Share

Atur rencana

Author: Rosenorchid
last update Last Updated: 2021-04-30 01:24:50

"Hati-hati di jalan ya, Di," pesan Bu Ambar, ibu kepada Zaky, dia suka dengan pribadi Dinar yang ceria dan mandiri, suaminya sering cerita tentang staf di restorannya yang ceria masih muda dan mandiri, Dinar namanya. Bahkan Bu Ambar sudah menganggap Dinar seperti anak sendiri, karena dia tidak punya anak perempuan.

"Makasih Bu, saya balik ke restoran lagi, naik grab aja."

"Zaky nggak bisa antar?"

"Aku ada pertemuan dengan grup diskusi Ma, penting." 

"Ya udah, ibu antar sampai depan."

Dinar mengangguk dan mengikuti langkah Bu Ambar ke depan. Mereka menunggu ojol yang sudah dipesan barusan.

Sementara di tempat lain Dirham sedang menunggu seseorang di cafe, tempat yang sudah dijanjikan untuk bertemu seseorang.

Selang beberapa saat menunggu, akhirnya orang yang ditunggu muncul. Seorang pria dengan pakaian casual dan berperawakan tinggi, berkacamata hitam mendekatinya. 

Mereka berjabat tangan ala lelaki lalu duduk berhadapan. 

"Ada kabar apa?" 

Tanpa basa basi Dirham bertanya pada PI nya (personal intelijen) yang di bayarnya. 

"Santai bro." Jehan yang duduk di depan teman merangkap kliennya itu tersenyum, hafal dengan sifat Dirham yang tidak sabaran.

"Gue bayar elo bukan untuk bersantai."

Mood tidak baik. 

"Ini, dia pergi ke rumah lelaki itu, hari ini. Tapi pulang sendiri naik grab, kelihatan sudah dekat dengan nyonya rumah."

Dirham mengepal tangannya, marah. 

"Staf selalu dibawa pulang kerumahnya tidak?"

"Sebulan ini tidak ada, hanya gadis ini saja yang sering diajak kerumahnya. Sepertinya mereka dekat." 

"Ada apa lagi?" 

"Dia sebentar lagi lulus kuliah, jadi sibuk di kampus." 

"Terus awasi dia, sampai aku bilang stop baru lepaskan dia."

"Oke, ada kabar lain lagi, tentang Julia." 

"Ada apa dengan dia?"

"Kemarin gue ketemu dia di mall, Julia tanya tentang elo, katanya ada apa sebulan ini seolah elo menjauhi dia. Di hubungi juga sulit,"

"Perempuan, dulu dikejar jual mahal giliran dilepas maunya diperhatikan. Tidak usah hiraukan dia, Julia itu urusan gue, yang dua orang itu elo jangan lepas pandang."

"Oke, gue pergi dulu."

"Ini buat elo." Dirham menyodorkan amplop berwarna coklat yang berisi uang tunai kepada Jehan. Pria itu tidak mengambilnya malah menggeser amplop itu kearah Dirham lagi.

"Bukan sekarang, gue minta kalau gue sudah butuh."

"Gue tidak ambil apa yang sudah keluar dari gue. Elo ambil saja sekarang, sisanya gue akan tambah lagi."

Terpaksa Jehan menerima amplop itu. Dan pergi meninggalkan Dirham yang masih duduk sambil menghabiskan airnya.

Dirham berfikir keras, tidak boleh di tunda lagi.

***

Dinar turun dari motor grab tepat di depan restoran, dia segera masuk ke dalam dan menemui Edo. 

"Ini mas bahannya."

"Oke, kamu bisa istirahat dulu Di. Kasihan aku lihat kaya ayam di kejar elang saja."

"Iyalah tadi Zaky bilang barang ini harus sampai cepat. Drivernya sampai ngebut kek di kejar setan. Aku bilang kita yang ngejar setan, setannya di direstoran. Hahaha."

"Kurang asam. Jadi aku setannya." Edo merasa dialah setannya karena dia yang mengirim Dinar mengambil bahan itu. Staf yang lain hanya menggelengkan kepala menyaksikan gurauan Edo dan Dinar, sudah hafal dengan keakraban mereka. Memang Dinar adalah gadis ceria dan akrab dengan siapa saja. 

"Bukan aku yang bilang ya, tapi mas Edo sendiri yang ngaku jadi setan. Hahaha." 

"Awas kamu." Edo bersiap mengejar Dinar yang sudah tertawa keras dan berlari menuju ke arah meja di samping dapur kering, disana Dinar akan duduk sebentar mengambil nafas. Tiba-tiba ponsel Dinar bergetar, dia buat mode getar kalau di tempat kerja. Dia heran ada nomor baru yang menghubunginya.

"Hallo," 

"Hai, Hallo. Ini Dirham." Dinar mengerutkan keningnya. 'perasaan aku tidak memberi nomor handphone pada lelaki itu.'

"Em, aku dapat nomormu dari salah satu staf di tempat kamu kerja."

Dirham mencari alasan yang masuk akal. Padahal itu salah satu kerja Jehan. 

"Ada apa ya?"

"Besok kan malam Minggu, aku mau ajak kamu keluar."

"Besok aku lembur satu jam."

"Aku tunggu." Ada rasa lain menjamah hati Dinar mendengar ucapan Dirham, seperti mendengar janji untuk menunggu cintanya.

"Kita mau kemana?"

"Ada undangan dari relasi bisnis papa, temani aku." 

"Baiklah besok aku hubungi kamu. Bye."

Dinar mengakhiri panggilan. Debaran hatinya hanya dia yang tau. Entah kenapa dia merasa ada harapan indah di setiap kalimat Dirham. 

Dinar tersenyum simpul, hatinya sedang berbunga-bunga sekarang. Dia menuju ke meja pelanggan yang baru datang. Untuk mengambil order. 

"Kelihatannya ada yang bahagia, mau cerita?"

Delia, sahabat di tempat kerja Dinar berbisik saat mereka bertemu di meja catering, menunggu pesanan siap untuk diantar kemeja pelanggan.

"Tidak sekarang, kita lagi sibuk kerja, banyak pelanggan. Orderan dari perusahaan Tirta grup juga mau siap. Kita kan harus bantu packing sebelum diambil staf perusahaan." 

"Oke," pendek saja jawaban dari Delia. 

Dinar dan Delia mengambil pesanan yang sudah siap diantar kemeja depan. 

Mata Dinar terbeliak melihat siapa yang baru saja masuk kedalam restoran. 

'Kenapa dia datang?'

Tapi ini restoran, pasti dia datang untuk makan. Dinar menepuk dahinya sendiri. 

TBC

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Asri Mulyadi Talang Leban
mantap dan super sekali ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dendam Birahi Penakluk Hati   Ending: Pengantin Veteran

    Suara nyanyian burung kenari dan debur ombak berselang-seling membangunkan tidur pulas Dirham. Pria itu membuka matanya dan melihat jam di ponsel, sudah jam 5 pagi. Ia bangun dan menatap pada wajah ayu wanita yang masih tertidur pulas di atas lengannya. Dirham bangun dari tempat tidur dan mengalihkan kepala sang istri. Ia melangkah menuju ke kamar mandi. Membersihkan diri sebentar dan menunaikan kewajibannya. Lima belas menit berlalu tapi tidak ada tanda-tanda Dinar akan bangun, pasti wanita cantik itu kelelahan melayani keinginan suaminya yang tidak pernah jemu. Dinar baru dibiarkan tidur hampir jam 1 pagi.“Eungh …” Dinar menggeliat ketika merasakan tidurnya terganggu. Kantuknya tidak dapat lagi dinegosiasi, suaminya yang perkasa membuatnya hampir tidak bisa berdiri tadi dini hari, hingga ke kamar mandi harus digendong.Melihat istrinya tidur dengan mulut terbuka, membuat Dirham tertawa.'Kenapalah kamu itu sangat m

  • Dendam Birahi Penakluk Hati   Extra Part: Malam Panjang Kita

    Mature contentDinar mencoba mengimbangi permainan lidah nakal sang suami, dan seperti selalu, Dirham selalu tidak bisa ditebak arah permainannya.“Mas, engh …” satu lenguhan keluar dari bibir mungil sang istri tatkala bibir Dirham mulai turun menjelajahi leher putih dan menyesap serta melumat dengan sesapan-sesapan kecil dan panas meninggalkan beberapa jejak kemerahan si sana. Jemari tangan Dinar meremas rambut Dirham menyalurkan hasratnya yang mulai bangkit.Dirham membawa istrinya ke atas tempat tidur dan menjatuhkannya, ia merasa celananya sesak karena miliknya mengeras sejak mereka turun dari mobil tadi. Membayangkan Dinar yang mendesis nikmat di bawah tubuhnya saja membuat pria itu langsung bergairah.Dirham membuka blouse istrinya, sementara Dinar memberi akses pada sang suami untuk melakukan apa saja yang diinginkan. Ia juga menarik keluar baju pria yang menjadi tempat ia mencurahkan segal

  • Dendam Birahi Penakluk Hati   Extra part: Papa Masih Ngompol Malam

    “Mas! Anak-anak dengar tuh.” Dinar mencubit pinggang suaminya.“Dengar apa itu, Bunda?” Ruby memang kritis pemikirannya, selalu ingin tahu apapun yang didengar oleh telinganya.“Tidak ada apa, Sayang. Ruby nanti kalau bobo sama Oma dan Opa jangan rewel tau.” Dinar berpesan pada putrinya.“Kakak kan udah gede, pesen itu buat adik kali, Bunda.” Dirham tertawa mendengar kalimat pedas dari putrinya, ngikut siapalah itu, pedas kalau ngomong.“Adik uga udah pintal kok, pipis malam aja udah kaga pelnah.” Abizaair tidak mau ketinggalan.“Jelas dong, Adik udah mau 4 tahun, mana boleh pipis malem. Kasihan yang bobo sama adik kalau kena pipisnya.”Ujar Dirham pula, ia membawa mobil dalam kecepatan sedang.“Papa pelnah pipis malam-malam?” pertanyaan dari sang putra membuat Dinar terbatuk-batuk.“Pernah dong, tanya sama Bunda tuh. S

  • Dendam Birahi Penakluk Hati   Extra part: Anak-anak Rindu Oma

    Dirham menatap istrinya, ia merasa heran mendengar ucapan dari gadis di depannya itu.“Sada, maksudnya apa? Kami tulus lho membantu kalian.” Dinar meminta Sada untuk menjelaskan penolakannya tadi.“Loli, ajak adik-adik ini bermain dengan Ruby.” Dinar memanggil Loli.“Iya, Bu. Ayo adik. Ada temannya di sana.” Loli datang dan memanggil adik-adik Sada untuk menuju ke halaman samping.“Pergilah, nanti Mbak panggil kalau mau pulang.” Baim dan Zahra mengangguk dan mengikuti langkah Loli.“Begini, Pak. Saya tidak enak kalau harus menerima kebaikan bapak dan ibu cuma-cuma.” Dinar tersenyum, ia mengerti apa maksud dari Sada. Ia masih ingat dulu Sada tidak pernah mau menerima uang secara cuma-cuma, ia harus bekerja sebelum menerima uang dari orang lain.“Tapi ini kan beasiswa. Namanya beasiswa pasti tanpa syarat. Kecuali beasiswa prestasi.&r

  • Dendam Birahi Penakluk Hati   Extra part: Bertemu Sada

    “Mbak Dinar!” Dinar langsung berdiri dan memeluk gadis itu dengan mata berbinar, gadis yang ingin ditemui ternyata sekarang ada di depannya. Sada membalas memeluknya.“Kamu kerja di sini?” Dirham bertanya pada Sada, gadis yang dulu pernah menjadi orang kepercayaannya untuk mengantar dan menjemput Dinar waktu mereka belum menikah.“Iya, Pak. Saya kerja di sini? Bapak sekeluarga liburan?”“Ayo, duduk. Kita bisa cerita-cerita. Adik-adik kamu pasti sudah besar sekarang.”Dinar menyentuh lengan Sada.Gadis itu tersenyum tapi menggelengkan kepalanya.“Saya masih kerja, Mbak. Mana bisa duduk-duduk di sini. Adik saya sudah sekolah, kelas 6 SD sama kelas 4.”“Kamu tidak narik ojol lagi?” Dirham bertanya sambil mengambil sebotol air mineral di atas meja. Dibuka tutupnya dan diberikan pada sang istri.“Sore jam 4 setelah pul

  • Dendam Birahi Penakluk Hati   Extra part: Ke Pantai

    “Sayang, Sorry Papa sama bunda ketiduran tadi. Sekarang ajak adik tunggu di depan, ya?”Dirham mengusap kepala putrinya. Ruby mengangguk dengan cepat. Ia memanggil sang adik sesuai pesan papanya.Sementara Dirham kembali masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Dinar baru saja selesai memakai selendang pashmina kegemarannya. Ia menyembur parfum lalu mengoles bibirnya dengan lipstik berwarna nude.Pelukan hangat Dirham dari belakang membuatnya sedikit menoleh.Dirham mendekap erat tubuh ramping istrinya, wangian aroma yang selalu segar pada penciumannya ia hirup dalam-dalam.“Jangan cantik-cantik, nanti ada yang naksir.”“Ruby bilang apa?”Dinar mengusap lengan sang suami yang melingkari perutnya.“Minta jalan-jalan ke pantai. Kita gerak sekarang. Kasihan anak-anak, ngambek katanya nungguin kita lama dari tadi.”“Papanya sih suka lama-lam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status