanak.

Untung orang-orang desa sudah pada tidur, dan tengah malam begini tidak ada orang yang berani ke sungai sendirian.

Setelah mandi, tubuhnya bangkit dari sungai berjalan ke batu, melap rambut dan tubuhnya dengan handuk dan meraih pakaian bersihnya dari atas batu dan memakainya. Lalu membuang pakaian kotornya ke sungai, ke arah aliran yang menuju ke pinggir desa yang ada lubang pusaran airnya.

Setelah itu dia kembali ke rumahnya untuk masuk melalui pintu dapur lagi.

Setelah tiba di halaman belakang, sebelum naik ke tangga dapur dia menuju ke basenent, melihatnya, membuka tutupnya dan masuk ke dalam menuruni tangga, baunya agak pengap. Di sana gelap gulita, orang biasa harus melihat dengan senter atau lampu baru terlihat dengan jelas. Dia adalah Roh Iblis Alam Kegelapan, dia tidak perlu menggunakan senter, itu terlihat sangat jelas. Ruang itu tidak begitu besar. Di sana hanya ada beras, bahan-bahan makanan, dan barang-barang yang tidak dipergunakan. Jadi fungsi basenent itu adalah sebagai gudang. Setelah itu dia naik ke atas lagi dan menutup pintu basement.

Kemudian dia menaiki tangga, membuka pintu dapur, masuk melewati dapur, dan menuju ke kamar.

‐--

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Demon Emperor   125 - Naik Ke Surgawi (Tamat)

    Semua orang yang berada di situ tertawa terbahak-bahak.Xiao Hei tersipu malu, wajahnya panas dan merah sekali seperti udang rebus."Tentu saja bukan ingin menjadi Selirmu, Ming Ge...!""Tapi ingin selalu menjadi Pengawal setiamu, dimanapun kau berada...!""Aku harus menanyakannya terlebih dahulu kepada Ayahandaku Kaisar Wu Jian Rui...!""Karena tidak sembarang orang yang bisa begitu saja pergi ke Surgawi, tergantung amal kebaikkannya semasa hidupnya...!""Tapi aku akan merekomendasikanmu di hadapan Ayahandaku, dia sangat menyayangiku, aku rasa dia tidak akan menolaknya...!""Kau tidak perlu khawatir...!"Kaisar Zhou Ming sangat berat, jika harus berpisah selamanya dengan Xiao Hei, dia merasa cocok dan menyayangi Xiao Hei seperti kakak kandungnya.Kaisar Zhou Ming melangkah ke Pohon Xiantao, memetik satu buah lagi untuk diberikan kepada Ketua Chu De Han, lalu berkata."Paman Han, bawalah dan makanlah satu buah Xiantao ini, buah Xiantao ini bisa membantumu menahan hawa dingin dari Inti

  • Demon Emperor   124 - Membuka Identitas Sejati

    Kaisar Zhou Ming dengan diikuti oleh kedua Prajurit Dewa yang mengikuti dibelakangnya segera keluar dari kedalaman gua, menuju ke sumber Mata Air Hangat kembali.Setelah tiba di sana, Kaisar Zhou Ming melihat kini ada lima orang yang sedang menunggunya.Yang dua orang lagi...Salah satunya adalah Ketua Chu De Han yang tadinya membeku menjadi patung es, kini sudah mencair kembali dan duduk di atas kursi es hasil pahatannya sendiri dengan tubuh yang masih sangat lemah, dan kedua pundaknya itu dipegangi oleh Chu De Hua berdiri di belakang punggungnya.Sedangkan Lang Jin, patung esnya juga sudah mencair, dia sedang berdiri tidak jauh dari situ dengan tubuhnya yang masih dililit dengan :CAMBUK SUCI API ILAHI SERATUS PETIR PEMECAH JIWADan di sampingnya berdiri Xiao Hei yang menjaganya supaya tidak melarikan diri.Mereka bertiga Chu De Hua, Xiao Hei dan Chu Yi Lian sangat heran, Kaisar Zhou Ming kembali dengan diikuti oleh kedua orang asing.Siapakah mereka berdua...?Chu Yi Lian segera me

  • Demon Emperor   123 - Janji Yang Harus Ditepati

    "Dan aku memiliki janji yang belum aku tepati terhadap seseorang...!"Kaisar Zhou Ming masih kaget dan shock, karena semuanya terlalu tiba-tiba dan tidak disangkanya, dan dia merasa tiba-tiba akan segera dipisahkan dari semua orang-orang yang dikasihinya yang berada di Bumi."Nggg..!""Apakah kau berjanji kepada putri keluarga Chu itu...?""Aku melihat kau sangat menyukai putri dari Keluarga Chu itu...!"Kaisar Surgawi berkata kepada putranya."Benar Ayahanda...!""Namanya Chu Yi Lian...!""Aku telah berjanji padanya, setelah masalah di Keluarga Chu selesai, aku akan segera menikahinya di Kekaisaran Zheng dan juga di Kekaisaran Kabut Misterius, dan mengangkatnya menjadi Permaisuriku...!"Kaisar Zhou Ming menjelaskan kepada Ayahandanya Kaisar Surgawi."Hmm...!""Tampaknya takdirmu itu tidak bisa terlepas dari Keluarga Chu ini, dari sejak kau masih menjadi Putra Mahkota di Surgawi, dan sampai diturunkan ke bumi menjadi Kaisar Iblis, kau masih terus di kelilingi oleh Keluarga Chu ini, be

  • Demon Emperor   122 - Putra Mahkota Wu Jian Lian

    Perlahan-lahan di layar itu memunculkan gambar sesosok tubuh setengah badan...Seorang Pria.Sebenarnya pria itu sudah berusia setengah baya, namun selalu nampak awet muda, maskulin dan gagah perkasa.Siapakah sebenarnya pria itu sebenarnya...?Kaisar Zhou Ming menatap pria yang berada di layar itu, lalu menangkupkan kedua buku jarinya, membungkukkan tubuhnya, dan memberi hormat, kemudian berkata dengan penuh penghormatan."Salam Yang Mulia Kaisar Surgawi...!""Zhou Ming...!""Kau sudah sampai ke tempat ini...!""Dan kau sudah menemukan Teratai Tianlian milikmu itu...!""Ketahuilah...!""Aku memang sengaja menuntun takdirmu untuk datang ke tempat ini...!""Dengan ini berarti hukumanmu sudah berakhir, dan kau dapat kembali ke Surgawi...!""Ke... kembali ke Surgawi...?" "A... apa maksud Yang Mulia Kaisar Surgawi...?" "A... aku sungguh-sungguh tidak mengerti dengan perkataanmu...?'"Ketahuilah Nak...!""Bahwa kau sesungguhnya adalah seorang Dewa yang berasal dari Surgawi...!""Dan kau

  • Demon Emperor   121 - Teratai Tianlian (Teratai Surgawi)

    "MING GE-KU SAYANG....!""Ayo gigit lagi Buah Xiantaonya ini...!"Chu Yi Lian berkata dengan nada yang manja dan merayu.Membuat hati Kaisar Zhou Ming berdebar-debar.Lalu Kaisar Zhou Ming menggigit lagi Buah Xiantao itu dibekas gigitan Chu Yi Lian, dan menghabiskan buah itu bersama.Setelah itu Kaisar Zhou Ming mengaktifkan kembali mantera menghentikan waktunya, dan semuanya kembali bergerak seperti semula seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.Kemudian Kaisar Zhou Ming berkata kepada mereka bertiga."Kalian bertiga di sini saja, menjaga Ketua Chu De Han dan Lang Jin itu...!""Aku akan memeriksa keadaan gua ini secara menyeluruh, dan akan masuk ke bagian yang lebih dalam dari guanya...!""Xiao Hei...!""Kau harus lebih berhati-hati mengawasi Lang Jin itu...!""Karena kemungkinannya Patung Es Lang Jin itu akan mencair lebih cepat daripada Ketua Chu De Han...!""Lang Jin sudah diikat dengan Cambuk Suci milikmu, tidak akan bisa terlepas dengan mudah...!""Aku akan ikut bersamamu, Min

  • Demon Emperor   120 - Apa Itu Yang Seksi Dan Menggoda ?

    "Kalian tidak perlu takut, sebelumnya aku akan mengikat Siluman itu dengan CAMBUK SUCI API ILAHI SERATUS PETIR PEMECAH JIWA terlebih dahulu...!""Siluman Serigala itu tidak akan bisa melepaskan diri dari ikatan Cambuk itu, karena Cambuk itu bukanlah Cambuk sembarangan, melainkan pemberian dari Kaisar Surgawi...!"[Author's Notes :Ingat tidak Rongshu adalah Raja Siluman Kayu yang kultivasinya telah mencapai usia 700 tahun, bahkan tidak bisa melepaskan dirinya sendiri dari lilitan Cambuk Suci itu. Apalagi Siluman Serigala ini kultivasinya hanya 400 tahun ]"Lagipula Siluman itu hanya seorang diri saja di sini sekarang, sedangkan kita berjumlah empat orang, nanti ditambah dengan Ketua Chu De Han akan menjadi lima orang...!""Dia tidak mungkin bisa menang melawan kita berlima, Ayah...!""He... he... he...!""Melawan Aku berdua dengan Xiao Hei saja, belum tentu bisa menang...!""Apalagi Pedang Bing Xin-nya sekarang berada di tanganku...!""Dan sesungguhnya Siluman Serigala itu hanya meng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status