Sudah tiga hari, Rania tidak bertemu dengan Bayu. karena Bayu mendapatkan tugas keluar kota dari kantor.
Selama tiga hari, Bayu tidak sekalipun menghubungi Rania. Dan Rania tidak merasa heran, karena setiap keluar kota. Bayu selalu tidak menghubunginya, makanya Rania tidak merasa heran. Jika Bayu tidak memberikan kabar kepadanya.
Hari ini Rania pulang kuliah sendiri, Karena Jesi tidak masuk kuliah.
Saat Rania keluar dari kampus dan berjalan menuju halte bus, ada mobil yang mengikuti dirinya dari belakang. Awalnya Rania tidak merasa diikuti, tetapi lama-kelamaan dia merasa bahwa mobil yang dibelakangnya tidak mendahuluinya dan berjalan pelan dibelakangnya.
Rania memperlambat jalannya, sehingga mobil tersebut tepat berada disampingnya. Karena merasa kesal Rania mengetuk kaca mobil tersebut, secara perlahan-lahan kaca mobil turun dan terlihat wajah yang tersenyum lebar memandang Rania.
"Mas Bayu !" Rania cukup terkejut ketika melihat Bayu yang berada didalam mobil tersebut.
"Hai sayang," ucap Bayu kepada Rania.
"Mas Bayu, mau menakut-nakuti Rania ya ?" tanya Rania dengan perasaan yang kesal, dan matanya membulat memandang Bayu yang berada dalam mobil.
"Jangan marah, ayo masuk. Lihat banyak mobil dibelakang yang terganggu," ucap Bayu, saat mendengar ada suara klakson mobil yang saling bersautan, akibat mobil Bayu sedikit menghalangi jalanan.
Rania berlari menuju pintu penumpang dan langsung masuk kedalam.
"Mas naik mobil siapa, Rania tidak pernah lihat mobil ini ?" tanya Rania, makanya dia tidak menyadari Bayu yang mengikuti dirinya sejak keluar dari kampus.
"Ini mobil kantor, mobil butut mas minta di servis ," ucap Bayu dan melajukan kendaraannya menembus jalanan yang mulai sibuk. Karena perkantoran dan sekolah mulai jam pulang, sehingga jalanan padat dengan orang-orang yang berlalu-lalang.
"Kapan mas pulang ?" tanya Rania sambil menatap wajah kekasihnya.
"Semalam mas pulang, dan tadi masuk kantor hanya setengah hari. Hanya menyampaikan hasil kunjungan saja."
'Kita mau kemana mas ?" Tanya Rania.
"Nonton yok, mas mau menyegarkan pikiran dulu. Semalam otak ini sudah diperas untuk bekerja," ucap Bayu.
Dalam perjalanan Rania terus bertanya tentang kunjungan kerjanya keluar kota, sedangkan Bayu bertanya tentang kuliah Rania.
"kita nonton dimana mas ? Gedung bioskop sudah lewat itu ?" tanya Rania, saat mobil Bayu Sudah melewati dua gedung bioskop.
"Kita nonton dirumah saja, mas lagi males keluar. Nonton dirumah juga sangat mengasikkan," ucap Bayu sambil melirik Rania.
"Mana asik mas, nonton itu asiknya jika digedung bioskop," kata Rania.
"Kita bisa buat asik sendiri nanti ." Sambil berkata, Bayu mencubit pipi Rania dengan mesra.
Setelah sampai dirumah Bayu, Rania keluar dan melihat pekarangan rumah yang bersih dan terawat.
'Mas, apa ada yang menyapu?" tanya Rania.
"Ada, dua hari sekali tukang bersih-bersih datang untuk membersihkan luar dan dalam rumah ," ucap Bayu.
"Ayo masuk." Bayu membuka pintu rumahnya dan kemudian kembali kemobil dan mengambil belanjaan dari dalam bagasi mobil.
"Sini mas ." Rania ingin membantu membawa barang belanjaan.
"Ini, bawa yang ringan saja." Bayu memberikan satu kantong plastik berisi buah-buahan.
Rania dan Bayu meletakkan bungkusan yang mereka bawa keatas meja yang ada didapur.
"Ini apa mas ?" tanya Rania saat melihat bungkusan yang sedikit berminyak.
"Itu sayur, mas ada beli nasi tadi, Mas belum makan. Rania juga belum makan kan ?"
"Belum mas, tadi Jesi tidak kekampus ," ucap Rania, dan membuka bungkusan makanan ke atas piring.
"Apa temanmu hanya Jesi ?" tanya Bayu, karena dia hanya mendengar. Rania hanya menyebutkan satu nama yang sering keluar dari dalam mulut Rania.
"Banyak sih..tapi hanya Jesi yang akrab."
Rania mentata makanan yang dibeli Bayu keatas meja. Dan mereka mulai memakannya.
Selesai makan, Rania membersihkan sisa-sisa makanan dan mencuci piring kotor.
Rania mencari keberadaan Bayu dan dilihatnya Bayu berada diruang keluarga.
"Ayo duduk ," kata Bayu.
Rania duduk di sofa, dan mengambil film yang mereka tonton.
'Mas jangan nonton film setan ya ," ucap Rania setelah melihat ada film yang ngeri terlihat dari sampulnya.
"Nggak, kita nonton film romantis ," ucap Bayu.
"Betul ya ," Rania tidak percaya dengan perkataan Bayu.
"Iya." Bayu mematikan lampu, sehingga hanya cahaya dari televisi yang menerangi ruangan tersebut.
Bayu duduk disamping Rania dan menarik Rania masuk kedalam pelukannya.
Film mulai dengan pasangan kekasih yang sedang berada didalam mobil, dan pasangan tersebut menangis karena ini pertemuan pertama mereka setelah sempat berpisah karena kesalah pahaman.
Mata Rania memerah, saat pasangan tersebut menangis sambil berpelukan.
"Kenapa mas memutar film sedih sih..," ucap Rania sambil mengusap matanya yang sudah mengalirkan air bening.
"Ini bukan film sedih, lihat mereka sempat terpisah dan akhirnya mereka bersatu kembali," ucap Bayu sembari mengusap-usap lengan Rania.
"Bagaimana jika apa yang terjadi didalam film itu, terjadi pada kita ?" tanya Rania kepada Bayu.
"Tidak mungkin kejadian difilm menimpa kita." Bayu mencium pipi Rania.
"Bagaimana jika terjadi mas?" Rania terus mendesak pertanyaannya agar dijawab Bayu.
"Kalau itu terjadi kepada kita, mungkin sudah menjadi takdir kita. Kita bisa bersatu atau kita tidak berjodoh ," jawab Bayu dengan santainya.
"Apa mas akan mencari kekasih lagi ?"
"Iyalah, untuk apa menunggu yang tidak pasti. Hanya Karena salah paham berpisah, itu tandanya mereka itu tidak saling percaya. Untuk apa hubungan seperti itu dipertahankan ." Kata Bayu.
Rania hanya diam, dia tidak menanggapi perkataan Bayu. Entah apa yang ada didalam benaknya saat ini.
"Hei.. kenapa diam, kita tidak akan seperti dalam film itu. Mas sangat mencintai dirimu."
"Ayo nonton lagi, lihat sekarang mereka sudah senang-senang ." Terlihat pasangan tadi sudah meluapkan perasaan cinta mereka dengan memadu kasih didalam mobil.
Bayu melirik Rania, saat adegan tersebut. Bayu menjadi tersenyum.
"Kenapa sayang, ingin seperti mereka ?" Goda Bayu.
"Hih..mas ini, pikirannya mesum terus." pipi Rania sudah merah merona, akibat godaan Bayu dan ditambah adegan yang ada di film tersebut.
"Kalau mau, bisa mas wujudkan." bisik Bayu ketelinga Rania.
"Mas.." tangan Rania memukul dada Bayu dengan pukulan manja.
"Aduh..!" Bayu pura-pura merasakan sakit, akibat pukulan tangan Rania kedadanya.
"Kenapa mas?" Rania kaget melihat Bayu meringis memegang dadanya.
"Sakit disini ." Bayu menarik tangan Rania dan meletakkannya diarea selangkangannya.
"Mas Bayu..!" Rania kaget dan menarik tangannya.
Bayu menarik tengkuk Rania dan langsung melumat bibir yang sedari tadi sudah sangat menggoda.
"Mas...mas..ah..ah..!" Rania hanya dapat mengelinjak karena Serangan mendadak dari Bayu.
Bayu menidurkan Rania disofa, dan kemudian menindihnya.
Bayu terus melumat bibir Rania dengan penuh nafsu, gignya mengigit bibir Rania. Sehingga bibir Rania terbuka, sehingga Bayu dapat dengan mudah mengabsen satu demi satu yang ada didalam rongga mulut Rania.
"Mas.." suara Rania makin membuat nafsu Bayu makin melonjak, bibir Bayu beraksi. Begitu juga dengan tangannya.
Tangan Bayu merajalela meremas apa yang bisa dijangkau nya.
"Mas tidak tahan lagi sayang ." Bayu mengangkat Rania dan membawanya kedalam kamarnya.
Begitu tiba didalam kamar, Bayu terus menindih Rania. Sehingga Rania tidak bisa menghindar lagi
Dibawah Kungkungan tubuh Bayu, Rania terus mengeliat karena tangan Bayu terus bergerilya di badannya.
Next
Setelah dua Minggu berada dalam perawatan rumah sakit, Alex diizinkan untuk pulang. "Akhirnya, mas bisa pulang," ujar Alex. "Mas, baring saja ya. Pasti letih dalam perjalanan dari rumah sakit," ujar Rania. "Mas mau duduk dibalkon saja, mas rindu melihat langit." Alex menolak, saat disuruh istirahat oleh Rania. "Apa mas tidak letih?" tanya Rania. "Tidak sayang," ujar Alex. Blush.. Pipi Rania merona merah, saat mendengar ucapan sayang yang keluar dari mulut Alex. Perkataan yang dulu sering diucapkan Alex saat mereka masih pacaran. "Sudah lama aku tidak melihat wajah malu-malumu sayang," ujar Alex. "Ih..mas Alex, ayo. Biar Rania tuntun ke balkon. Katanya mau duduk diluar," ujar Rania. Rania memegang Alex yang berjalan masih lemah, dan membantunya untuk duduk. "Sini sayank," ujar Alex dengan menepuk kursi si sisinya. "
Pernikahan Rania sudah memasuki hari Minggu, Rania masih tidak bisa menunjukkan sikap hangat yang ditunjukkan oleh Alex. Setiap malam, Rania tidur bersama Devan dikamar sang putra. Dan tiap malam juga, Alex selalu mengangkat Rania unt
Alex terus mengirim video panas antara dirinya dan Rania, entah darimana Alex mendapatkan nomor ponselnya Rania. Sesaat, Rania tidak mengindahkan apa yang dilakukan oleh Alex. Tapi lama-kelamaan, pikiran Rania kacau. Beban pikiran membuat dia tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan baik, apa yang terjadi pada Rania tidak lepas dari pengamatan orang-orang disekitarnya. Hubungan dengan Yoseph semakin dekat, tetapi video yang dikirim oleh Alex semakin panas. Membuat pikiran Rania bercabang. Derrtt.... Bunyi ponsel Rania bergetar. "Apa lagi yang dikirim oleh orang sinting itu." Ngedumel Rania, karena matanya yang baru ingin terpejam. Kini terbuka kembali. Karena pesan yang dikirim oleh Alex, sudah dua kali Rania mengganti nomor ponselnya. Tetapi, Alex mendapat nomor ponsel barunya. Dan video panas terus dikirim oleh Alex, sampai Rania tidak ingin menggunakan ponselnya. Rania curiga, ada orang dalam yang memboc
Rania duduk di ranjang, di sampingnya. Baby Devan tidur dengan nyenyak. Pintu terbuka, dengan masuknya Bude Maria. "Mereka sudah pulang," ucap Bude Maria, tanpa ditanya Rania. "Bagaimana?" tanya Bude Maria. "Bagaimana apanya Bude?" balas Rania yang bertanya. "Alex ingin mengakui putranya. "Tidak Bude, sampai kapanpun, Rania tidak akan mengenalkan dia kepada Devan. "Jangan mengambil keputusan dengan emosional, itu tadi, mengenai pernikahan. Apa Rania sudah menerima lamaran Nak Yoseph?" Rania terdiam, dia bingung menjawabnya. Tadi dia mengatakan itu, karena emosi kepada Alex. "Jangan paksakan menerima lamaran Alex, jika tidak ada rasa didalam sini," ucap Bude sembari memegang dadanya. *** Alex masuk kedalam hotel dalam keadaan marah, me
"Apa..!? teriak Jesi dari sambungan telepon, hingga memekakkan telinga Rania. "Jes, pelankan suaramu..!" seru Rania. "Kau sungguh-sungguh di lamar Yoseph?" tanya Jesi, yang tidak percaya dengan apa yang baru di sampaikan oleh Rania. "Serius, untuk apa aku berbohong. Bagaimana Jes? Apa yang harus aku lakukan?" tanya Rania. "Untuk apa kau pikirkan lagi, terima. Kau harus menerima lamaran itu.." ucap Jesi dengan bersemangat. "Tapi aku tidak mencintainya, Jes.." ucap Rania. "Belum, kau belum mencintainya. Tapi tidak mungkin kau tidak akan mencintainya, Yoseph orangnya sudah matang. Dia tidak akan seperti orang itu, yang akan mempermainkan wanita," ucap Jesi dengan lantang. Mendengar perkataan Jesi, Rania terdiam. "Duh.. kenapa aku menyebut laki-laki itu." batin Jesi. "Ran..!" Panggil Jesi. "Rania..!" Panggil Jes
Leo menatap wajah Alex, kemudian menghela napas. "Ada apa? apa hasilnya? apa bukan anakku?" tanya Alex dengan nada suara yang lemas dan khawatir. Leo memberi surat hasil DNA yang telah dibacanya kepada Alex. "Apa hasilnya? Katakan saja," ucap Alex yang takut untuk membacanya, karena hasilnya tidak sesuai dengan apa yang ada didalam pikirannya. "Baca sendiri." Leo memberikan surat tersebut kepada Alex. Alex menerimanya dengan tangan gemetar, matanya terbelalak. Setelah membaca hasil tes DNA tersebut. "Putraku Leo, dia putraku..!" seru Alex dengan tidak percaya, apa yang tertera didalam surat hasil tes DNA tersebut. "Ya, dia putramu. Putra yang tidak kau ketahui keberadaannya, seorang putra yang kehadirannya keduniaan ini diakibatkan oleh dendammu pada orang yang tidak bersalah," ucap Leo. Deg. Hati Alex sakit, mendengar apa yang dikatakan