Share

6. Kunjungan Raylin

Hari masih pagi, tapi suara berisik itu benar-benar mengganggu tidur Xavier. Dengan malas dia terpaksa membuka matanya, bangun dan berjalan ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

Ketika dia membuka pintunya, suara teriakan nyaring langsung memenuhi indra pendengarannya. Seorang wanita cantik dengan mata coklat, bergaya sangat anggun itu langsung memeluknya. Xavier hanya bisa pasrah ketika adiknya itu mulai bermanja-manja padanya.

"Kau benar mengganggu tidurku, Raylin." keluh Xavier.

"Oh, ayolah. Sudah 6 bulan kita tak bertemu, tapi kau tetap saja menyebalkan. Aku menunggumu di depan pintu sejak tadi," ucap Raylin merajuk.

"Kau bisa langsung masuk ke kamar, kenapa harus di depan pintu?" tanya Xavier dengan alis berkerut.

Sedangkan Raylin langsung berdecak malas, tangannya bertolak pinggang, sedikit mencibir di depan Xavier. "Kau pernah memarahiku karena masuk kamar tanpa izin, Kak." kata Raylin.

Xavier yang mendengar itu terkekeh, dia mengacak-acak rambut adiknya itu. "Di mana dad dan mom?" tanyanya. 

"Aku sendirian, daddy sepertinya mengusirku dari rumah. Mereka berdua pergi liburan tanpa memberitahuku." Raylin memonyongkan bibirnya, membuat Xavier gemas untuk mencubit. 

"Aw," keluh Raylin menatap kesal pada Xavier. "Mandilah, aku akan menyiapkan sarapan untukmu." perintahnya. 

Xavier hanya mengangguk, dia langsung masuk begitu Raylin turun ke bawah. Hubungannya dengan adiknya itu sangatlah dekat, tak ada kecanggungan di antara keduanya. Xavier sangatlah menyayangi adiknya. Hanya satu yang tidak disukai Xavier tentang Raylin. Adiknya itu selalu bersikap sinis dengan kekasihnya. Xavier tidak tahu masalah antara perempuan, tapi baginya itu sedikit berlebihan. 

Setelah menyelesaikan acara mandinya, Xavier segera turun ke bawah. Ketika sampai di ruang makan, alisnya mengerut heran karena melihat dua temannya ada di sini. Mereka tersenyum lebar melihat kedatangan Xavier. 

"Sejak kapan kalian di sini?" tanya Xavier yang duduk di sebelah Scoot. 

"Aku baru saja datang setelah mengetahui jika Raylin berkunjung ke rumahmu," kata Scoot menaik-turunkan alisnya. 

Mengerti pikiran Scoot, Xavier berdecak kasar. "Jangan ganggu adikku, aku tak mau mempunyai ipar sepertimu," kata Xavier dengan tajam. 

Noah yang mendengar ini terkekeh, sedangkan Scoot berlagak menampilkan wajah sedihnya. Dia ingin mengadu pada Raylin, tapi Xavier dengan cepat melemparkan sendok ke arahnya. 

"Kau memang kakak yang kejam." kata Scoot.

Mereka memulai sarapan pagi dengan senang, Scoot memang sejak lama tertarik dengan Raylin, dia bahkan mengakuinya di depan Xavier. Tapi Xavier yang paling tahu sifat Scoot, dia hanya tak ingin adiknya mempunyai lelaki yang suka bermain wanita. 

Para lelaki beranjak ke ruang kerja, ada sesuatu yang harus mereka bahas. Sedangkan Raylin masih di dapur, membereskan sisa makanan bersama Tia, pembantu di rumah ini. 

Setelah selesai, Raylin berkeliling rumah kakaknya. Dia berencana menginap beberapa hari di sini. Pandangan Raylin beralih pada taman di halaman belakang rumah ini. Raylin berdecak tak suka melihat taman yang sedikit tak terurus itu. Dia sangat menyukai bunga, bahkan ibu dan neneknya mempunyai usaha toko bunga, karena hobi mereka. 

Banyak bunga yang layu di sini, Raylin menatap mereka dengan sedih. Dia akhirnya mencari peralatan kebun, ingin merenovasi taman kecil buatan ibunya untuk kakaknya itu. 

Ketika Raylin sampai di gudang, alisnya mengerut heran melihat ada dua penjaga. Rumah kakaknya memang banyak penjaga, dan Raylin tak kaget hal itu. Tapi biasanya mereka ada di depan, lalu kenapa sekarang ada di depan gudang? 

"Permisi, aku ingin masuk ke dalam." Meskipun Raylin anak orang kaya, tapi sejak kecil, ibunya selalu mengajarkan sopan santun pada orang baru, terlebih orang yang sedikit tua darinya.

Para penjaga itu terlihat bingung, mereka saling menatap seolah bertanya satu sama lain. Jika mereka menolak, itu sama saja mencari mati. Karena wanita di depan mereka adalah adik dari tuan mereka.

"Apa aku tak boleh masuk?" tanya Raylin sedikit kesal karena dua orang di depannya itu hanya diam.

"Eh ... boleh, Nona," kata salah satu penjaga itu dengan gugup.

Mereka akhirnya pasrah, membukakan pintu untuk Raylin. Raylin yang melihat itu mendengus tak suka karena sikap para penjaga itu. Matanya bahkan melihat mereka dengan kesal.

Tapi ketika Raylin masuk ke dalam gudang, matanya membulat sempurna. Melihat seorang wanita dengan penampilan berantakan sedang tergeletak tak berdaya di lantai. Raylin bahkan sampai menutup mulutnya tak percaya.

**

Sinokmput 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status