Share

Dendam Wanita Yang Difitnah
Dendam Wanita Yang Difitnah
Author: Ina Qirana

Bab.1

 

Setelah dua puluh tahun aku kembali dari jeruji besi yang selama ini mengukung diri, tanah yang dahulu menyimpan kenangan pahit kini kupijak kembali.

 

Dua puluh tahun silam aku dijadikan tersangka pembunuhan Anita--adik iparku sendiri--padahal jangankan melenyapkan nyawa manusia, membunuh ulat pun aku tak berani.

 

Aku difitnah, dan sekarang akan kucari siapa pembunuh sebenarnya sekaligus orang yang sudah berani menyeret namaku dalam kasus ini 

 

Dari kejauhan kulihat mereka yang hidup berlinang harta dan bahagia, mereka tak pernah menjengukku ke penjara bahkan sekedar mempertemukanku dan Delia, padahal hati ini senantiasa merindukannya.

 

Tak kusangka Mas Ilyas yang telah menceraikan aku sembilan belas tahun yang lalu kini menikah dengan adik tiriku Erina.

 

Dadaku bergemuruh hebat melihat wanita itu berjalan bergandengan tangan lalu masuk ke dalam mobil Fortuner hitam.

 

Gayanya sangat modis layaknya wanita sosialita, Mas Ilyas juga mengenakan pakaian rapi layaknya seorang bos perusahaan.

 

Lalu mobil Fortuner hitam itu melintas melewatiku yang berdiri di sebrang rumahnya. 

 

"Bu Mirna, ini beneran Bu Mirna?"

 

Seorang wanita berdaster coklat datang menghampiri, dia Nining--wanita yang mengabadikan diri bekerja di rumah Mas Ilyas sejak dulu--

 

Setelah dua puluh tahun tak bertemu wajahnya banyak berubah, begitu pula dengan bentuk tubuhnya sedikit berisi.

 

"Nining, kamu masih kerja sama Mas Ilyas?"

 

Tangan kami saling menggenggam, saat memandang wajahnya baru aku tersadar jika wanita baik ini adalah salah satu orang yang kurindukan.

 

"Iya Bu Mirna. Ibu sudah bebas?" Mata wanita itu tak beralih menatap wajahku.

 

"Sudah, Ning, kamu apa kabar."

 

"Saya baik, Bu, ya Allah." Wanita itu memelukku sambil menangis.

 

"Ayo, Bu, masuk ke dalam kebetulan Nyonya sama tuan sedang keluar." Ia menarik lenganku sambil celingukan.

 

Aku tak banyak bertanya selain patuh pada perintahnya, selain itu banyak hal yang ingin kutanyakan pada wanita ini, tentang Mas Ilyas juga tentang putriku Delia, kuhitung sekarang usianya sudah dua puluh enam tahun.

 

Nining membawaku masuk lewat pintu belakang, rumah ini sudah banyak berubah terutama desain dapurnya, furniture yang memenuhi ruangan ini terlihat bagus dan modern.

 

"Ayo duduk, Bu, saya buatkan minum dulu."

 

Nining nampak sibuk membuatkan minum sementara aku mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan.

 

Ia kembali membawa secangkir kopi susu kesukaanku.

 

"Diminum, Bu."

 

Aku mengangguk, rasa kopi ini tak pernah berubah walau dua puluh tahun tak meminumnya.

 

"Bu, kapan Ibu bebas?" tanya Nining sambil menggeser kursi makan, duduk berhadapan denganku.

 

"Pagi tadi, Ning." Aku masih menikmati secangkir kopi buatannya.

 

"Oh ya Ibu harus tahu setelah beberapa bulan Ibu dipenjara Tuan Ilyas dan Nyonya Erina menikah."

 

Mataku langsung berpaling menatapnya.

 

"Ibu tahu, saat mereka menikah Nyonya Erina ternyata lagi hamil, mereka meresmikan pernikahan setelah satu tahun Ibu dipenjara."

 

Aku langsung meneguk ludah, itu artinya dahulu Mas Ilyas ada main dengan Erina, sehingga sejak aku tiada mereka bisa bersama tanpa rasa berdosa.

 

Keterlaluan, kukira kau saudara, Erina, nyatanya kamu ular betina. Atau jangan-jangan dialah dalang dibalik pembunuhan ini? Dan dia juga yang merangkai keadaan sehingga aku dijadikan tersangka pembunuhan Anita?

 

"Saya minta maaf karena ga pernah menjenguk Ibu." Wanita itu menatapku dengan sendu.

 

"Kenapa memangnya, Ning? Padahal selama dipenjara aku selalu menunggu kalian menjenguk, setidaknya untuk mempertemukan saya dengan Delia."

 

Nining malah menangis terisak.

 

"Saya dilarang nyonya dan Tuan Ilyas menjenguk Ibu, makanya ga berani. Pernah waktu itu saya diam-diam menemui Ibu sama Delia, tapi petugas lapas malah menyuruh saya pulang, dan di rumah Nyonya Erina sama Tuan Ilyas memarahi saya habis-habisan."

 

Aku langsung menengadah sambil menghirup napas, apa maksud Mas Ilyas melarang Nining menemuiku? 

 

"Saya diancam kalau sekali lagi mendatangi Ibu maka saya akan dipecat, dan ga hanya itu kata nyonya Erina saya bisa dipenjara karena bakal dituduh membantu Ibu membunuh Nona Anita."

 

"Maafkan saya, Bu." Nining terisak sambil menggenggam jemariku.

 

"Kamu tahu nama petugas lapas yang menghalangi kamu menemui saya?" tanyaku

 

"Namanya Pak Albar, saya masih ingat karena di dada lelaki itu tertulis nama Albar Sudirja."

 

Aku faham sekarang, Pak Albar yang sudah meninggal lima tahun lalu itu ternyata temannya Mas Ilyas, ia pasti bekerja sama dengan lelaki itu sehingga Nining tak bisa menjengukku.

 

Aku harus bisa menguak misteri yang disembunyikan rapat -rapat oleh Mas Ilyas dan Erina.

 

"Lalu, di mana putriku, Ning? Di mana Delia sekarang? Apa dia masih tinggal di sini?" tanyaku dengan suara serak.

 

"Bu, itu suara Nyonya Erina dan Tuan Ilyas, cepat sembunyi di kamar mandi." Nining memerintah dengan tergesa dan panik.

 

Aku heran kenapa ia begitu, padahal aku ingin sekali menemui Mas Ilyas dan Erina saat ini.

 

"Tidak, Ning, aku mau menemui mereka sekarang."

 

"Jangan, Bu, jangan, itu bahaya buat Ibu, ayo cepat sembunyi," bisik Nining dengan panik.

 

"Memangnya kenapa?" Nining terus berusaha mendorong tubuhku menuju kamar mandi khusus pembantu.

 

"Saya ga mau Ibu mati sia-sia setelah mereka tahu Ibu sudah bebas dan ada di sini, ayo cepat sembunyi, Bu!" titah Nining dengan sedikit membentak.

 

Terpaksa aku masuk ke kamar mandi dan bersembunyi di tempat sempit ini, beberapa detik kemudian terdengar derap langkah kaki yang mendekat.

 

"Buatin saya minum, Ning." Itu suara Erina.

 

"Iya, Nya."

 

"Aku ga nyangka ternyata Pak Albar sudah meninggal lima tahun yang lalu, dan aku ga tahu." Jelas sekali itu suara Mas Ilyas.

 

"Iya nyebelin banget, mana Mbak Mirna sekarang udah bebas, dan kita ga tahu sekarang dia di mana, kalau gini 'kan kita susah ngabisinnya."

 

Aku menganga sambil menutup mulut, apa maksud omongan Erina?

 

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status