Share

Dendam Pewaris Yang Terpendam
Dendam Pewaris Yang Terpendam
Penulis: Amelina_ws

01. Dipukuli

"Kamu! Berani-beraninya kamu dekati anak saya," teriak Ayah Mahira. 

Ayah Mahira datang dengan penuh amarah dan kekesalan karena mendapatkan kabar kalau anaknya telah dekat dengan pria yang berada di hadapannya ini.

Diki yang saat ini sedang mencangkul di sebuah perkebunan, dikagetkan dengan kedatangan Ayah Mahira yang begitu datang langsung meneriaki dirinya.

Diki langsung menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arah Ayah Mahira.

"Maaf Pak, maksud Bapak apa ya?" jawab Diki berusaha untuk pura-pura tidak mengerti.

Diki berusaha memasang wajah tenang padahal hatinya sangat ketar-ketir takut kalau sampai ayahnya Mahira mengetahui kedekatannya dengan anaknya.

"Ahkk jangan kurang ajar kamu," ucap Ayah Mahira lalu menyuruh anak buahnya menghajar Diki.

"Kasih pelajaran dia." titah Ayah Mahira kepada anak buahnya. 

Tanpa pikir panjang, ayah Mahira ingin Diki dikasih pelajaran supaya kapok dan tidak lagi mendekati anaknya.

Brugh … slep … gleg ….

Diki pun dipukuli sampai babak belur dan sampai tersungkur di tanah.

Diki yang hanya bekerja sebagai tukang buruh kuli, ia tidak bisa melawan ayah Mahira dan anak buahnya.

Setelah beberapa saat dipukuli oleh anak buah ayah Mahira. Diki pun ditinggalkan begitu saja. 

Diki yang sudah babak belur mulai kehilangan kesadaran dan setelah beberapa saat akhirnya ia tidak sadarkan diri.

Beberapa menit kemudian, akhirnya pemilik kebun menemukan Diki yang tidak sadarkan diri di kebunnya.

"Astaghfirullah, Diki kenapa itu?" ucap atasannya Diki  lalu menghambur mendekati Diki.

Kulit Diki yang terlihat sawo matang itu dipenuhi oleh luka-luka. Pemilik kebun memandangi wajah Diki dan ia penasaran kenapa pegawainya bisa mengalami babak-belur seperti ini? Pemilik kebun pun meminta tolong kepada para pegawainya.

"Tolong-tolong," teriak pemilik kebun meminta bantuan untuk menyelamatkan Diki.

Para pegawainya pemilik kebun yang sedang serius bekerja akhirnya mereka mendengar teriakan dari atasannya. Dan mereka pun mendekatinya.

"Ada apa Pak Erick?" tanya para pegawai setelah dekat. 

"Tolong ini Diki, entah mengapa dia pingsan dengan keadaan babak belur begini," ucap pemilik kebun mendongakkan kepala menatap para pegawainya, lalu kembali memandang wajah Diki.

Semua pegawai pemilik kebun terkejut dengan keadaan Diki yang memprihatinkan. Lalu akhirnya mereka semua menolong Diki dan membawanya ke kontrakan Diki. 

"Ya ampun, Nak Diki kenapa bisa begini?" lirih saudara Diki ia terkesiap karena melihat keadaan Diki yang seperti ini. Lalu Bi Ina pun mengarahkan warga untuk membaringkan Diki di kursi bambu yang ada dikontrakan itu.

Diki pun di baringkan di kursi lalu warga yang mengantar Diki pun pergi. 

Lalu Bi Ina pun mengompres luka Diki.

Bi Ina adalah orang terdekat Diki. Bi Ina adalah saudara Diki. Hanya Bi Ina yang Diki punya di desa ini. 

Hati Bi Ina begitu hancur, melihat keponakannya seperti ini. Keadaan Diki membuat hatinya teriris perih. 

Setelah beberapa saat akhirnya Diki pun mengerjapkan matanya. Diki  mencoba membuka matanya yang masih terasa berat.

Diki menatap Bi Ina yang sedang mengompres lukanya. Lalu ia berkata,"terimakasih, Bibi. Karena Bibi sudah mengobati luka, ku!" 

Diki merasa beruntung bisa mempunyai saudara seperti Bi Ina. Diki begitu bersyukur karena saudaranya ini selalu mau mengurusinya dengan keadaan apapun.

Wanita paruh baya itu tersenyum ke arah Diki. Dan dia mengatakan, "tidak perlu berterima kasih. Bibi hanya menjalankan tugas Bibi sebagai saudara kamu," terangnya.

Diki menyembunyikan rasa kesalnya dan ia mencoba bersikap tenang dihadapan wanita paruh baya itu.

Walaupun ingin menceritakan hal yang sebenarnya kepada saudara satu-satunya. Tapi Diki tidak mau membebani wanita paruh baya itu sehingga ia putuskan untuk memendamnya sendiri.

Tiba-tiba saja Bi Ina terlihat kesal dan mengatakan hal yang mengejutkan kepada Diki, "jangan-jangan Juragan Joko, ayah dari Mahira  yang telah membuat kamu seperti ini?" tebaknya.

Deg!!!

Apa yang wanita paruh baya itu katakan kepada Diki tepat sekali. Tebakannya mengapa bisa setepat itu? Diki tertegun.

Diki mencoba untuk mengelak dengan apa yang wanita paruh baya itu katakan, "sudah ya, Bi. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Ini semua terjadi karena kesalahpahaman saja!" Diki bersikukuh mengatakan bahwa apa yang terjadi terhadap dirinya adalah sebuah kesalahpahaman. Karena Diki tidak ingin kalau sampai Bi Ina terbebani dengan masalahnya.

Bi Ina pun terlihat sangat kesal dan terus berkata kalau dia tahu bahwa ayahnya Mahira lah yang telah membuat Diki seperti ini. Terlihat sekali kalau memang Bi Ina tahu segalanya. Entah tahu dari mana ia itu. Bi Ina marah-marah karena kondisinya Diki bisa sampai seperti ini dan ia pun tiba-tiba saja terlihat sedih dengan keadaan Diki yang menyandang pria termiskin. 

Diki sedang berbaring di kursi bambunya dan mencoba untuk merenungi nasibnya yang begitu hina ini. Tiba-tiba saja terlihat ada seseorang yang memakai selendang hitam menutupi wajahnya, dan melangkah membuka pintu rumahnya. Diki melihat bayangan itu di dalam jendela rumahnya. Diki memperhatikan siapa wanita itu dan setelah beberapa saat!

Ceklek! 

Terdengar suara bukaan pintu lalu terlihat ada wanita yang menjadi penyebab terlukanya Diki sekarang.

Diki terbelalak dan terkejut ketika melihat wanita itu ada dihadapannya dengan air mata yang membasahi wajahnya. Lalu ia menghambur mendekati Diki dan memeluknya dengan erat dan berkata,"Diki!? Kenapa kamu bisa sampai seperti ini?" 

Wanita itu berkata dengan tangisan yang terdengar begitu terisak. Diki pun menaruh tangannya di atas pundak wanita itu. Setelah beberapa saat Diki memegang dagu wanita itu untuk mendongak menatapnya.

"Mahira, kenapa kamu datang kemari?" tanya Diki dengan suara berat karena masih menahan rasa sakit.

Diki begitu terkejut karena ternyata Mahira bisa datang menemuinya. Sudut mulut Diki terluka, di area pipi dan jidatnya sudah penuh dengan luka memar. Bahkan area perutnya pun ada luka memar karena anak buah ayah Mahira terus-menerus menghajarnya.

Wanita yang sangat dicintai Diki itu malah terus menangis tersedu-sedu dan memeluk erat tubuhnya kembali, lalu mengatakan.

"Aku tidak menyangka kalau bapak akan melakukan ini," lirih Mahira.

Diki begitu terharu karena melihat Mahira yang mencemaskan dirinya sampai mengeluarkan air mata untuknya. Diki pun berkata sambil melepaskan pelukannya Mahira yang melingkar di perutnya,

"Yasudah tidak apa-apa, Mahira. Ini memang salahku karena aku telah berani mendekati putrinya."

Diki sadar diri dengan keadaannya yang menjadi orang tak mampu. Dan ia malah berani mendekati Mahira sehingga ia menyalahkan dirinya sendiri.

Mahira terlihat menghentikan tangisannya lalu menatap kembali wajahnya Diki.

"Kenapa bisa, bapak tau tentang kedekatan kita? Padahal kita sudah menyembunyikannya serapih mungkin?" Mahira bertanya dengan ekspresi yang begitu kebingungan.

Padahal Mahira dan Diki selalu menyembunyikan kedekatan mereka, bahkan untuk saling pandang pun mereka tidak melakukan itu karena takut kalau sampai ada yang curiga kepada mereka. 

Tapi bagaimana bisa ayah Mahira tahu tentang ini semua? Diki pun bingung karenanya.

"Aku juga tidak tahu, Mahira. Dan sekarang kenapa kamu menemui aku? Kalau bapakmu tahu kamu ada disini bagaimana nanti?" tanya Diki.

Diki tidak mau kalau sampai Mahira ketahuan ada di tempatnya. Apa yang akan terjadi jika itu terjadi? Pasti ayahnya Mahira akan lebih murka kepadanya. Dan yang lebih ditakutkan Diki adalah Mahira. Ia takut kalau Mahira akan kena hukuman ayahnya.

"Aku akan pergi dari rumah," sahut wanita itu berkata dengan lantangnya.

Mahira terlihat begitu kecewa dengan apa yang telah diperbuat oleh bapaknya sehingga, jika sampai Mahira ketahuan sekarang sedang bersama dengan Diki yang pastinya akan membuat ayahnya murka. Maka wanita itu bertekad untuk pergi dari rumah.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Cinta Dewi
kasihan si Diki
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status