Mutia berjalan menuju pintu, Mutia mengetuk pintu rumah Ibunya.
Tok tok tok Terdengar langkah kaki seseorang dari dalam rumah. Pintu terbuka lebar, Kakak Mutia berdiri mematung.“Siapa kamu?” tanya Mira kakak Mutia bengong.“Aku Mutia kak, adik kakak,” kata Mutia. Mira mengucek matanya,”Kamu bukan Mutia, Mutia tidak seperti ini wajahnya.” kata Mira ragu bahwa yang dihadapan dia adalah adiknya yang lugu. Wajahnya berubah, penampilan juga berubah.“Biarkan aku masuk kak, nanti aku ceritakan.” kata Mutia. Mira mempersilahkan Mutia masuk, “Siapa yang meninggal, Kak?” tanya Mutia penasaran. Bukannya menjawab pertanyaan Mutia, Mira malah menangis tersedu-sedu. Seketika seisi rumah terbangun mendengar Suara tangis Mira.“Siapa kamu?” tanya Budi suami Mira.“Aku Mutia mas, adik kak Mira.” jawab Mutia. Budi pun sama tidak percaya dengan apa yang dia lihat begitu juga keponakan Mutia tidak ada yang percaya bahwa wanita yang ada didepan matanya adalah Mutia.“Siapa yang meninggal? Ibu mana kak?” tanya Mutia menggoyang-goyang tubuh Mira.“Ibu, Ibu sudah tiada Mutia.” jawab Mira terisak. Seketika tubuh Mutia lemas, dia terjatuh kelantai.“Ibu maafkan Mutia, Mutia tidak dapat melihat Ibu untuk yang terakhir kalinya.” kata Mutia terisak.“Kenapa kamu tidak bisa dihubungi ,Dek?” tanya Mira.“Ceritanya panjang sekali kak, aku diusir dari rumah almarhum suami ku atas tuduhan menggoda suami orang. Warga dan keluarga suamiku semua mengusir aku, aku lalu pergi tanpa tujuan naasnya aku tertabrak mobil dan akibat kecelakaan itu wajahku hancur. Orang yang menabrakku menanggung semua biaya rumah sakit termasuk biaya operasi wajah ke Singapura yang aku lakukan sebulan yang lalu.” Kata Mutia.“keluarga suamimu memang kejam Mutia, sebelum Ibu meninggal mertua dan Ipar kamu datang kemari. Istilahnya dia mengembalikan kami ke Ibu lagi. Tapi tidak hanya itu dia mencaci maki kamu dan keluarga kita yang miskin ini. Terjadilah pertengkaran antara kakak dan Ibu mertua kamu. Setelah kepergian Mereka Ibu tiba-tiba Pingsan dan ternyata ibu terkenal serangan jantung. Hingga akhirnya kemarin Ibu menghembuskan nafas terakhirnya.” jelas Mira sambil mengusap air matanya.“Mutia janji kak, akan membalaskan sakit hati Ibu. Dengan wajahku yang sekarang ini pasti mereka tidak akan tahu jika aku adalah Mutia. Kakak sekeluarga tolong sembunyikan rahasia ini, kalau ditanya aku siapa? Bilang saja aku temannya Mutia. Namaku Tia, aku sekarang tinggal ditempat Bu Salma dan Pak Samsul orang yang menabrak ku waktu itu.” Kata Mutia.“Baik dek, kakak sekeluarga akan merahasiakan semuanya.” jawab Mira. Budi pun mengangguk tanda setuju begitu juga keponakan Mutia, yaitu Sabrina. Mutia menyuruh pak Supir tidur didipan yang ada diruang tamu. Mutia masuk kedalam kamar Ibunya dan istirahat disana.Paginya Mutia menyuruh Pak supir kembali kerumah Bu Salma. Dan minta di jemput setelah 7 hari kepergian Ibunya. Bu Salma menelfon Mutia, “Tia gimana disana? Ada kabar apa?” tanya Bu Salma.
“Ibu sudah tiada Ma, dia ninggalin Mutia. Ibu kena serangan jantung setelah kedatangan mantan mertua dan Ipar ku.” kata Mutia.“Sabar ya sayang, Mama tahu kamu pasti berat kehilangan Ibu mu. Tapi kamu harus kuat demi Ibumu.” Kata Bu Salma.“Ma, aku menyuruh Pak supir pulang kesana biar nanti aku dijemput setelah 7 harinya Ibu.” kata Mutia.“Iya nggak apa-apa, disana saja dulu sampai kamu benar-benar siap untuk memulai hidupmu yang baru.” jawab Bu Salma.“Sudah dulu ya Ma, titip salam buat Papa.” Kata Mutia mematikan saluran telfonnya.Mutia menyusul Mira yang sedang duduk didepan ruang bersama para tetangga.“Mira, dia siapa kok cantik sekali?” tanya tetangga Mutia.“Dia Tia Bu, temannya Mutia,” jawab Mira.“Kabar Mutia sekarang gimana Mir, kasihan dia kalau harus hidup sendiri di desa orang. Suruh pulang kesini saja Mir.” Kata tetangga Mutia.“Kabarnya Mutia baik-baik saja Bu, tapi tadi sempat terpukul waktu tahu Ibunya sudah tiada.” Kata Mutia berpura-pura.“Harusnya kamu ajak dia pulang saja mbak, biar dia tinggal disini saja.” Kata Tetangga Mutia.“Mutia sekarang sibuk Bu, tidak bisa kesini. Dia sekarang orang yang sukses jadi sibuk.” Jawab Mutia.“Sudahlah Bu, biarkan saja Mutia pada keputusan dia sendiri. Biar dia kerja keras dan sukses buat kami tidak dihina lagi Bu.” kata Mira.Tetangga Mutia hanya menganggukkan kepala,” Mbak Tia kok cantik sekali, bedaknya apa mbak?” tanya tetangga Mutia.“Nggak pakai bedak apa-apa Bu,” kata Mutia. Semua yang melihat Tia tidak ada yang tahu bahwa Tia adalah Mutia. Banyak orang penasaran dengan penampilan Tia yang sangat cantik dan putih. Beberapa Ibu-ibu Iri melihat kecantikan Mutia, ada yang bicara terang-terangan bahwa dia kagum terhadap Tia.“Kak, tidak rasa yang tahu kan kalau aku adalah Mutia.” Kata Mutia ketika Meraka hanya berdua.“Dek, Kakak tidak punya uang untuk biaya meninggalnya Ibu.” kata Mira tertunduk.“Uang kami habis buat biaya pemakaman Ibu.” tambah Mira.
“Tenang kak, Mutia punya uangnya kok.” Kata Mutia. Mutia memberikan uang pada Mira untuk biaya kematian Ibunya.“Kita tidak akan hidup miskin lagi, kak.” Kata Mutia tersenyum.“Buktikan dek, Kakak akan selalu mendukungmu.” Jawab Mira.“ Mutia janji kak, mereka akan merasakan apa yang kita rasakan kak.” Kata Mutia.“Kakak bangga sama kamu Tia, kakak sayang sama kamu.” Jawab Mira. Mira dan Mutia saling berpelukan, mereka kini hanya berdua. “Jadilah wanita yang kuat dan berani dek.” Kata Mira melepaskan pelukannya.“Pasti itu kak, cukup sekali ini kita dihina oleh orang lain.” Jawab Mutia.Mutia senang sekali mempunyai kakak yang baik dan penyayang seperti Mira.“Akan aku balas perbuatan mereka.” Kata Mutia dalam hati. Mutia terlanjur menyimpan dendam pada keluarga mantan suaminya itu, dia tidak ingin harga diri keluarga dia diinjak-injak lagi. Sudah cukup penderitaan yang dia alami selama ini, setelah kepergian Suaminya. Rumah yang diberikan sang suami kini ditempati oleh Iparnya yang licik dan kejam itu.“Tia ada yang ingin bertemu dengan kamu.” kata Budi mendekati Tia dan Mira.“Siapa mas? Saya kan tidak ada kenalan disini?” tanya Tia.“Mas, tidak tahu tapi orangnya ramah sekali.” kata Budi. Mutia sangat penasaran dengan siapa yang datang menemui dia, selama dia dirumah Ibunya tidak ada yang mengenal dia. Terlihat seorang Pria sedang berdiri menunggu dirinya, Mutia sama sekali tak mengenali pria tersebut. Dan ketika pria itu berbalik arah menghadap Mutia, betapa terkejutnya dia melihat pria itu. Pria itu menatap Mutia dengan tatapan aneh, dia mendekati Mutia.“Siapa kamu?” tanya Mutia. Pria tersebut tidak menjawab malah dia tersenyum pada Mutia. Mutia ingin tahu apa maksud keinginan pria tersebut.“Siapa kamu?” tanya Mutia lagi.“Salam kenal Tia, aku Hadi orang terkaya di Desa sebelah.” jawab Hadi dengan keangkuhannya.“Maaf, ada perlu apa anda kemari?” tanya Tia sudah mulai tidak suka dengan Pria itu.“Aku hanya memastikan saja, banyak yang bilang dirumah ini ada seorang wanita cantik. Ternyata benar ada bidadari secantik kamu Tia.” jawab Hadi sambil duduk tanpa dipersilahkan.“Maaf Pak Hadi, saya tidak ada waktu untuk ngobrol dengan orang asing seperti anda.” kata Mutia.“Oke tidak apa-apa, nanti saya akan kesini lagi.” kata Hadi. “Jangan panggil aku Pak, panggil saja Mas Hadi.” kata Hadi.“Baik mas, mas bisa pulang sekarang. Kami masih dalam suasana berkabung atas meninggalny Ibu dari Mbak Mira, jadi tolong hargai kami.” Kata Mutia sopan.Pria itu tidak segera pergi malah berjalan mendekat
“Ada apa?” tanya Mutia lagi.Setelah puas tertawa akhirnya menjawab, “Bagaimana kabar mu? Aku berharap kamu pergi untuk selamanya.” kata Fatma mantan kakak Ipar Mutia.“Iya, aku akan pergi untuk selamanya. Nikmatilah rumah milik adikmu itu, aku tidak berniat mengambilnya.” jawab Mutia. Lalu memutuskan sambungan telfonnya, Mutia akan membuang nomor lamanya dan menggantinya dengan yang baru.Flashback Sejak awal pernikahan Mutia dan Arman, Fatma selalu memanfaatkan Arman. Bagaimana tidak hampir setiap bulan, Mantan mertua dan Ipar Mutia itu minta jatah bulanan dari Arman. Gaji Arman yang hanya 3 juta itu habis untuk kebutuhan saja. 1 juta untuk jatah Bulanan Bu Siti mertua Mutia, 500ribu untuk Fatma kakak Arman. Tinggal 1,5 juta untuk kebutuhan rumah bayar listrik, air, telfon dan kebutuhan dapur juga. Setiap bulan minus terus tidak pernah tidak minus.Suatu hari Mutia berbicar
Sesampainya dirumah Bu Salma, Mutia langsung istirahat. Dia merasa kecapekan setelah beberapa jam duduk didalam mobil.“Mutia, besok kamu ikut Papa ke kantor ya, belajar kerja dikantor Papa.” kata Bu Salma.“Iya ma, Mutia mau ganti nomor ponsel juga nih,” kata Mutia.“Kapan kamu akan kembali ke desa itu?” tanya Bu Salma antusias.“Setelah saya kerja dikantor Papa, Ma. Mungkin 1 Minggu lagi aku akan cari rumah kontrakan disana.” jawab Mutia.“Baiklah, Mama dukung kamu,” kata Bu Salma. Malam itu Mutia pergi ke konter untuk membeli kartu baru, setelah itu dia menelfon kakaknya memberi tahu jika nomor ponselnya ganti. Saat sedang asyik berjalan di ruko, tanpa sengaja Mutia menabrak seseorang.“Maaf Bu, saya tidak sengaja,” kata Mutia sambil melihat orang yang ditabraknya, ternyata dia mantan mertua Mutia.“Punya mata nggak sih,” kata
“Gimana bisa bayar sekarang?” tanya Bu Salma. Mutia sudah kembali ke kantor, karena dokumen sudah ditunggu Pak Samsul.“Maaf Bu, kami tidak punya uang sebanyak itu.” jawab Fatma tertunduk.“Lalu gimana kalau tidak punya uang?” tanya Bu Salma.“Biarkan Ibu kami bekerja disini Bu, untuk membayar ganti rugi.” kata Fatma.“Fatma...kamu nyuruh Ibu jadi asisten rumah tangga disini,” kata Bu Siti protes.“Mau bagaimana lagi,Bu. Kita tidak punya uang untuk ganti rugi sebanyak itu.” kata Fatma.“Begini saja, sekarang kalian pulang dulu, aku pertimbangkan dulu usul Fatma tadi.” jawab Bu Salma. Mereka pulang dengan kekecewaan, Fatma menyalahkan Ibunya yang telah ceroboh.“Ibu gimana sih, malah bikin masalah baru sama Bu Salma.” kata Fatma.“Kamu juga ngapain usul buat Ibu kerja disana. Masa iya Ibu jadi ART dirumah Bu Salma, malu dong
"Ayo pulang!" ajak Fatma menarik tangan suaminya."Loh Mas Ulum belum bayar Mbak." kata Sonia."Ngutang dulu," jawab Fatma."Nggak Mbak, cuma beli kopi kok ngutang. Katanya situ orang kaya masak beli kopi ngutang." bantah Sonia."Eh janda ganjen kamu tuh ya baru punya warung kayak gubuk gitu aja udah sombong minta ampun." kata Fatma tidak mau kalah."Pokoknya bayar sekarang," bentak Sonia.Ulum hendak mengambil uang disaku celananya namun dicegah oleh Fatma. "Nggak usah bayar mas," kata Fatma."Biar aku bayar dek, malu kalau kopi saja ngutang." jawab Ulum yang malu dilihat banyak orang."Mas kamu itu gimana sih, oh jangan-jangan mas suka sama janda gatel itu." kata Fatma berasumsi sendiri."Nggak dek, Mas hanya cinta sama kamu seorang." kata Ulum."Alah kamu mas bilang cinta nyatanya baru aku tinggal sebentar udah main kesini." kata Fatma."Tapi aku tidak suka sama Sonia dek." kata Ulum."Ngaku saja
PlakSebuah tamparan mendarat dipipi Pak Warto."Tega sekali kamu Pak," kata Bu Siti sambil terisak tubuhnya lemas hingga merosot jatuh kelantai."Mendingan Bapak pergi dari sini, bawa baju Bapak." usir Fatma."Tolong maafkan Bapak Bu, Bapak nggak tahu kalau akan menyebar vidio itu. Bapak juga tidak tahu siapa yang merekamnya." kata Pak Warto."Sudah cukup Bapak pergi sekarang." teriak Bu Siti.Bu Siti masuk kedalam rumah mengambil semua baju Pak Warto dan melemparnya ke teras."Bawa pakaian kamu," teriak Bu Siti.Pak Warto memunguti bajunya lalu membawanya."Maafkan Bapak,Bu." kata Pak Warto berjalan menjauhi rumah yang selama ini dia tinggali bersama keluarganya.Fatma seketika panik ketika digrup RT dan beberapa Grup arisanembahas vidio viral Pak Warto."Bapak pergi meninggalkan aib," kata Fatma kesal. "Semua grup whatsapp menggunjingkan keluarga kita Bu." kata Fatma.Bu Zuli datang,"Udah lihat bu
"Baik Mbak saya akan kesana." kata Bu Siti.Fatma dan Ulum mengantar Bu Siti kerumah sakit yang disebutkan. Benar disana terlihat Pak Warto terbaring sakit diatas ranjang."Dengan keluarga Pak Warto?" tanya seorang perawat."Iya sa istrinya," jawab Bu Siti."Mari ikut saya menemui Dokter." kata Perawat."Ayo Fat temanin Ibu!" ajak Bu Siti. Fatma pun menemani Bi Siti keruagan Dokter. Sedangkan Ulum menunggu didepan ruangan Pak Warto.Sesampainya diruangan dokter, mereka duduk."Keluarga Pak Warto ya?" tanya Dokter."Iya pak saya istrinya," jawab Bi Siti."Begini Bu Pak Warto akan lumpuh karena kakinya mengalami benturan yang sangat keras." tutur Dokter."Apa lumpuh dok?" tanya Fatma."Iya Mbak, kami berharap keluargamu memberikan Pak Warto dukungan dan semangat agar bisa menerima kenyataan." kata Dokter."Baik dok," kata Bu Siti.Mereka lalu keluar dari ruangan Dokter tersebut."Mas Bapa
"Ya ampun Bu Salma repot-repot kemari." kata Bu Siti tersenyum."Ini Bu ada sedikit bingkisan." kata Tia memberikan parcel buah pada Bu Siti."Terimakasih Tia, Terimakasih juga sudah memberi Ulum pekerjaan." kata Bu Siti."Oh ya Fatma kok tidak ada disini Bu?" tanya Bu Salma."Fatma pulang sore tadi Bu, kita gantian jaga Bapak." kata Bu Siti."Silahkan duduk Bu Tia!" kata Ulum pada Tia."Terimakasih Pak," jawab Tia lalu duduk disofa bersama Bu Salma."Sepertinya saya pernah lihat suami Bu Siti ya? Tapi dimana? Oh iya aku lupa vidio viral itu ya." sindir Bu Salma."Itu bukan suami saya Bu," sanggah Bu Siti."Alhamdulillah kalau bukan suami Ibu, soalnya kasihan kalau suami Ibu." kata Bu Salma."Ya nggak lah Bu," kata Bu Siti dengan senyum yang dipaksakan."Soalnya mirip sekali," kata Bu Salma. "Oh ya ini ya suami Fatma?" tanya Bu Salma melihat kearah Ulum yang berdiri."Iya Bu, dia suaminya Fatma." jaw