Beranda / Fantasi / Dendam Jendral Dewa Tertinggi / bab 32: Sampai di Kota Bayan

Share

bab 32: Sampai di Kota Bayan

Penulis: Adaha Kena
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-15 17:09:20
Di antara pegunungan Mangkurat, gunung Cincin menjadi gunung tertinggi. Letak gunung ini berada di tengah-tengah jejeran pegunungan yang membelah dua wilayah kekuasaan kerajaan Kastara. Akan tetapi, letaknya berada sedikit lebih ke utara.

Karena Wilayah Langit Kerjaan Kastara terletak di barat laut, orang-orang yang berasal dari sana tiba lebih dulu ke kota Bayan—kota terdekat dari pegunungan Mangkurat bagian tengah.

Bima Bayukana dan Arkadewi yang memulai perjalanan dari wilayah selatan tiba dua minggu kemudian. Jika digabung dengan perjalanan melewati jalur sungai semenjak berada di kerajaan Pawana, mereka telah menghabiskan waktu sekitar tiga minggu.

Setelah bermalam semalaman karena tiba di kota tepat pada waktu malam, pagi ini mereka berjalan menuju toko senjata. Di kantong Arkadewi memang hanya tersisa sedikit uang, tapi mustahil mereka memasuki tempat berbahaya tanpa membawa senjata yang layak digunakan.

"Kita terlambat, entah harus senang atau bersimpati, untungnya tid
Adaha Kena

Terima kasih sudah membaca sampai sini.

| Sukai
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dendam Jendral Dewa Tertinggi    bab 32: Sampai di Kota Bayan

    Di antara pegunungan Mangkurat, gunung Cincin menjadi gunung tertinggi. Letak gunung ini berada di tengah-tengah jejeran pegunungan yang membelah dua wilayah kekuasaan kerajaan Kastara. Akan tetapi, letaknya berada sedikit lebih ke utara. Karena Wilayah Langit Kerjaan Kastara terletak di barat laut, orang-orang yang berasal dari sana tiba lebih dulu ke kota Bayan—kota terdekat dari pegunungan Mangkurat bagian tengah. Bima Bayukana dan Arkadewi yang memulai perjalanan dari wilayah selatan tiba dua minggu kemudian. Jika digabung dengan perjalanan melewati jalur sungai semenjak berada di kerajaan Pawana, mereka telah menghabiskan waktu sekitar tiga minggu. Setelah bermalam semalaman karena tiba di kota tepat pada waktu malam, pagi ini mereka berjalan menuju toko senjata. Di kantong Arkadewi memang hanya tersisa sedikit uang, tapi mustahil mereka memasuki tempat berbahaya tanpa membawa senjata yang layak digunakan. "Kita terlambat, entah harus senang atau bersimpati, untungnya tid

  • Dendam Jendral Dewa Tertinggi    bab 31: Akhir Pertarungan

    Meski membawa tubuh besar, Diyas Arnawama dapat menerjang dengan cepat. Sosoknya yang seperti hantu dalam beberapa detik tiba di dekat Lyra Angraeni. Dengan gerakan khas bertarung monyet, dia menyerang tubuh gadis itu tanpa menahan diri.Lyra paham setiap serangan yang dilayangkan terhadapnya menyimpan kekuatan perusak. Oleh karena itu, tanpa memangkas terlalu banyak orientasi serangan balasan, gerakannya ditingkatkan pada orientasi menghindar. Dengan demikian, dia tetap dapat melukai Diyas Arnawama sedikit demi sedikit.Jika dilihat menggunakan mata manusia biasa, mereka akan hanya tampak muncul di beberapa tempat saja. Bayangan mereka bergerak tak tentu arah sampai-sampai merambat ke dalam hutan. Beberapa ledakan terdengar sebelum akhirnya pohon bergemuruh ketika bertumbangan.Sebagian pohon roboh disebabkan hantaman tumpul, sementara sebagian lagi akibat tebasan presesi sebuah pedang. Pada akhirnya, sekitaran mereka yang lebih banyak menerima dampak pertarungan ketimbang dua orang

  • Dendam Jendral Dewa Tertinggi    Bab 30: Kehebatan Lyra Angraeni

    Segala hal yang keluar dari mulut Diyas Arnawama membuat Lyra Angraeni merasa muak. Kelicikan, keserakahan, serta prilaku yang pria itu miliki tidak lebih kurang dari seorang iblis. Dia akan merasa bersalah pada gurunya—Basagita Cahyaning —jika tidak berhasil membunuh Diyas Arnawama hari ini juga. "Kau berkomplot dengan pendekar aliran hitam, mengatur pergerakan mereka hingga seluruh perguruan binasa," tukas Lyra Angraeni dengan penuh penekanan. "Atas dosamu yang tidak termaafkan, aku berjanji akan menghancurkan semua yang kamu miliki." Semula Lyra Angraeni menjalankan misi di luar perguruan. Namun, ketika dia pulang hal mengejutkan telah terjadi, perguruan Angkinang runtuh karena serangan pendekar aliran hitam. Semua orang yang telah ia anggap sebagai saudara dibunuh tanpa menyisakan satu pun. Bahkan gurunya tidak luput dari kekejaman. Mengingat Bima Bayukana, orang yang begitu ia pedulikan ada di perguruan saat penyerangan, Lyra Angraeni sempat merasa sangat hancur. Dengan gega

  • Dendam Jendral Dewa Tertinggi    Bab 29: Memulai Perjalanan

    Bagian selatan Kerajaan Kastara dijuluki juga sebagai wilayah Seribu Sungai. Kebanyakan penduduknya melakukan perjalanan melewati jalur perairan. Pun yang dilakukan Bima Bayukana dan Arkadewi sekarang, mereka pergi ke hulu sungai mengandalkan perahu. Tujuan mereka saat ini adalah pegunungan Mangkurat. Pegunungan ini membentang dari utara hingga selatan, yang membagi wilayah Kerajaan Kastara hampir sama besarnya. Sekeluarnya dari wilayah selatan, perjalanan dilanjut dengan berjalan kaki, membelah kawasan hutan. Mungkin perjalanan akan lebih cepat jika dilakukan dengan berkuda. Namun, sewa kuda menjadi sangat mahal karena melonjaknya desas desus tentang Kerajaan Lawas yang ditemukan di penggunungan Mangkurat. "Hari sudah gelap. Aku rasa sewa penginapan juga akan melonjak," gumam Arkadewi melihat cadangan uang miliknya. Selain untuk makan, mereka tidak bisa membayar lagi untuk yang lain. "Kita bisa tidur dan makan di hutan. Selama ada alam manusia tidak akan pernah mati," jawab B

  • Dendam Jendral Dewa Tertinggi    bab 28: Identitas Rahasia Arkadewi

    Arkadewi berhenti melangkah tepat di depan singgasana. Sebelum ia ada di sana, seorang pemuda telah lebih dulu menghadap raja Pawana. Di wajah lebam pemuda tersebut terpatri kemarahan besar. Pemuda yang tidak lain adalah Panji Pawana itu terkejut akan kedatangan Arkadewi, sambil menunjukkan ke sebelah dia lantas berkata, "Gadis ini salah satunya! Dia datang ke penginapan bersama pemuda buntung itu. Ayah harus membuat perhitungan padanya juga!" Arkadewi tetap berdiri tenang dan anggun. Ekspresinya acuh tak acuh saat mendengar apa yang barusan pemuda itu katakan akan dirinya. Bahkan ia tidak menunduk pada Raja di singgasana sebagaimana yang dilakukan kepala pengawal kerajaan. "Kau mengenalku, kan?" tanya Arkadewi dingin pada sang raja. Raja Pawana melihat Arkadewi. Meski dengan ingatan samar, wajah Arkadewi mengingatkannya pada seseorang yang tidak boleh dia ganggu. Gelarnya sebagai raja pun tidak membuatnya boleh menyentuhnya seujung rambut gadis tersebut. "Te—tentu, ada kep

  • Dendam Jendral Dewa Tertinggi    Bab 27: Pertarungan Membosankan

    Perbedaan usia antara Bima Bayukana dan pemuda yang datang menganggu terbilang cukup jauh. Namun, Bima Bayukana tak merasa gentar sedikitpun, pada saat ini mereka berada di tingkatan yang sama. "Oh, apa si cacat ini ingin melawanku?" tanya pemuda itu jenaka dan langsung disambut gelak tawa semua teman-temannya. "Kau tahu siapa aku?" "Seorang sampah," jawab Bima Bayukana yang langsung membuat sang pemuda naik pitam. "Kau pasti berasal dari desa." Pemuda itu kehilangan senyum di wajahnya. Dia melanjutkan, "Karena jika kau tahu siapa aku. Kau pasti mengerti dengan mengatakan itu artinya kau harus memenggal kepalamu sendiri." "Benarkah? Kenapa tidak kau saja yang memenggal kepalaku? Itupun seandainya kamu cukup mampu," balas Bima Bayukana. Atas segala masalah yang berlangsung, Arkadewi hanya bisa menghela napas. Dia pernah menyaksikan Bima Bayukana bertarung. Tingkat Intervensi Sukma yang dimiliki Darya Arnamawa tidak membuatnya menang akan pemuda tersebut. Apalagi satu tingkatan di

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status