Tanpa menunggu jawaban dari istrinya, Dirham melangkah masuk ke dalam kamar mandi.
“Sebentar, ya, Sayang. Bunda call Tante Delia dulu.” Ruby mengangguk.
Dinar mengambil ponselnya di atas tempat tidur.
(Assalamualaikum, Di. Ada apa call jam segini?) Terdengar Delia berbicara dengan ceria.
“Malam ini dinner bareng yuk, Del. Ajak Mas Zaky sekalian. Bisa, kan?”
(Di mana?)
“Emang bisanya di mana? kami ikut aja dong.”
(Aku pengen banget makan seafood)
“Ya sudah, ajak Mas Zaky saja, setelah pilih tempat mana, call aku ya?”
(Oke, bye, Di)
“Bye.”
Telepon diakhiri, ia kembali menyiapkan putrinya. Setelah itu ia pula yang memakai baju, Ruby sudah siap untuk keluar menikmati malam mingguan bersama papa dan bundanya.
Sepuluh menit berlalu, Dirham keluar dari kamar mandi, Ruby sedang asik menonto
Dinar dan Delia saling pandang. Sementara Dirham masih menunduk. Menunggu jawaban dari Zaky. Harapannya hanya satu, Zaky akan memaafkannya. Dinar menatap wajah suaminya, pria itu sudah banyak berubah, tidak lagi arogan seperti dulu. Bahkan sekarang lebih manusiawi. Menundukkan kepalanya saat merasa bersalah. Dirham telah menjadi suami yang benar-benar menjaga hati istrinya, siapa sangka ia minta bertemu Zaky, karena ingin meminta maaf.Zaky terdiam lama mencoba mencerna kalimat yang diucapkan oleh Dirham. Ia meminum airnya. Ia menarik napas berat. Kejadian beberapa tahun lalu kembali muncul dalam ingatan.“Maafkan aku, Ky. Waktu itu aku benar-benar tidak mampu lagi untuk berpikir panjang. Yang aku tuju hanya membalaskan dendam atas kematian Fathia.”Zaky tersenyum, bahkan ia tidak pernah curiga kejadian itu adalah kesengajaan, ia pikir itu murni perampokan.“Aku udah maafkan, Mas. Tidak perlu minta maaf lagi.
“Jadi? Kalian?”Dirham mengangguk pelan, setelah itu tidak terdengar ucapan apapun dari bibir Dinar. Wajah Dinar memerah, ia menunduk menyembunyikan rasa hatinya. Dirham menunggu kelanjutan kata-kata Dinar tadi, Dirham ingin sekali mendengar apapun itu tentang perasaan istrinya. Meskipun itu kemarahan. Tapi Dinar tetap bungkam.“Sayang.. ”Tangan kiri Dirham menyentuh bahu istrinya dengan lembut.Dinar masih belum menyahut. Inilah akibatnya kalau ia tadi memaksa untuk mendengar masa lalu suaminya. Sebenarnya, Ia tak ingin marah, tapi perasaannya tidak bisa dibohongi, ia sakit hati, ia marah dan cemburu sekarang.“Sayang, tadi kan sudah kubilang, ini akan buat kamu marah, ngambek, cemburu. Kamu bilang nggak. Tapi kenapa sekarang marah, seperti ini? Bicara dong!”Dirham menoleh pada istrinya, Dinar masih diam menunduk dan tanpa ia sadar sebutir air bening jatuh, dengan segera ia menghapus
“Besok libur kerjanya, kan?” “Terus?” Tubuh istrinya diangkat dan dibaringkan di tas tempat tidur. “Besok, mau request dimasakin apa-apa, nggak?” “Mmmm, apa, ya? Sebentar.” Dirham menatap putrinya yang pulas tertidur di tengah tempat tidur luas itu. Ia mengangkat tubuh Ruby, dan diletakkan sedikit sisi kiri. “Bundanya di tengah, tidurku banyak tingkah, kasihan kan kalau misal Ruby tertindih atau gimana, kasihan nanti badannya sakit semua.” “Alasan itu, kan? Aslinya nggak gitu maksudnya kan, Mas?” Dirham menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ketahuan deh! Mata Dinar redup menatap putrinya yang sedang enak tidur. “Kenapa lihat dia sampai gitu?” tangan Dinar diraih dan dikecup dengan lembut. Matanya intens menatap wajah ayu itu. “Dia semakin besar, bulan depan ulang tahun ke dua. Aku belum pernah merayakan ulang tahunnya.” mata Dinar berkaca-kaca. “Tahun
Area berbahaya!Dinar menggeliat merasakan sesuatu mengganggu tidurnya. Malam semakin melabuhkan tirai-nya. Ia mengajak Ruby tidur di kamar karena Dirham sedang keluar negeri selama seminggu hari.“Sayang, tidurlah! jangan ganggu terus, Bunda ngantuk nih.” Dinar mencoba menepis untuk menghentikan Ruby, matanya masih terpejam.Sepi, hanya suara detak jarum jam yang mengisi keheningan malam.Gangguan itu berhenti membuat Dinar kembali pulas menyambung mimpi. Lihatlah, baru ditinggal 4 hari saja, ia sudah rindu pada suaminya. Sampai terbawa mimpi.Dirham melumat lembut bibir istrinya, candu yang terus-menerus ia inginkan untuk dirasa. Tiada kata jenuh dan bosan, Dinar adalah anugerah terindah untuknya.“Eeengh.. ” satu lenguhan panjang terdengar dari bibir mungil itu, ia mencoba membuka mata, mimpi dengan suaminya begitu nyata.Usapan sensual berselang de
Dirham mengambil ponselnya, jam 10 malam. Kepalanya diangkat untuk melihat putra putrinya, keduanya masih pulas tertidur di dalam tenda. Abizaair baru menginjak 2 tahun tapi jarang minta ASI, rencana Dinar memang 2 tahun harus disapih.Dinar terlihat berjalan kearahnya, istrinya itu baru saja ke toilet sebelum mereka tidur.“Ke kamar mandi nggak, Mas?” Dinar mengusap lembut lengan suaminya.“Sebentar lagi agaknya, belum pengen.”Dinar mengajak suaminya masuk ke dalam tenda untuk tidur, esok hari masih banyak kerja yang harus diselesaikan, itu sebabnya Dirham tidak bisa menunaikan permintaan putrinya untuk camping diluar kota.Dirham berbaring di sebelah istrinya, sementara Abizaair disamping kirinyanya kemudian Ruby.“Kamu tahu, Sayang. Apa yang membuatku menyesal selama ini?” Dirham menarik jilbab istrinya dan diletakkan di belakang tubuhnya.
Mengandung konten 21+Bu Ambar menyiapkan makan malam di dapurnya, Delia dengan perut yang sudah terlihat sedikit besar membantunya membuat minuman, sesekali matanya memperhatikan Zayn yang sedang bermain Wego di atas lantai. Wati, asisten rumah tangga Bu Ambar sedang mencuci piring-piring kotor di wastafel.“Kalau capek, biar Wati saja yang nyiapin meja makan nanti, Del.” Bu Ambar mengambil buah melon dari dalam kulkas.“Nggak apa, Ma.”“Hari ini suamimu tidak pulang lambat, kan?”Seperti mengerti kemauan ibu mertuanya, Delia segera mengambil pisau dan mulai memotong buah tadi.“Sepertinya tidak, Ma. Sebentar lagi juga sampai.”Panjang umur, orang yang dibicarakan muncul dari pintu utama.“Assalamualaikum, semua.”“Waalaikumussalam.” Bu Ambar dan Delia menyahut bersamaan.Demi mendengar suara sang ayah,
Ia seorang dokter spesialis bedah, masih muda, tampan dan penuh karisma, lulusan terbaik dari universitas ternama di luar negeri, ia juga seorang duda muda, dalam dingin sikapnya ada kisah cinta indah dan romantis yang tidak pernah hilang dari hatinya, cinta pertamanya, wanita pertama yang telah mencuri hatinya. Pernikahannya harus berakhir karena kenyataan pahit yang terpaksa ia telan. Istrinya ternyata saudara satu ayah dengannya, Alex Rayyan menikahi Rania Hani dalam diam tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Ia marah dengan takdirnya, ia kecewa dengan orang tuanya. Setelah Rania menemukan cinta baru ada satu rahasia lagi yang terkuak, nasi sudah menjadi bubur tapi cintanya tidak pernah terkubur. Nun jauh di kota Kuala Lumpur. Seorang wanita muda, cantik, lemah lembut dan berhati sabar, mencoba mempertahankan pernikahan keduanya, hati yang sempat sembuh dari luka lama, sekali lagi harus merana, karena keadaan ia terpak
Restoran DINARA, Minggu jam 11 pagiDinar memberi briefing kepada para staf yang berjumlah 20 orang lebih, ia dibantu oleh seorang manager yang akan membantunya mengurus restoran miliknya yang baru dibuka secara resmi satu bulan lalu.Manager yang bernama Dimas dan supervisor bernama Isma.Dinar hanya datang untuk melihat kondisi restoran saja, memastikan semua sesuai keinginannya. Dirham tidak tanggung-tanggung mengucurkan dana untuk bisnis baru yang dikelola oleh istri tercintanya.Selesai memberi sedikit ucapan motivasi untuk para pekerjanya, Dinar memanggil Dimas dan Isma, dua orang penting yang harus memberinya laporan rutin mengenai restoran DINARA. Mereka sedang berada di ruangan pribadi Dinar.“Wow, dua minggu tidak datang ke sini, semua berubah semakin bagus.”Sebuah suara yang sangat dikenalnya membuat Dinar tersenyum malu-malu karena dipuji. Ia memberi kode pa