Share

16. Sebuah Teka-Teki

Ujang tidak bertanya lagi sebab dia tidak ingin kepala kampung itu berubah pikiran, lantas mengajaknya ikut serta. Sudah cukup terakhir kali Ujang mendapat sorotan mata tajam dari dukun itu. Demi apa pun, dia tidak menginginkannya lagi.

Ujang berdiri di pekarangan rumah, seraya menatap kepergian Sanusi hingga menghilang di tikungan jalan merah berbatu.

~AA~

Sanusi tiba di gubuk Pakdo Ramli tepat tengah hari. Di saat mentari bersinar dengan garangnya. Di saat tak satu pun burung yang berani berkicau atau binatang lain bersuara. Kata orang-orang jaman dulu, tengah hari ialah waktu di mana makhluk bunian berkeliaran mencari makan atau mangsa, seperti: hantu kopek yang menculik anak-anak, hantu air yang menarik seseorang saat berenang sendirian, atau penguasa hutan yang membikin pengelana tersesat tanpa arah.

Pintu gubuk Pakdo Ramli tertutup rapat. Meski Sanusi agak bingung, dia tidak kehabisan akal. Setelah menyandarkan sepeda ontel milik Ujang ke pohon terdekat, Sanusi berjalan memutari
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status