Share

Bab 2 Pertemuan Pertama

Luna adalah gadis cantik yang berasal dari keluarga sederhana, tinggal di salah satu kota di Jawa Tengah. Ayahnya hanya seorang petani sedangkan ibunya pengrajin batik dengan penghasilan kecil.

Luna berhasil mendapatkan beasiswa, untuk belajar di Jakarta, fakultas Hukum, seperti cita citanya yang ingin menjadi seorang pengacara hebat, supaya dapat membantu masyarakat kecil yang membutuhkan bantuan hukum, tanpa mengeluarkan biaya sedikitpun.

Luna tidak perlu mengeluarkan biaya apapun, kuliah, tempat tinggal, biaya makan, semua ditanggung oleh Berlian Brup, perusahaan yang menyediakan program beasiswa. Bekerja sama dengan universitas tempat Luna mendapatkan beasiswa. Luna hanya perlu belajar giat, menjadi lulusan terbaik dan bekerja di berlian grup sebagai team hukum.

Tanpa Ragu Luna menerima beasiswa itu, dia meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk pergi ke ibu kota, seorang diri, hanya berbekal keberanian dan tekat yang kuat.

Luna menjalani hari harinya sebagai mahasiswa, dengan sangat serius. Hidup hemat sebagai seorang mahasiswa beasiswa.  Tidak ada kata gengsi, untuk memenuhi kebutuhannya selama hidup di Jakarta, dia bekerja paruh waktu di beberapa tempat, di restoran sebagai asisten koki, di tempat binatu, di panti jompo dan beberapa tempat lain.

Selama empat tahun, Luna berusaha dengan begitu gigih, tidak pantang menyerah dengan setiap keterbatasan, belajar dan terus belajar, yang akhirnya membuat dia lulus sebagai predikat terbaik. Menjadi lulusan terbaik dari ratusan orang yang kebanyakan dari mereka berasal dari keluarga mapan bahkan kaya.

Sebagai lulusan terbaik, Luna tidak perlu susah payah mencari pekerjaan, dia langsung direkrut oleh Berlian Grup, ditempatkan di salah satu Firma Hukum yang menangani segala urusan Berlian Grup.

Luna yang memiliki kecantika paras alami membuat setiap orang yang melihatnya tertarik, selain cantik dia juga begitu santun dan ramah, seperti paket komplit yang semuanya ada di dalam dirinya.

Wajahnya memancarkan kecantikan alami, mata bulat, hidung mancung walau tidak terlalu tinggi, kulit putih kekuningan bersih terawat, tinggi semampai. Rambutnya panjang sebahu, berwarna hitam pekat alami, begitu khas wajah Asia yang teduh dan anggun.

***

Jam menunjukkan pukul 10 pagi.

Seperti biasanya Luna berada di kantor, mengerjakan semua pekerjaan kantornya dengan serius dan penuh tanggung jawab.

"Luna, kau ikut saya ke Hotel Graha, saya ada meeting dengan presdir Dipo, jangan lupa siapkan semua berkasnya," ucap pak Tian, ketua di Firma tempat Luna bekerja.

"Baik pak, saya akan menyiapkan semuanya," ucap Luna, setelahnya dia terlihat sibuk menyiapkan semua yang sekiranya dibutuhkan.

Pukul 11, Luna dan pak Tian sudah berada di Hotel Graha, mereka akan bertemu dengan presdir Dipo dan ini adalah pertama kalinya Luna bertemu dengan presdir Berlian Grup, yang telah memberi beasiswa penuh kepadanya.

"Selamat siang presdir," sapa pak Tian.

"Selamat siang Tian, silahkan, kita langsung saja membahas mengenai isi kontrak terbaru perusahaan Berlian dengan investor dari Timur Tengah," ucap presdir Dipo.

"Baik tuan, semua berkas sudah saya pelajari, saya turut bangga, anak perusahaan Berlian Grup bisa melebarkan sayap hingga ke luar negeri," ucap Pak Tian memberi pujian.

"Iya, itu adalah perusahaan yang bergerak di industri makanan siap saji, perusahaan baru yang didirikan Berlian Grup, namun sudah cukup mendapat tempat di hati banyak orang," ucap presdir Dipo.

"Oh iya tuan, perkenalkan ini Luna, salah satu anak yang dulu mendapat beasiswa dari Berlian Grup, dia lulusan terbaik dan sekarang bekerja di kantor kami," ucap pak Tian seraya mengenalkan Luna. Mendengar itu, Luna tersenyum dan menundukkan badan.

"Oh iya, babagaimana kabar istrimu, aku dengar istrimu mengalami serangan jantung," tanya presdir Dipo pada pak Tian.

"Benar tuan, istri saya sempat mengalami serangan jantung, dia harus istirahat total selama hampir dua bulan. Saya juga nersyukur karna adanya Luna, dia yang telah membantu merawat istri saya selama masa istirahatnya," penjelasan pak Tian.

"Benarkah?" tanya pak Dipo terlihat cukup antusias.

"Iya, selama kuliah Luna sempat beberapa tahun bekerja di panti jompo, mengurus beberapa orang sakit, jadi dia cukup berpengalaman dalam merawat orang sakit, dan itu terbukti dengan kesembuhan istri saya," ucap pak Tian.

"Syukurlah jika istrimu sudah membaik," ucap presdir Dipo.

Presdir Dipo dan tim yang terlibat dalam meeting duduk di bangku dengan meja bulat besar, peesdir Dipo duduk berhadapan dengan Luna. Setelah mendengar cerita dari pak Tian, presdir Dipo seolah memiliki ketertarikan pada Luna.

Presdir Dipo berusia sekitar enam puluh tahun, masih sehat dan segar. Hari harinya diisi dengan olah raga rutin dan diet ketat, semua dilakukan guna menjaga stamina tubuh agar tetap sehat dan bugar di usianya yang sudah tidak lagi muda.

Rambutnya masih terlihat hitam mengkilap, itu karna bantuan semir rambut yang selalu digunakan rutin setiap tiga bulan sekali. Membuatnya terlihat lebih muda dari usianya.

Wajahnya cukup tampan, teduh dan kharismatik, bisa jadi saat muda dia termasuk pria tampan yang banyak digilai kaum wanita.

Hidung mancung dengan sorot mata tajam. Kulitnya masih terlihat kencang di usianya yang sudah cukup tua, mungkin sekitar enam puluh tahun.

Kondisi ekonominya yang termasuk sepuluh pria terkaya di Asia menurut majalah bisnis, membuatnya bisa melakukan apa saja, jangankan untuk membuatnya terlihat muda, mungkin untuk membeli segala hal yang disentuhnyapun bukan masalah besar.

Presdir Dipo mengamati Luna dengan begitu serius, sepertinya ada ketertarikan yang muncul dari dalam hatinya, dia berencana untuk menyelidiki segala hal tentang Luna, gadis cantik yang rencananya akan dia jodohkan dengan putra kesayangannya yang tahun ini akan menggantikannya sebagai presdir di Berlian Grup.

Setelah selesei meeting, presdir Dipo memanggil pak Tian untuk menemuinya di salah satu sudut hotel. Presdis terlihat duduk di kursi sofa putih, sepertinya akan membicarakan masalah serius dengan pak Tian.

"Presdir memanggil saya?" tanya pak Tian.

"Tian, aku ingin menanyakan sesuatu," ucap

presdir Dipo.

"Iya tuan, apa itu?" tanya Tian.

"Duduk lah dulu, kita akan berbincang sekitar sepuluh menit," ucap presdir Dipo. Pak Tian menuruti apa yang presdir Dipo perintahkan, suduk di sebalah presdir Dipo dan menunggu kira kira hal apa yang akan didiskusikan.

"Tian, ceritakan kepadaku tentang Luna," ucap presdir Dipo.

"Lu-Luna Tuan?" tanya pak Tian cukup heran.

"Iya, ceritakan dulu," perintah presdir Dipo.

"I-iya tuan, Luna adalah salah satu mahasiswa yang mendapat beasiswa penuh di salah satu universitas ternama di Jakarta, beasiswa yang merupakan proyek kerja sama Berlian Grup dengan perguruan tinggi lokal. Dia berasal dari kota Yogyakarta, dari keluarga sederhana, dan merupakan anak tunggal. Selama masa pendidikan dia mengambil pekerjaan paruh waktu di beberapa tempat, di restoran, binatu, panti jompo dan beberapa toko. Hasil dari kerja paruh waktunya dia gunakan untuk membiayai kehidupannya dan sebagian lagi dia kirimkan kepada orang tuanya. Dia anak yang baik, jujur dan santun. Luna pandai memasak dan bisa diandalkan dalam segala hal, serba bisa," penjelasan pak Tian yang cukup panjang dan lebar. Presdir Dipo hanya mengangguk angguk kecil setelah mendengar penjelasan dari pak Tian.

"Ma-maaf tuan, apa tuan menyukai Luna? Mau menjadikan Luna istri?" tanya pak Tian dengan begitu hati hati. Mendengar itu, presdir Dipo tertawa sejadi jadinya.

"Jadi kau berfikir aku menyukai Luna? Tidak Tian, aku ingin menjodohka dia dengan putraku, Vero," Penjelasan presdir Dipo.

"A-apa tuan, menjodohkan Luna dengan tuan muda Vero?" tanya pak Tian seolah tidak percaya.

"Iya, dia adalah gadis yang aku cari, aku akan banyak mengobrol dengannya, aku harap kau juga akan membantu," ucap presdir Dipo.

"Ba-baik tuan, senang sekali jika saya bisa membantu," ucap pak Tian.

Ternyata sedari tadi presdir Dipo Hermansyah terlihat begitu tertarik dan seolah terpikat dengan Luna, memiliki niat untuk menjododohkan Luna dengan putranya, yaitu Vero Hermansyah.

Pak Tian merasa sedikit heran, bagaimana bisa keluarga sekaya Dipo Hermansyah pemilik Berlian Grup ingin menjodohkan anaknya yang merupakan calon presdir, dengan gadis biasa yang berasal dari keluarga biasa bahkan sederhana, memilih Luna untuk menjadi seorang menantu. Cukup tidak masuk akal, namun itulah yang terjadi.

Pak Tian memiliki tugas untuk memberi tahu Luna dan menawarinya mengenai perhodohan ini. Dengan menjadi istri anak dari pemilik Berlian Grup, bisa dijamin kehidupan Luna akan berubah, dia akan berada di jajaran istri orang orang yang sukses di usia muda.

Apa yang pantas di tolak, seharusnya Luna dengan mudah akan menerimanya, ini adalah pekerjaan yang cukup mudah untuk pak Tian.

Pak Tian berjalan menuju ke arah timnya, bersiap untuk kembali ke kantor Firma.

"Luna, setelah ini ikut saya ke kedai kopi, saya ingin membicarakan sesuatu yang cukup penting," ucap pak Tian pada Luna.

"Baik tuan," ucap Luna singkat.

Mereka semua berjalan ke arah mobil, kembali ke kantor Firma. Selama perjalanan pak Tian terlihat lebih banyak diam, kadang kala dia mencuri pandang ke arah Luna. Dia sedang berfikir keras bagaimana caranya membicarakan masalah ini dengan Luna. Ini adalah pertemuan pertama Luna dengan presdir Dipo, agak kurang masuk akal untuk pertemuan yang sungguh singkat itu menimbulkan kesan yang mendalam, yang akhirnya memutuskan untuk menjadikan Luna sebagai menantu dari seorang presdir kaya raya.

Pak Tian berusaha menepis keraguan itu, ini adalah perintah dari bos besarnya, dia harus menjalankan semuanya dengan baik, dia harus bisa membujuk Luna supaya mau berkenalan dengan tuan muda Vero lalu selanjutnya menjaid istrinya.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Sha Hadijati
kerennn dan penasaran
goodnovel comment avatar
Widia Astuti
bagus,tapi tolong jgn di kunci
goodnovel comment avatar
Tri Oki Siritoiten
ceritanya Bagus dan menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status