Share

7. Siapa Dia?

"Kenapa kalian diam saja, cepat tolong," teriak Raylin pada penjaga di depan pintu.

Sedangkan para penjaga itu tampak kebingungan. Dia tak mungkin menolong wanita itu karena dia tawanan dari tuan mereka. Tapi melihat keseriusan Raylin yang marah, akhirnya dengan terpaksa mereka menolong wanita itu.

Raylin berjalan dengan langkah cepat, diikuti seorang penjaga yang menggendong tubuh Bianca. Raylin menyuruh penjaga itu masuk ke kamar tamu, dan meletakkan tubuh Bianca di ranjang. Setelahnya Raylin memanggil dokter untuk datang ke sini.

Sedangkan salah satu penjaga yang ada di depan gudang tadi langsung menemui Xavier untuk memberikan laporan. Tentu saja hal ini membuat Xavier sangat marah, dia langsung pergi meninggalkan teman-temannya di ruang kerja untuk menyusul adiknya itu. 

~

"Siapa wanita ini?" gumam Raylin lirih melihat penampilan Bianca yang sangat mengenaskan. Dia yang sesama wanita, merasa sangat kasihan dengan kondisi Bianca saat ini.

Sambil menunggu dokter datang, Raylin membersihkan tubuh Bianca dibantu oleh Tia. Mereka juga mengganti baju Bianca yang tampak lusuh. Tubuh Bianca benar-benar terasa dingin ketika Raylin menyentuhnya.

Tok... Tok... Tok...

Suara pintu membuat perhatian mereka teralihkan, Tia dengan cepat membukakan pintu. Di sana, seorang lelaki memakai jas kebesaran dokter berdiri di depan pintu, menampilkan senyuman manis di bibirnya.

"Raylin." sapa dokter itu.

"William, cepat periksa dia." Raylin menunjuk wanita yang terbaring lemah di ranjang pada William.

"Kukira aku akan memeriksa Xavier," gumam William yang masih bisa didengar oleh Raylin.

William mendekat ke arah ranjang, mengeluarkan alat-alat dokternya untuk memeriksa pasien. William juga memeriksa beberapa luka di tubuh Bianca.

"Lihat ini." Tiba-tiba Raylin menunjuk pada paha Bianca, di sana lukanya membengkak dan berwarna merah kehitaman.

William langsung memeriksanya, ketika dia menyentuhnya, dia merasa kaget. "Masih ada peluru yang menyangkut di sini."

Raylin yang mendengar itu tentu saja ikut terkejut. Dia menyuruh William untuk segera menolong wanita itu. Meskipun Raylin tak mengenalnya, tapi Raylin merasa wajib untuk menolong sesama manusia.

Akhirnya operasi kecil dilakukan oleh William. Tak lupa dia memberikan obat bius dan infus agar tubuh Bianca stabil. Dia dibantu oleh Raylin untuk membersihkan luka yang ada di paha Bianca. Setelah selesai, William bahkan menjahit luka Bianca.

"Dia siapa?" tanya William menoleh ke arah Raylin.

"Entahlah, aku tak tahu. Aku menemukannya di gudang tadi. Pasti ada hubungannya dengan kakak." balas Raylin.

William mengangguk, dia hanya diam dan membereskan sisa pekerjaannya. Sambil menulis resep untuk Bianca nanti.

"Bagaimana kabar kakek Nathan?" tanya Raylin mengalihkan pembicaraan. Perlu diketahui, William adalah anak bungsu dari Nathan, paman dari Jacob, ayah Raylin. Kebetulan, William dan Raylin hanya terpaut 2 tahun. Membuat mereka sangat akrab. 

"Kesehatannya memburuk akhir-akhir ini, tapi dia masih belum mau untuk menjalani pengobatan," ucap William mendesah.

"Dia lebih nyaman bersama keluarganya, mungkin itu obat baginya."

William mengangguk, dia membenarkan ucapan Raylin. Terkadang, obat dari segala penyakit adalah keluarga yang bahagia. Mereka mendapat hal positif dari hangatnya kekeluargaan itu. Membuat yang sakit biasanya merasakan kenyamanan.

"Baiklah, aku harus kembali ke rumah sakit. Ini resep obat untuk wanita itu. Jika dua hari keadaannya bertambah buruk, sebaiknya kau membawa dia ke rumah sakit." kata William.

Raylin mengangguk, dia beranjak dari duduknya dan berniat mengantarkan William. Tapi ketika mereka membuka pintu kamar, mereka terkejut melihat Xavier yang menatap mereka dengan tajam.

"Apa yang kau lakukan, Raylin?" tanya Xavier dengan nada suara yang dingin, dia menatap adiknya kesal. Urat kemarahan terlihat jelas di wajahnya, entah apa yang terjadi. 

**

Sinokmput 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status