/ Romansa / Dendam Wanita Terbuang / 10. Biarkan Aku Pergi dari Sini

공유

10. Biarkan Aku Pergi dari Sini

작가: DIHNU
last update 최신 업데이트: 2021-03-17 14:00:44

“Siapa yang menembakmu?” tanya Anna disela dia menjahit luka kemudian membalutnya dengan perban.

Ia cekatakan membersihkan dan merapikan peralatan P3k yang dipakai olehnya. Hal itu menghadirkan pertanyaan dikepala Elang tentang tindakan yang Anna lakukan barusan, seakan wanita itu sering melakukannya.

“Apa yang kau lakukan hingga terluka seperti ini? Kau harusnya pergi ke rumah sakit, dan melapor ke polisi,”

Pria mata hazel itu tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Anna padanya, dirinya hanya sibuk memperhatikan wanita yang baru saja mengeluarkan peluru.

“Kenapa kau tidak takut dengan luka tembakan?”

Anna melirik Elang, sorot hazel mata milik pria itu berartikan sebuah kebingungan tentang dirinya. Tentu saja dia kebingungan, seorang wanita yang baru dia temui mengobati luka tembakan.

“Aku pernah tertembak di kaki dan aku mengobatinya sendiri,” seru Anna. “Mau lihat?” tanya Anna menatap ke arah Elang.

“Tidak, terima kasih,” ucap Elang sambil beranjak dari tempat duduk tetapi tubuhnya merasa sakit membuatnya tanpa sengaja memeluk Anna membuat wanita itu kehilangan keseimbangan dan terjatuh di atas Elang.

Ervin memalingkan wajahnya, dia tidak bisa menyaksikan moment pertama yang terjadi pada tuannya. Untuk keli pertama hal seperti ini terjadi.

Sejenak kedua mata mereka saling bertemu, menatap ke dalam sepasang mata yang tengah berada di depan mereka. Tubuh Anna merasa risih karena berada di atas, tetapi tangan Elang menarik pinggang rampingnya agar lebih dekat.

Elang mencoba untuk memanfaatkan kesempatan yang tengah ada, di hadapannya ada bibir yang menggoda sejak kedatangan wanita itu ke mansion miliknya. Ia ingin mencecap jengkal-jengkal bibir itu, dan membuat wanita dihadapannya menjadi miliknya.

Anna berusaha untuk memberontak, tetapi pelukan Elang begitu sulit. Hingga deringan ponsel milik Elang berbunyi membuat keinginannya tidak terpenuhi. Anna memanfaatkan hal itu dan kabur dari cengkeraman Elang, ia bergegas masuk ke dalam kamar.

Elang hanya bisa menatap pasrah ketika lenggang tubuh Anna menjauh darinya, kehilangan kesempatan untuk mencicipi bibir yang selalu membuatnya tergoda.

“Ervin, apa kau telah mendapatkan informasi tentangnya?” tanya Elang yang telah menyadari kedatangan Ervin.

“Belum. Mereka masih mencarinya,”

“Kenapa begitu lama? Bukankah kalian bisa menemukannya lebih cepat?”

Asistennya itu kebingungan menjelaskan. “Tidak ditemukan apapun tentangnya selain informasi yang telah kuberikan, dia tidak memakai sosmed atau memiliki teman dan keluarga. Kehidupannya di negara ini sangat sederhana,”

“Itu mustahil, dia tidak takut melihat luka tembakan, dan juga pandai menjahit luka,”

“Mungkin karena dia pernah menjadi relawan di Palestina karena itu tidak terkejut,”

Elang menghela nafasnya dengan kasar. “Relawan ya, itu masuk akal melihat tindakan yang dia lakukan,”

Langkah kaki Elang menaiki anak tangga, ia memilih merebahkan tubuhnya di atas sofo tanpa baju dan hanya memakai celana panjang. Tindakan yang dilakukan oleh Anna masih terekam di otaknya, apalagi ketika Anna membuka kemejanya tanpa segan. Tubuhnya terasa panas ketika mengingatnya.

“Em. Tuan,” panggil Ervin lirih. “I-itu, kita berhasil merebut truk itu tetapi di sana tidak ada pemimpinnya. Semua yang mengawal hanya anak buahnya, bahkan Benn Kavin tidak ada di sana,”

“Sangat bodoh, hanya menyuruh anak buah yang mengawal,”

“Aku membawa pria yang telah mengkhianti kita,”

“Bagus, itu sudah cukup. Aku ingin istirahat,”

Telah seminggu, wanita itu berada dikediaman Elang. Tidak banyak yang dilakukan olehnya, selain dikawal oleh dua orang pria bertubuh besar, menghabiskan waktu di belakang rumah, atau membaca buku. Anna hanya bisa mengamati keadaan sekitarnya, begitu banyak penjaga, dan juga CCtv.

“Aku harus menemukan cara agar keluar rumah ini, segera. Denn pasti mencariku,”

Elang tidak memberinya ponsel atau mengizinkannya menelfon, membuatnya merasa seperti burung dalam sangkar.

“Biarkan aku pergi dari sini,” seru Anna saat sarapan pagi.

Beberapa pelayan di sana menatapnya dengan ketidaksukaan, karena ia keras kepala dan susah di atur, tapi wanita itu bermasa bodoh dengan apa yang dipikirkan oleh lain tentangnya.

“Tidak, sebelum kau menandatanganinya,” ucap Elang sambil menikmati sarapannya.

Anna mengebrak meja membuat para pelayan melihat ke arahnya. Beberapa orang berbisik jika Anna tidak tahu diri.

“Aku tidak akan menandatanganinya. Tidak ada yang berhak mengatur hidupku,”

“Jika seperti itu, kau tidak boleh pergi dari sini,”

“Arrgghh … sialan, brengsek,” umpat Anna kemudian pergi meninggalkan Elang yang tengah tersenyum melihat raut wajahnya yang frustasi.

Meminta pada pria itu secara baik-baik sepertinya tidak bisa. Bagi Elang entah apa yang membuatnya tidak ingin melepaskan Anna. Anna membuatnya tertarik, tidak seperti wanita yang dia temui melemparkan tubuh mereka tetapi Anna sama sekali tidak menunjukan ketertarikan hal itu membuatnya tertantang.

“Ervin, wanita itu. Bagaimana penilaianmu?” tanya Elang yang tengah menatap himpitan gedung-gedung perusahaan dari lantai atas kantornya.

“Em. Beberapa hari ini, aku melihatnya dia tidak seperti wanita-wanita lain,”

“Kau berpikir seperti itu juga ya,”

“Ya, semua pakaian yang kau berikan padanya, tidak pernah tersentuh sama sekali. Tapi, dia meminjam baju,”

Elang menatapnya dengan tatapan tidak suka.

“I-itu, hari pertama dia di mansion. Dia tidak ingin memakai pakaian yang anda beli, jadi dia meminjam pakaianku. Tapi, aku telah membelikannya pakaian baru agar dia tidak meminjam pakaianku,”

Elang terdiam. Di ruangan itu terlihat begitu banyak barang yang dibeli olehnya, dipindahkan dari kamar Anna ke kantornya. Semua barang-barang itu tidak terpakai sama sekali.

“Semua barang-barang ini tidak disentuh olehnya sama sekali,” kata Ervin sambil memeriksa barang tersebut.

“Aku tidak mengerti jalan pikiran wanita itu. Wanita-wanita lain begitu menyukai semua barang-barang ini, kenapa dia tidak?”

Ervin yang mendengar hal itupun tidak bisa memberikan komentar, wanita yang tengah bersama dengan mereka sangat berbeda.

“Banyak wanita yang ingin menikah denganku, kenapa dia tidak ingin menikah denganku,”

Sejenak Elang memejamkan matanya, memperlihatkan pahatan wajah yang begitu sempurna tanpa sebuah kecacatan.

Ketika Elang masih dalam pikirannya, Anna tengah mondar-mandir di kamar.

“Tidak, aku tidak boleh seperti ini. Mereka pasti mencariku, aku yakin mereka tengah mencariku, aku harus keluar dari tempat ini, bagaimanapun caranya,” gumamnya.

Dia mencari barangnya, seketika dia ingat jika dia tidak membawa barang apapun, kecuali kartu identitas dan dompetnya ketika dia pergi ke markas rahasia dan itu adalah hal yang sering dia lakukan untuk menyamarkan identitas sebagai seorang mahasiswa.

Ia kembali memakai pakaian yang digunakannya saat datang. Pintu kamar dikunci oleh dari dalam, ditambah nakas digunakannya untuk menahan pintu itu.

Clek!

“Nona, aku ingin mengambil piring makannya,”

Tidak ada sahutan dari dalam, membuat wanita itu segera membuka pintu kamar. Namun, pintunya tidak terbuka, ia bisa merasakan sendiri ada sesuatu dari dalam kamar yang mengganjal pintu.

“Oh tidak, tuan Elang bisa marah,”

Bersambung …

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Dendam Wanita Terbuang   Apa Yang Kau Lakukan?

    “Kenapa dengan wajahmu?” tanya Elang Aderra, bukan jawaban yang diberikan oleh Febia membuat Elang Aderra segera bergegas masuk ke dalam mobil. “Hai …” Sebuah senyuman terbit disertai sapaan pada Elang Aderra. Pria itu perlahan-lahan keluar dari membuat Sharon mengerutkan keningnya. “Kenapa kau seperti melihat hantu? Kau tidak akn masuk?” tanya Sharon membuat Elang Aderra perlahan-lahan memundurkan tubuhnya dan mengunci pintu mobil. “Sejak kapan, wanita itu—“ Perkataan Elang Aderra mengantung. “Saat Anna masuk ke dalam mobil,” ucap Febia seakan tahu kalimat terakhir yang ingin ditanyakan oleh Elang Aderra padanya. Ervin yang sejak tadi sudah di dalam mobil, mengerutkan keningnya melihat Elang Aderra yang belum masuk ke dalam mobil, ia pun ke luar. “Ada apa? Apa terjadi masalah?” tanya Ervin. Sreett! Kaca mobil terlihat terbuka, memperlihatkan seorang wanita yang saat ini tengah duduk. “Apa yang kalian lakukan di sana? Febia, apa kita tidak akan pulang?” tanya Sharon membuat Erv

  • Dendam Wanita Terbuang   Kau harusnya tidak ikut campur

    “Oh. Aku tahu, apa dia salah satu pria yang tidur denganmu?” tanya Deff dengan suara lantang. Plak! Satu tamparan mengenai wajah Deff, Anna menatap pria itu penuh emosi. Bisa-bisanya pria itu melontarkan kalimat yang membuatnya sakit hati. Deff hanya bisa menyeka ujung bibirnya menggunakan lidah karena rasa sakit. “Jangan bicaramu. Kau tidak berhak mengatakan seperti itu padaku,” ucap Anna dengan tatapan penuh emosi. Bahkan, terlihat air mata tertahan di pelupuk matanya. Rasa sakit yang berasal dari dalam hati kini menjalar disekujur tubuhnya. Entah kenapa, rasa sakit itu, begitu tidak bisa membuatnya menahan diri. Anna mengepal tangannya dengan sangat erat. Ia tidak habis pikir, bisa-bisanya pria itu mengatakan hal menyakitkan padanya. “Terus bagaimana kau menjelaskan padaku tentang hubunganmu dengan Elang Aderra? Bukankah kau menggodanya?” “Aku tidak pernah melakukan hal yang seperti kau tuduhkan padaku, tapi percuma juga aku menjelaskan padamu, pria yang hatinya sudah dinodai

  • Dendam Wanita Terbuang   Apa dia salah satu pria yang tidur denganmu?

    Pamer Kemesraan 2 Ma-maaf, tuan Elang Aderra. Apa yang sedang—“ “Aku hanya tidak ingin kekasihku capek karena berdiri. Jadi, aku memberinya tempatku.” Mata Clara begitu membulat sempurna mendengar pernyataan yang baru saja dikatakan oleh Elang Aderra. Kekasih? Reuel Anna kekasihnya? Tidak hanya Clara, bahkan Anna sendiri bahkan begitu terkejut. Bisa-bisanya, pria itu mengatakan jika dia adalah kekasihnya, bahkan dengan santainya mengusap rambutnya. Anna terdiam sejenak. "Sharon. Aku harap kau bisa membantu, keluar dan pukul wajah pria ini," ucap Anna membatin. "Kenapa aku harus melakukannya? Bukankah kau sangat tidak ingin jika aku mengantikan posisimu? Kau bahkan membuatku tidur." Sharon menjawab dengan begitu menusuk membuat Anna menyesal meminta bantuan pada kepribadiannya itu. "Sebaiknya kau selesaikan masalahmu saja sendiri." Anna menghela napas kasar, saat mendengar perkataan Sharon. "Aku tidak bisa melakukannya." "Kenapa? Karena saat ini kau berpura-pura menjadi seo

  • Dendam Wanita Terbuang   Apa yang kau lakukan?

    Elang Aderra melangkah turun dari mobil bertepatan dengan mobil milik Anna yang tiba di perusahaan milik Deff. Keduanya saling bertatapan satu sama lain, sampai akhirnya Febia memilih masuk lebih dulu, dan Anna mengikutinya dari belakang. Pria itu terkejut melihat Anna yang berada di sana, lebih anehnya lagi bukan dia yang diikuti tetapi mengikuti. “Apa aku tidak salah lihat. Ervin?” tanya Elang Aderra melepas kacamatanya, dia pikir mungkin karena dia memakai kacamata dia jadi salah lihat.Dia masih menatap ke arah wanita yang baru saja masuk itu. Tatapannya dipenuhi rasa ingin tahu, dengan apa yang dilihatnya. “Tidak. Kau tidak salah lihat. Dia mengawal Febia,” ucap Ervin menatap dua wanita yang baru saja masuk ke perusahaan itu. “Apa kau bisa jelaskan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Elang Aderra membuat Ervin menggelengkan kepalanya. Bagaimana dia tahu apa yang terjadi, sedangkan dia baru saja melihat hal itu. Keduanya terdiam, membuat beberapa orang yang melihat El

  • Dendam Wanita Terbuang   D.I.D

    Biar kami menyelesaikan masalah kami “Wanita bodoh ini. Bisa-bisanya dia memberontak,” umpat Sharon. “Hai … kita bertemu lagi, sepertinya kalian kau bercerita banyak hal dengan Anna.” Elang Aderra yang berada di samping menatapnya dengan raut wajah berubah. Apalagi saat tahu jika Anna tidak sadarkan diri, maka Sharon yang akan mengambil alih tubuh wanita itu. “Kenapa dengan wajahmu? Apa kau tidak suka melihatku?” tanya Sharon yang melihat wajah Elang Aderra yang tertekan saat melihatnya. “Ya.” Sharon melirik ke arah Elang Aderra, kemudian memutar bola matanya karena tidak menyukai jawaban Elang Aderra. “Sial. Sepertinya tidak ada yang menyukai kehadiranku,” keluh Sharon sambil menyandarkan tubuhnya. Wanita itu malas untuk membuka suara. Bahkan sampai rumah, ia langsung masuk ke dalam kamar dan menutup pintu dengan kesal. Febia yang melihat Sharon, hanya bisa menghela napasnya. Ia sangat tahu jika wanita itu tengah marah. “Apa kau bisa jelaskan apa yang sedang terjadi?” tanya E

  • Dendam Wanita Terbuang   Hai, Kita Bertemu Lagi

    “Tidak. Aku tidak akan membiarkan kau berbicara dengannya,” tegas Sharon kemudian melangkah pergi dari sana. Sharon tidak akan membiarkan Anna berbicara dengan pria itu, itu menandakan dia benar-benar gagal membuat Elang Aderra menjauh dari Anna. Beberapa saat kemudian, langkah terhenti dan wanita itu pingsan tepat di depan pintu. “Anna …” Elang Aderra segera beranjak dari tempat duduknya saat melihat wanita itu pingsan. “A-Sharon.” Elang Aderra bingung harus memanggil wanita itu dengan panggilan apa, apakah Anna atau Sharon. Elang Aderra segera mengendongnya dan membaringnya di sofa, ia pun meminta agar Ervin mengambil air untuk diminum. “Kau tidak apa-apa?” Elang Aderra bertanya, ia tidak tahu harus memanggilnya dengan sebutan apa. Saat membuka mata, hal yang pertama kali dilihatnya adalah Elang Aderra dan Ervin. “Kenapa aku ada di sini?” tanya wanita itu dengan kebingungan. Elang Aderra yang melihat raut wajah kebingungan itu, membuatnya mengerutkan kening. “K-kau siapa?

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status