Share

Ciuman Pertama, kok enak?

Evan sangat gemas dengan Elin karena sifat cerewetnya,  seingat Evan dulu Elin itu pendiam tapi kenapa sekarang Elin sangat cerewet sekali. Evan menghentikan langkahnya tiba tiba sehingga Elin menubruk punggungnya. Evan menelan ludahnya kasar karena Ia dapat merasakan gundukan kenyal yang menempel sebentar dipunggungnya itu, ya cuma sebentar. Evan berdehem menghilangkan pikiran joroknya dan menoleh kebelakang melihat Elin yang sedang menunduk sambil memilin jari tangannya,  kenapa Ia menunduk dan kelihatan takut? Semenakutkan itukah seorang Evan?

Evan memperhatikan wajah Elin yang samar-samar karena disini suasananya agak gelap, namun Evan masih bisa melihat pipi chubby nya Elin.

Tiba-tiba Evan menggeram karena Elin menggigit bibirnya pelan,  Evan sangat ingin membantu Elin menggantikan menggigit bibir merahnya itu jika Elin mau.

"Kenapa kamu menundukkan kepala seperti itu? Aku gak akan membunuhmu.  Lagipula aku rugi kalau menghabiskan tenaga dan waktuku hanya untuk membunuh wanita menjijikkan seperti dirimu" Sinis Evan, aduh dia sangat bodoh sekali kenapa dia harus mengatakan itu, bagaimana jika Elin sakit hati dan tidak mau lagi berdekatan dengannya. Evan harus menahan Elin tetap berada di dekatnya, Elin harus nyaman dan tergila-gila dengannya. Hingga tiba waktunya dia jatuh sejatuh-jatuhnya pada pesona Evan dia ingin meninggalkan Elin. Dia harus ingat misinya mendekati wanita ini adalah untuk balas dendam bukan untuk mengagumi bibirnya. dan entah kenapa mata Evan malah menyusuri lekuk tubuh Elin yang berisi apalagi dada wanita itu. Evan pun memukul kepalanya menghalau pemikirannya yang entah kemana.

"Saya kira kamu bakal membunuh saya, disini kan gelap jadi kesempatan kamu untuk berbuat jahat itu besar. Tapi gak mungkin ya, kamu kan baik tadi kamu menolong saya. Saya sangat kagum melihat kamu tadi meninju pria sialan itu. Kamu kelihatan seperti hero yang ada di film mas Dony sering tonton. Saya emmphh.."  Ucapnya terpotong karena ciuman Evan. Elin sangat terkejut, ini adalah ciuman pertamanya dan ternyata rasanya sangat manis ada harum mint yang menguar dari mulut pria ini. Elin kembali menyadarkan diri dan tangan nya ingin memukul bahu Evan namun terlebih dahulu dicekal oleh Evan dan dia didorong ke tembok yang ada di gang itu, dan mereka melanjutkan ciuman mereka yang sempat berhenti tadi. Evan gemas karena Elin tidak membuka mulutnya padahal dia ingin melilitkan lidahnya kedalam mulut Elin, dia pun menggigit pelan bibir Elin.

"Aduh.. " Elin mengaduh dan Evan tidak membuang kesempatannya itu dan dia pun memasukkan lidahnya dan kembali mencecap rasa bibir Elin yang ternyata sangat manis seperti dugaannya. Evan menggeram dia menginginkan lebih terlihat dari gundukan di celananya yang tiba-tiba bangun. Dia harus menghentikan ini sebelum Elin nanti jadi membencinya dan menjauhinya sehingga Ia tidak dapat balas dendam. Evan melepas tautan mereka dan Ia memberi satu kecupan penutup, hanya kecupan.

"Apa-apaan kamu hah! Teriak Elin setelah ciuman itu berakhir. Kamu gak tau kalau itu adalah pengalaman pertama saya.  Tapi saya harus memberikan nya kepada pria bajingan seperti kamu. Bagaimana nanti kata suami saya kepada saya pasti dia sangat kecewa. Hiks" isaknya menangis. Dia sangat sedih karena harus memberikan ciuman pertamanya bukan kepada suaminya.

Evan terkekeh dengan perkataan Elin tadi. Apa katanya? Suaminya bakal kecewa hanya karena masalah first kiss saja? Bagaimana seandainya tadi dia kelepasan dan memperkosa Elin,  mungkin saja dia bisa bunuh diri atau mungkin minta tanggung jawab kepadanya. Bahkan diluaran sana banyak perempuan yang sudah tidak perawan, kenapa mantannya ini sangat kolot sekali. Evan pun ingin  memeluk Elin dan menenangkan Elin, namun sebelum dia sempat mengelus surai rambut Elin,  yang ingin dipeluk ternyata terlebih dahulu mendorongnya menjauh dan berlari kencang meninggalkan dia lagi. Evan heran kenapa Elin sangat suka meninggalkannya.

                                 ****

Elin menghempaskan badannya dikasur kamarnya, jantungnya berdebar sangat keras bahkan dia takut jantungnya bakal keluar karena sangkin kerasnya debaran itu. Dia memegang bibirnya dan mengingat bagaimana tadi mantannya menciumnya dengan sangat intens, Elin menendang-nendang kakinya keudara menghilangkan bayangan tentang ciuman tadi, namun entah kenapa bayangan tentang ciuman itu tetap terlintas di pikirannya, bahkan Elin masih sangat ingat jelas bagaimana rasa ciuman mereka tadi, Elin yakin kalau malam ini dia tidak bisa tidur nyenyak.

Elin heran dengan Evan mantannya itu bagaimana bisa dia seenak jidatnya saja mencium Elin.

"Hahhh.. " Elin mendesah kasar menghalau seluruh pemikirannya tentang kejadian yang tadi, dia harus melupakan itu dan dia berjanji dia harus menghindari yang namanya Evan demi menjaga kelangsungan hidup jantungnya.

Elin harus tidur saat ini juga,  kalau tidak besok dia bisa terlambat dan nanti dimarahi oleh Fani lagi.

Sedangkan Evan saat ini berada dikamar mandi menuntaskan adiknya yang tadi sempat bangun karena kejadian yang tadi, namun dinginnya air shower tidak juga bisa menghilangkan bayangan dari gundukan itu dan rasa manis dari bibir itu juga. Padahal ini bukanlah hal yang tabu lagi bagi Evan, dia bahkan sering melakukan hal yang lebih dari sekedar ciuman dengan teman kencan nya. Tapi entah kenapa bayangan itu tetap muncul di benaknya, dia tersenyum tipis mengingat perkataan Elin tentang Evan yang merebut ciuman pertamanya.

                               ****

Aroma kopi menyambut kedatangan Evan di Cafe tempat Elin bekerja, entah setan apa yang merasuki Evan sehingga Ia datang kesini dan ingin melihat bagaimana keadaan mantannya itu, apakah Ia datang bekerja atau tidak, apakah Ia sudah makan apa belum. Evan tidak tahu darimana datangnya pemikiran seperti itu sehingga kini Ia berdiri disini.

Otaknya menyuruh Ia keluar dan kembali ke kantor untuk mengerjakan berkas yang tadi sempat ditinggalkannya, namun hatinya menahannya berdiri disini, dia ingin melihat wajah manis itu walau hanya sebentar.

"Elin nanti mas antar pulang ya" ucap  pria yang kini berada disamping Elin,  dia sangat dekat dengan Elin. Lihat tangannya itu yang dia sengaja menempel dengan tangan Elin, saat ini pria itu tersenyum manis melihat Elin dan ditanggapi Elin dengan senyum manis juga, apa-apaan mereka itu, kenapa harus nempel-nempel segala, Evan menggeram kesal melihat itu, entah kenapa dia tidak suka melihat adegan yang entah kenapa memuakkan dimata Evan, dan lihatlah senyum wanita itu, kenapa dia bisa tersenyum manis menanggapi pria yang sok ganteng itu sedangkan dengan Evan dia selalu menunduk gugup,  dia tidak rela bila senyuman dan bibir manis itu dilihat oleh pria lain,  hanya dia yang bisa!  Evan menggelengkan kepalanya menghilangkan pemikirannya yang tadi. Entah dari mana datangnya rasa posesive tadi,  seperti bukan dirinya saja.

"Dia pulang dengan saya saja!" tekan Evan sambil menarik tangan Elin.

"Evan.." ucap Elin dengan mulut menganga tidak percaya

"Kamu pulang dengan saya saja, cepat bereskan barang-barang kamu biar saya antar pulang!" perintahnya sambil menatap tajam pria yang ada di depannya ini.

"Tapi tadi saya udah mengiyakan ajakan mas Doni,  jadi saya pulang dengan mas Doni saja. Terimakasih sebelumnya" jawab Elin menolak halus ajakan Evan.

"Tidak kamu pulang dengan saya!" jawab Evan lagi sambil matanya mengintimidasi Elin, dia tidak suka dibantah.

"Elin dia siapa?" tanya Doni penasaran karena seenak jidat pria itu saja menghancurkan niat Doni untuk mendekati Elin.

Seingat Doni Elin tidak mempunyai abang  atau teman pria,  jadi siapa pria ini pikirnya.

"Dia temanku mas", "Saya Pacarnya"

Jawab mereka serentak.

Dony pun bingung dengan jawaban mereka, setahu Dony kalau Elin itu belum punya pacar. Kemarin Dony suruh Ayu menanyakan kepada Elin tentang pacar dan jawabannya belum ada, jadi kenapa begini. Atau apakah Ia sudah terlambat, Dia pasti sangat sedih sekali jika dia betul emang sudah terlambat.

"apa-apaan kamu" sentak Elin marah karena jawaban Evan tadi.

Evan mendekatkan dirinya dan berbisik di kuping Elin, "Kamu tidak ingat bagaimana panasnya kita semalam berciuman? Atau kamu ingin lagi kita mengulangi kejadian semalam? Kalau kamu tidak ingin dicium disini terima ajakan saya untuk pulang bersama" perintahnya

Elin yang mendengar ancaman Evan pun takut.

"Mas, saya pulang dengan teman saya dulu ya. Lain kali saja kita pulangnya barengan. Gapapa kan mas?  Tanya Elin sambil tersenyum, dia takut Doni tersinggung dan tidak ingin lagi berteman dengannya.  Dia tidak mau itu terjadi, dia tidak bisa membayangkan kehidupannya tanpa seorang teman.

"Iya gapapa kok Lin, tapi kamu janji ya kapan-kapan kita bakal pulang sama? " tanya Doni sambil tersenyum, sebenarnya dia kecewa karena Elin lebih memilih pria asing ini,  tapi dia tidak mau memaksa Elin dan nanti ujung-ujungnya dia dijauhi karena Elin tidak nyaman.

"Iya mas janji, yaudah saya pulang dulu ya mas. Titip salam sama mbak Ayu. Mari mas" katanya sambil tersenyum ramah.

Sedangkan Evan yang mendengar itu menggeram tidak suka, membayangkan mereka pulang berduaan entah kenapa membuat Evan marah dan kesal apalagi tadi dia mendengar panggilan Elin kepada pria ini, dia sedikit iri karena Elin memanggilnya dengan sebutan mas. Terdengar seperti akrab dan romantis sekali.

Dia pun langsung menarik tangan Elin menuju parkiran tempat mobil nya tadi diparkirkan.

"Ayo" ajaknya

Mereka pun berjalan beriringan menuju parkiran.

Sedangkan Doni yang melihat itu pun hanya tersenyum masam, sebenarnya dia marah, dia kesal tapi dia tahu kalau dia itu tidak berhak. Makanya dia pun bertekad untuk mendapatkan gadis pujaannya itu.

Halo.. Halo para sayang-sayang aku..

Gimana seru ceritanya? Maaf karena up jam-jam segini. 

Masih nonton abang songkang ya? 😗😘

                  

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status