Share

Api Dendam

last update Huling Na-update: 2025-09-04 02:27:11

Bab 2 – Api Dendam

Hari-hari setelah perceraian itu berjalan cepat, tapi di hati Alena, waktu seakan berhenti. Ia tidak lagi menjalani hari sebagai wanita biasa; ia berubah menjadi sosok dengan satu tujuan: menghancurkan Arga Pratama.

Kirana, sahabatnya, selalu menjadi saksi perubahan itu. Malam itu mereka duduk di apartemen Alena, dengan meja penuh kertas, peta jaringan bisnis, dan catatan-catatan kecil yang berisi strategi.

“Len, aku serius,” kata Kirana sambil menatap wajah sahabatnya yang tampak lelah namun penuh semangat. “Kalau kamu terus begini, hidupmu hanya akan dipenuhi dendam. Apa kamu tidak takut kehilangan dirimu sendiri?”

Alena meletakkan pulpen, menatap sahabatnya dengan sorot mata tajam. “Aku sudah kehilangan diriku, Kir. Sejak dia meninggalkanku, sejak dia memilih wanita itu… aku bukan lagi Alena yang dulu. Aku hanya punya satu alasan untuk terus bernapas: membuat Arga merasakan apa yang aku rasakan.”

Kirana terdiam, lalu menghela napas. “Baiklah. Kalau itu jalanmu, aku akan tetap di sampingmu. Tapi aku harap kamu tahu kapan harus berhenti.”

Alena tidak menjawab. Dalam hatinya, tidak ada kata berhenti.

---

Sementara itu, Arga semakin tenggelam dalam dunianya yang baru bersama Nadine. Walau ia tampak bahagia di depan publik, di balik itu, Arga sering kali terjebak dalam pikiran tentang Alena.

Suatu sore, Arga dan Nadine duduk di balkon rumah baru mereka. Nadine menyesap wine, lalu menatap Arga. “Kamu masih memikirkan dia, ya?”

Arga terdiam.

“Aku tahu,” lanjut Nadine dengan suara lembut. “Aku tahu kamu mencintainya. Tapi dia sudah pergi, Arga. Sekarang aku di sini. Aku ingin jadi bagian dari hidupmu, bukan hanya bayangan yang berdiri di sampingmu.”

Arga menatap Nadine, mencoba tersenyum. “Aku bersamamu sekarang, Nadine. Itu sudah cukup.”

Namun di dalam hatinya, ia tahu kata-kata itu hanyalah setengah kebenaran.

---

Di sisi lain, pertemuan rahasia antara Alena dan Bima Satya semakin intens. Bima, rival bisnis Arga, memiliki ambisi menjatuhkan Pratama Group dari posisi teratas. Dan Alena, dengan segala informasi yang dimilikinya tentang Arga, menjadi sekutu yang sempurna.

Suatu malam, mereka bertemu di sebuah hotel mewah.

“Aku sudah meneliti semua laporan keuangan Pratama Group yang kamu berikan,” kata Bima sambil memandang berkas. “Arga memang lihai, tapi dia punya celah. Jika kita mainkan dengan tepat, dia bisa jatuh.”

Alena tersenyum dingin. “Itu yang aku inginkan. Aku tahu semua kebiasaannya, kelemahannya, bahkan orang-orang yang dia percayai. Aku akan gunakan semuanya.”

Bima menatap wanita itu dengan kagum. “Kamu berbahaya, Alena. Aku suka.”

Namun dalam hatinya, Bima juga punya agenda tersembunyi. Ia ingin memanfaatkan dendam Alena untuk kepentingannya sendiri.

---

Revan Wiratama, sahabat Arga, mulai merasakan perubahan suasana. Ia sering melihat Arga tampak tidak fokus di kantor, seakan pikirannya terbagi dua.

“Bro, kamu harus hati-hati,” kata Revan suatu siang di ruang rapat. “Aku dengar ada beberapa investor yang tiba-tiba menarik diri. Kayaknya ada yang sedang main di belakang kita.”

Arga mengernyit. “Aku akan selidiki. Tapi… kamu pikir siapa yang berani?”

Revan menatap Arga dengan hati-hati. “Aku tidak tahu. Tapi kalau aku harus menebak… mungkin seseorang yang punya alasan pribadi.”

Arga terdiam. Nama Alena langsung terlintas di kepalanya, tapi ia menggeleng cepat. Tidak mungkin… Alena tidak akan sejauh itu.

Namun ia tidak tahu, itu justru awal dari badai besar.

---

Di apartemennya, Alena kembali bertemu dengan Raka Pramudya. Pengacara muda itu menaruh tumpukan dokumen di meja.

“Ini semua kontrak bisnis terbaru Arga,” kata Raka. “Aku punya beberapa kenalan di dalam perusahaannya. Mereka tidak terlalu loyal.”

Alena menatap dokumen itu dengan puas. “Bagus. Aku akan pastikan dia kehilangan segalanya.”

Raka memperhatikannya. “Len, boleh aku jujur? Aku mengerti sakit hatimu. Tapi dendam bukan obat. Kadang, dendam hanya membuatmu semakin hancur.”

Alena menatapnya tajam. “Aku sudah hancur sejak dia mencampakkanku. Jadi biar aku yang tentukan bagaimana caraku bangkit.”

Raka terdiam. Ada sesuatu dalam tatapan mata Alena yang membuatnya sekaligus kagum dan khawatir.

---

Beberapa hari kemudian, Tania Wibowo, adik Arga, secara tak sengaja mendengar percakapan mencurigakan antara dua karyawan di kafe dekat kantor.

“Katanya ada bocoran data keluar dari dalam perusahaan…” bisik salah satunya.

Tania terkejut. Ia langsung menghubungi Arga. “Mas, aku dengar sesuatu. Kayaknya ada pengkhianat di dalam.”

Arga terdiam lama. Suaranya serius. “Terima kasih, Tania. Aku akan selidiki.”

Namun Tania tidak tahu bahwa keterlibatannya dalam masalah ini akan membuatnya masuk ke pusaran intrik yang berbahaya.

---

Di malam yang sama, Alena dan Kirana berbicara di balkon apartemen.

“Len, aku takut kamu tidak sadar kalau semakin banyak orang yang akan terseret dalam rencana ini,” kata Kirana.

“Memang itu yang aku mau, Kir,” jawab Alena dingin. “Arga harus kehilangan semuanya. Bukan hanya perusahaannya, tapi juga orang-orang yang dia cintai. Termasuk adiknya.”

Kirana terbelalak. “Tania? Jangan, Len! Dia tidak bersalah!”

Alena menatap sahabatnya dengan tatapan tajam. “Dalam perang, tidak ada yang benar-benar tidak bersalah.”

Untuk pertama kalinya, Kirana merasa sahabatnya berubah menjadi orang lain—wanita yang lebih kejam daripada yang pernah ia kenal.

---

Sementara itu, Nadine mulai merasa gelisah. Ia sering menerima pesan anonim di ponselnya:

> “Arga tidak akan pernah benar-benar mencintaimu.”

> “Kamu hanya pengganti. Dia akan kehilanganmu juga.”

Nadine tidak tahu siapa yang mengirim pesan itu, tapi ia bisa menebak. Nama Alena selalu menghantui pikirannya.

Suatu malam ia berkata pada Arga, “Aku merasa ada seseorang yang ingin menghancurkan kita.”

Arga menggenggam tangannya. “Aku tidak akan biarkan itu terjadi.”

Namun dalam hati, ia tahu—perang sudah dimulai.

---

Di sebuah ruang gelap, Alena berdiri di depan papan penuh foto, dokumen, dan garis-garis benang merah yang menghubungkan nama-nama orang terdekat Arga.

Di tengah papan itu, terpampang foto Arga dengan tanda silang merah besar.

Alena menyentuh foto itu dengan ujung jarinya, lalu berbisik pelan.

“Arga… sebentar lagi, kamu akan merasakan sakit yang jauh lebih dalam daripada yang pernah kamu buat aku rasakan.”

Api dendam itu sudah menyala. Dan tidak ada yang bisa memadamkannya.

---

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dendam Mantan Istri   Bagaimana mungkin mengampunimu

    Darwin berdiri di samping dengan ekspresi sedikit marah, tetapi dia menahannya, tatapan matanya perlahan menjadi tenang.Selanjutnya Aldo memarahi pasangan ayah dan anak Marthen dengan sangat kasar, sekaligus merusak seluruh Keluarga Lin! Beberapa penghuni di sekitaran ketika mendengar pergerakan ini semuanya langsung mendekat, namun ketika melihat Aldo dan si gendut Juan sedang mencari masalah, mereka langsung menjauh, tidak ada orang yang ingin menyinggung dua pembawa sial ini.Semua keluarga Lin bersamaan melihat ke arah Darwin, kini yang hanya bisa menyelesaikan masalah di depan mata hanya Darwin!Uang di dalam kartunya jika diambil sedikit sudah cukup membayarnya.Hanya saja ketika Darwin menghadapi tatapan mereka, dia malah tidak memedulikannya, ketika Arnold dan Sunny sudah tidak tahan lagi dan ingin menyuruh Darwin untuk memberikan bantuan dana, Darwin tiba-tiba berkata: "Ayah, Ibu, kalian jangan ikut campur, masalah mereka biarkan mereka selesaikan sendiri." setelah mengataka

  • Dendam Mantan Istri   jangan menindas si miskin

    "Tuan Darwin, semua pemegang saham termasuk diriku sudah mengetahui nilai Anda, mohon ampuni kami sekali lagi."Efandy kehabisan akal, dia hanya lanjut menundukkan kepala agar bisa membujuk dengan baik."Jadi kenapa? Kalian sudah tahu nilaiku, jadi apakah aku sudah harus mengampuni kalian? Bukankah hidup seperti itu menunjukkan aku sangat rendahan?! Tadi ketika aku pingsan, aku hanya seorang pelayan biasa saja, siapa dari kalian yang mau membantu? Siapa yang maju untuk membelaku? Menyarankan untuk mengantarku ke rumah sakit? Hati kalian semua sudah dibutakan oleh uang dan kekuasaan! Sekarang membalikkan kepala untuk mendapatkanku, untuk apa aku menyetujuinya!"Semua kata-kata Darwin seperti pisau yang membuat semua orang di tempat merasa malu, tetapi malah tidak ada orang yang berani melawan.Darwin berdiri dan berjalan keluar, amarah Efandy yang ditahan dalam hati akhirnya sudah diledakkan! Dia langsung maju menarik kerah baju Darwin! "Bocah, kamu jangan terlalu sombong! Begitu banya

  • Dendam Mantan Istri   perkataan yang menusuk

    Darwin melihat Efandy hanya merasa lucu. Dia menginjak batu giok yang dihancurkannya sambil berkata: "Barang kuno ini kelihatannya seperti dari Dinasti Song, dulu pasti menghabiskan biaya yang banyak ketika membelinya, kan? Aku hanya bisa bilang jika tingkat pemalsuan barang kuno ini sangat bagus, aku berani dengan yakin berkata ini terbuat dari campuran serbuk besi dan giok, kemudian pendinginan cepat menggunakan cuka, dan dimasukkan dalam ruangan yang lembab selama beberapa bulan baru dikeluarkan, giok sudah terkorosi oleh besi, kemudian muncul corak kulit jeruk, dari bagian besi yang karat terdapat warna merah tua dan corak tanah yang sangat indah! Tetapi ini tetap saja barang palsu, bahkan kualitas giok sangat buruk, apakah tidak patut dihancurkan?" Ucapan Darwin seketika mengejutkan semua orang! Meskipun tidak memiliki kemampuan dalam menilai seni, tetapi kini ketika melihat ke arah serpihan giok, mereka menemukan serpihan besi yang bercampur di dalam, semuanya langsung sangat

  • Dendam Mantan Istri   tidak punya mata

    Sepasang mata terlintas sebuah cahaya seakan-akan seperti disambar petir di musim hujan! Mata Darwin sekali lagi menjadi sipit! Dia tiba-tiba bangkit dan berdiri dengan tenang! Adegan ini membuat lokasi yang kacau seketika menjadi hening! Bahkan suara daun juga kedengaran! Para pemegang saham sangat malu, beserta Efandy yang tadinya sangat sombong, dan Martin yang menggunakan kesempatan untuk meleceh juga langsung terkejut! Semuanya melihat ke arah Darwin, bahkan Sherina dan Sura juga melihat ke arah Darwin, sang tokoh utama yang membuat kehebohan begitu besar malah sangat santai, setelah dia melihat ke sekeliling, terakhir dia melihat ke arah Sherina! Meskipun kini gairah dan cara berpakaian Sherina sudah berubah, tetapi Darwin juga tidak bodoh! Dia dalam sekejap langsung berhasil mengenalnya, orang ini adalah wanita cantik yang mabuk dan masuk dalam pelukannya semalam, kemudian bertemu dengan preman mesum dan dia antar ke hotel dengan menghabiskan uang. Tampak jelas semua ini

  • Dendam Mantan Istri   Bencana Serakah

    Orang kecil yang tidak memiliki kekuasaan dan kekuatan, tidak memiliki kualifikasi apa pun dan pengalaman adalah seorang pegawai kecil, tetapi tiba-tiba menjabat sebagai kepala ahli penilai, menurut Efandy hal ini sangat aneh! Dia tidak tahu Sherina memiliki pemikiran apa, tapi dia tahu pandangan semua pemegang saham setelah mengetahui masalah ini!Efandy merasa sangat bersemangat!Sepertinya dia telah menemukan peluang emas!Setelah meminta Martin turun terlebih dahulu, Efandy mempertimbangkan detailnya dengan hati-hati, dan menelepon satu per satu.Pada saat ini, Darwin yang berada di sisi lain telah memasuki gudang perusahaan lelang, di luar adalah pintu pengamanan dengan sidik jari iris dan kata sandi, setelah masuk, ada hampir seribu barang antik batu giok yang berharga. Ada beberapa pelelangan dari tokoh terkemuka di semua kalangan, dan juga ada sebagian koleksi dari Grup Shinstar sendiri, harga totalnya sulit untuk diperkirakan.Meskipun pekerjaan Darwin ini memiliki gaji yang

  • Dendam Mantan Istri   apakah aku berkata pergi

    Begitu kaki Darwin baru saja melangkah keluar dari pintu perusahaan, terdengar suara teriakan Martin dari belakang, hanya saja langkah Darwin tidak menjadi lambat tetapi malah semakin cepat! Dan dua penjaga pintu yang tidak senang dengan Darwin, tentu saja mengenal Martin supervisor gudang, dan hubungannya juga baik, Martin sering mengambil perlengkapan kantor dari perusahaan secara pribadi dengan dalih bekerja lembur, untuk kenyamanan, penjaga pintu itu juga mendapat keuntungan.Melihat Martin berteriak dengan keras, dan juga memberi isyarat kepada mereka, kedua penjaga pintu itu segera mengerti yaitu ingin menghentikan Darwin!Apakah bocah itu telah mencuri barang? !Keduanya saling menatap dan tersenyum, kedua matanya bersinar cahaya dingin, keluar dari ruang penjaga dan bergegas ke arah Darwin! Dalam sekejap mata dia telah menghalangi Darwin, “Berhenti nak! Mari kita lihat ingin lari kemana kamu!” marah penjaga pintu yang tinggi itu, penjaga pintu yang pendek lainnya bergegas data

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status