Share

2. Terkuaknya Sebuah Rahasia

"Sebenarnya ... Ibu bohong ... tentang Ayah kamu selama ini." Dengan susah payah, Leyla menuntaskan kalimatnya. Suaranya terdengar semakin melemah. "Ayah kamu ... nggak meninggalkan Ibu. Dia ada ... di dekat kamu."

"Bohong gimana, Bu?" Pikiran Alena mulai berspekulasi.

"Ayah kamu nggak meninggalkan Ibu seperti yang pernah Ibu ceritakan. Ayah sama Ibu nggak pernah menikah."

Alena tertegun.

Jadi ibu dan ayah tidak pernah menikah?

Itu artinya ibunya hamil di luar nikah dan dirinya adalah anak haram?

 "Kenapa bisa, Bu? Jadi siapa sebenarnya Ayah aku?"

Mata Leyla yang sedari tadi menatap Alena, beralih menatap langit-langit ruangan bercat putih bersih. "Ayah kamu adalah orang yang selama ini kamu anggap sebagai Kakek kamu. Bagaskara."

Alena lebih syok lagi. Kakek Bagaskara? Bukannya kakek Bagaskara itu suami nenek Rista, adik dari neneknya? Bagaimana bisa Bagaskara adalah ayahnya? Alena tak mengerti bagaimana semuanya bisa terjadi.

"Ibu nggak bohong, 'kan, Bu?" Alena rasanya tak percaya.

Leyla menggeleng lemah. "Ceritanya rumit ...." Suara Leyla nyaris tak terdengar.

"Bagaimana itu bisa terjadi, Bu? Jelasin ke aku." Alena mendesak ibunya dengan rasa penasaran yang membesar. Sementara Farah yang mendengarnya kian membisu.

Leyla kembali menatap Alena. "Maafin Ibu, Alena ..." Leyla malah minta maaf membuat Alena makin tak mengerti. "Intinya Bagaskara adalah Ayah kandung kamu. Ibu nggak menikah dengannya karena ulah Rista. Rista itu jahat! Sangat jahat! Dia yang sudah merebut Ayah kamu dari Ibu! Dia wanita manipulatif. Munafik." Leyla menggebu-gebu. Meski lemah, intonasinya kian meninggi.

Alena diam, menunggu ibunya melanjutkan ucapan. Namun, tidak dengan pikirannya yang sibuk berspekulasi.

"Sekarang mereka hidup bahagia bersama anaknya, Alyssa. Mereka bahagia di atas penderitaan kita." Tangis Leyla pecah seketika. Tak dapat lagi menahan kesedihan yang kian menyesakkan hati. Peristiwa-peristiwa masa lalu mendadak berkelabat di ingatannya. "Seandainya dulu Ibu yang menikah dengan ayahmu. Nasib kamu tidak akan begini, Alena."

Alena berusaha untuk tidak menangis, meski tak dapat dimungkiri perasaannya sedih dan sakit mendengar cerita Ibu. "Ibu nggak boleh nangis," bisiknya.

"Kamu harus datangin mereka, kamu harus--" 

"Ibu jangan ngomongin itu dulu, Bu. Ibu fokus aja sama kesembuhan Ibu, ya?" Alena berusaha mengalihkan perhatian ibunya. Tapi Leyla malah menggeleng.

"Ibu mohon kamu harus datangin mereka ... minta pertanggungjawaban kepada mereka ...." Selepas mengucapkan kalimat itu, Leyla mendadak mengalami sakaratul maut. 

"Ibu!" Alena berteriak tertahan. Tak pernah terduga olehnya, di usianya yang masih sangat belia, dia melihat sendiri ibunya sakaratul maut, secepat itu.

"Laa ... ilaaha ...."

"Laa ... ilaaha ... illallaahh ...." Dengan air mata tak terbendung, Alena membantu ibunya mengucapkan dua kalimat syahadat. "Muhammadur Rasulullah ...."

Persis kalimat itu selesai dilisankan, Leyla menghembuskan napas terakhir. Tangis Alena pecah seketika. Tangannya menutup kedua mata sang ibu yang telah tak bernyawa "Ibu!!"

"Tante Leyla!" Farah yang sejak tadi terdiam akhirnya berseru. "Al, lo yang sabar, ya?" Farah mengusap bahu Alena.

Alena lantas menggeleng, tersadarkan sesuatu. "Ibu pasti belum meninggal. Ibu masih bisa diselamatkan!" Alena masih berharap semua ini tidak nyata. Yang dia lihat tadi hanyalah ilusi-nya. "Bu, bangun, Bu!"

"Al, Tante Leyla beneran udah meninggal."

Alena tak memedulikan Farah dan malah berlari menuju pintu, ke luar ruangan mencari dokter. "Dokter!"

Farah yang melihat itu tak bisa mencegah lagi.

"Dokter!" Suara Alena terdengar lantang di lorong depan ruangan itu. Mengundang perhatian pengunjung lain dan staf rumah sakit. Tak lama kemudian, dokter yang tadi menangani ibunya beserta seorang perawat pun datang.

"Ada apa, Mbak?" tanya perawat itu.

"Ibu saya! Ibu saya!" Alena kehilangan kata-kata. Melihat aksi Alena yang demikian, dokter dan perawat itu langsung bergegas masuk ke ruangan. Alena ikut masuk dan menyaksikan semua.

"Permisi."

Farah menepi.

Dokter memeriksa denyut nadi di tangan Leyla dengan kedua jarinya. Lantas menggeleng. "Innalillahi Wa'innailaihi Rajiun, Bu Leyla sudah tiada."

Alena menggeleng keras. "Nggak mungkin, Dok! Dokter pasti salah, periksa lagi, Dok! Atau coba lakukan sesuatu siapa tahu Ibu saya masih bisa sadar!"

"Maaf, tapi Ibu Anda sudah meninggal dunia," jelas dokter itu lagi.

 Alena menatap sang dokter tak percaya, lalu menghampiri ibunya yang terbaring kaku. "Ibu! Ibu kenapa tinggalin Alena, Ibu?! Ibu bangun!!" Alena mengguncangkan tubuh ibunya sekuat tenaga berharap ibunya bangun.

"Al, istighfar, Al. Tante Leyla udah nggak ada," bisik Farah. "Ikhlasin, Al."

Alena tak peduli dan terus berteriak histeris sambil mengguncang tubuh ibunya. Berharap ada keajaiban.

"Ibu!!" Alena terus menangis dan berteriak sampai akhirnya gadis itu jatuh pingsan.

"Alena!" Farah yang melihat itu langsung panik sekaligus bingung. Apa yang harus dia lakukan?

Aprillia D

Gulir terus bab selanjutnya ....

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status