Beranda / Fantasi / Dendam Jendral Dewa Tertinggi / Bab 25: Hasil Pertarungan

Share

Bab 25: Hasil Pertarungan

Penulis: Adaha Kena
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-06 04:41:56
Gajendra bangkit berdiri. Sementara kini Bahuwirya telah menggunakan tenaga dalamnya dalam jumlah besar. Walau belum sepenuhnya berakhir, kemenangan dan kekalahan di antara mereka seperti sudah putuskan.

Sekali lagi Bahuwirya menatap bukit perguruan. Bangunan-bangunan di sana telah dilalap kobaran api dan suara pertarungan tidak lagi terdengar. Kembali ke sana pun sudah percuma, takan ada murid yang akan sempat dia selamatkan.

"Apa pentingnya mengkhawatirkan anak-anak tidak berguna itu." Ekspresi Gajendra menjadi tidak senang saat Bahuwirya masih mengabaikannya. "Sekarang kau seharusnya memikirkan cara lari dariku."

Bahuwirya akhirnya berbalik pada Gajendra dan dengan senyum mengejek dia menjawab, "Orang jahat sepertimu tidak akan mengerti artinya mengkhawatirkan seseorang."

Kemenangan mungkin tidak lagi dapat dicapai. Namun, bagi Bahuwirya menyerah bukan pilihan yang lantas akan dia ambil. Kebanggaannya sebagai pendekar aliran putih melarangnya keras melakukan hal itu.

Sedik
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dendam Jendral Dewa Tertinggi    bab 36: Ular Langit Malam

    "Yang pertama Lebah, tadi Beruang Madu Api serta Macan Dahan, dan sekarang Ular Langit Malam," decak Bima Bayukana ketika sembilan ular berukuran besar akhirnya muncul dari balik pepohonan. "Tidak mungkin semua ini sebuah kebetulan. Sesuatu Pasti telah mengarahkan mereka."Hampir semua kaki pendekar di bawah tingkat Intervensi Khodam dibuat bergetar oleh tekanan sukma. Perasaan yang sama seperti saat berhadapan dengan Pendekar Intervensi khodam mereka rasakan dari ular-ular bercorak biru tua itu. Malahan mereka terasa lebih kuat dari seorang pendekar tingkat Intervensi Khodam.Meski tak terpengaruh tekanan sukma, Bima Bayukana sadar dirinya tidak akan mampu berbuat banyak. Tapi melihat jumlah binatang buas yang datang hanya sembilan ekor, kesempatan bertahan hidup masih ada. Bagaimana pun beberapa pendekar hebat Kerajaan Kastara ada di sana.Bratadikara menjadi pendekar pertama yang menerjang ke depan, tempat ia berdiri seketika meledak. Sosoknya melesat seperti peluru meriam lalu men

  • Dendam Jendral Dewa Tertinggi    Bab 35: Binatang Berbahaya

    Beruang Madu Api dan Macan Dahan termasuk ke dalam binatang langka berbahaya. Secara alami Beruang Madu Api dewasa memiliki ketahanan tubuh tingkat Kanuragan Zirah. Di lain hal, Macan Dahan, satu tingkat di bawahnya.Dua binatang ini bukanlah binatang yang bergerak secara kelompok, terutama Beruang Madu Api. Gerakan yang terorganisir membuat Bima Bayukana berspekulasi ada yang mengendalikan mereka. Sekurang-kurangnya sesuatu telah mengembala dua binatang ini hingga sampai di celah dua gunung.Ratusan Beruang Madu Api tiba lebih dulu di antara pepohonan. Sebelum menyerang, beruang yang tingginya dua kali lebih besar dari orang dewasa itu mengaum ganas, kemudian langsung berlari ke arah para pendekar."Mereka datang," imbau Bima Bayukana dan segera bergerak ketika salah satu beruang besar itu tiba di hadapannya.Arkadewi bergerak membantu. Meski terlihat ringan, gerakan gadis itu memberikan dampak kuat saat pedangnya menyentuh tubuh Beruang Madu Api. Yang patut disayangkan tidak ada ten

  • Dendam Jendral Dewa Tertinggi    Bab 34: Celah di Antara Dua Gunung

    "Tampaknya Kerajaan Kastara berniat serius mendapatkan pusaka dari Kerajaan Lawas," pikir Arkadewi mengetahui siapa sosok yang diutus Kerajaan.Orang itu adalah Bratadikara, salah seorang jendral terkuat kerajaan Kastara yang telah mencapai tingkat Khodam Sejati. Dia memiliki khodam Banteng Raksasa yang kekuatan tempurnya berorentasi pada ketahanan dan serangan penghancur.Mata Arkadewi kemudian merambat ke arah dua sosok penting lainnya. "Saguna Bayukana, Saktika Sejani," gumamnya.Meskipun buka sosok penting, Saguna Bayukana cukup memiliki posisi di keluarga Bayukana. Sebagai pengguna khodam Harimau Putih sama seperti Keluarga Bima Bayukana yang lain dia telah mencapai tingkat Intervensi Khodam, sama seperti Abinaya. Mengirimnya untuk menangani kemunculan kerajaan lawas membuat Arkadewi curiga keadaan Keluarga Bayukana cukup kacau. Jika tidak, pasti pendekar di tingkat Khodam Sejati yang akan datang. Seharusnya ini dipicu oleh ketidakjelasan siapa kepala keluarga selanjutnya.Sosok

  • Dendam Jendral Dewa Tertinggi    bab 33: Hampir Saja

    Langkah Arkadewi terhenti dan tubuhnya membeku di tempat. Ekspresi yang tampil di wajah Bima Bayukana tampaknya telah membuat Abinaya merasa tidak nyaman. Mengingat bagaimana sikap arogan Abinaya seperti yang gadis itu kenal, mustahil masalah ini akan selesai tanpa pertikaian. Arkadewi tanpa sadar mengeratkan cengkeramannya di tangan Bima Bayukana dan dengan gelisah berkata di dalam hati, "Bima tidak mungkin menang melawannya. Jalan satu-satunya untuk menyelesaikan masalah ini adalah mengungkapkan identitasku." Abinaya Bayukana memiliki latar belakang keluarga terkemuka di Wilayah Langit. Jika terjadi pertarungan, orang-orang cenderung takut terlibat karena sama saja menjadikan Keluarga Bayukana sebagai musuh. Bagian terburuknya mereka berkemungkinan mendukungnya demi mendapatkan wajah. "Aku lihat Kalian membeli peralatan bertempur. Apa kalian berniat pergi ke gunung Cincin?" tanya Abinaya. Pertanyaan itu di luar yang Arkadewi sangkakan. Namun, ini kondisi yang jauh lebih baik

  • Dendam Jendral Dewa Tertinggi    bab 32: Sampai di Kota Bayan

    Di antara pegunungan Mangkurat, gunung Cincin menjadi gunung tertinggi. Letak gunung ini berada di tengah-tengah jejeran pegunungan yang membelah dua wilayah kekuasaan kerajaan Kastara. Akan tetapi, letaknya berada sedikit lebih ke utara. Karena Wilayah Langit Kerjaan Kastara terletak di barat laut, orang-orang yang berasal dari sana tiba lebih dulu ke kota Bayan—kota terdekat dari pegunungan Mangkurat bagian tengah. Bima Bayukana dan Arkadewi yang memulai perjalanan dari wilayah selatan tiba dua minggu kemudian. Jika digabung dengan perjalanan melewati jalur sungai semenjak berada di kerajaan Pawana, mereka telah menghabiskan waktu sekitar tiga minggu. Setelah bermalam semalaman karena tiba di kota tepat pada waktu malam, pagi ini mereka berjalan menuju toko senjata. Di kantong Arkadewi memang hanya tersisa sedikit uang, tapi mustahil mereka memasuki tempat berbahaya tanpa membawa senjata yang layak digunakan. "Kita terlambat, entah harus senang atau bersimpati, untungnya tid

  • Dendam Jendral Dewa Tertinggi    bab 31: Akhir Pertarungan

    Meski membawa tubuh besar, Diyas Arnawama dapat menerjang dengan cepat. Sosoknya yang seperti hantu dalam beberapa detik tiba di dekat Lyra Angraeni. Dengan gerakan khas bertarung monyet, dia menyerang tubuh gadis itu tanpa menahan diri. Lyra paham setiap serangan yang dilayangkan terhadapnya menyimpan kekuatan perusak. Oleh karena itu, tanpa memangkas terlalu banyak orientasi serangan balasan, gerakannya ditingkatkan pada orientasi menghindar. Dengan demikian, dia tetap dapat melukai Diyas Arnawama sedikit demi sedikit. Jika dilihat menggunakan mata manusia biasa, mereka akan hanya tampak muncul di beberapa tempat saja. Bayangan mereka bergerak tak tentu arah sampai-sampai merambat ke dalam hutan. Beberapa ledakan tenaga dalam terdengar sebelum akhirnya pohon bergemuruh ketika bertumbangan. Sebagian pohon roboh disebabkan hantaman tumpul, sementara sebagian lagi akibat tebasan presesi sebuah pedang. Pada akhirnya, sekitaran mereka yang lebih banyak menerima dampak pertarungan ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status