“Kau mau namamu terpampang di media karena kasus pelecehan?”
Nathan menatap Aruna dengan tatapan tajam, dia tak menanggapi ucapan Aruna dan kembali menatap Gerald si pemilik club malam.“Anda yakin mengusir saya dari sini?” tanya Nathan lagi.Aruna tersenyum puas, dia menjulurkan lidahnya pada Nathan.“What the hell?”“Saya minta maaf, Mas. Tapi Aruna ini lebih berharga, saya lebih baik kehilangan satu tamu daripada harus kehilangan banyak tamu yang lain. Jadi sebaiknya setelah ini Masnya boleh bayar, kemudian setelahnya silahkan pergi dari sini dan jangan pernah datang kembali lagi.”“Hei! Kau pikir kau ini siapa, huh? Aku bahkan bisa membeli tempat ini dengan harga yang tinggi!” ucap Nathan tidak terima berbicara dengan sarkas.Ia begitu sangat tidak percaya karena pemilik club ternyata malah lebih memilih karyawannya dibanding dirinya yang seorang tamu dan bisa memberikan mereka uang.“Walaupun anda bisa membeli dengan harga yang fantastis, saya juga tidak berniat untuk menjualnya. Jadi silahkan selesaikan pembayaran dan pergi dari tempat ini. Kalau tidak, terpaksa saya akan memanggil bagian keamanan untuk membawa anda keluar dari tempat ini. Terima kasih!”Nathan sontak langsung mengepalkan kedua tangannya erat dan dia kembali menatap Aruna dengan tatapan yang sangat tajam. Api kemerahan begitu menjalar di hatinya, ia kesal bukan main.Aruna yang ditatap itu malah tersenyum puas pada Nathan, ia begitu sangat puas karena usahanya menjatuhkan Nathan berhasil. Sedangkan Gerald, dia melihat ke segala arah melihat ke arah orang-orang yang menonton sejak tadi. “Maaf mengganggu waktu kalian, kalian bisa menikmati waktu kalian lagi,” ucap Gerald lalu setelahnya dia berbalik dan melangkahkan kaki pergi.“Udahlah, Than. Ayo … kita bisa cari club malam lain yang jauh lebih oke dari tempat ini.”“Tapi aku tidak terima dipermalukan seperti ini, Devian!” ucap Nathan.“Ya mau bagaimana lagi, udah … ayo!” ucapnya lagi seraya memegang siku lengan Nathan lalu setelahnya mereka melangkahkan kaki pergi.“Kamu keluar duluan, aku bayar dulu,” ucap Devian. Asisten pribadi sekaligus sahabat Nathan.Nathan berjalan keluar dari club malam itu dengan penuh amarah. Dan Aruna, dia juga ikut melangkah kaki berjalan keluar hendak menghampiri Nathan.Tap tap tap“Hai ….” Sapa Aruna berdiri satu langkah di depan Nathan yang kini tengah berdiri di samping mobilnya tengah menunggu Devian. Dia menatap Nathan yang tengah menatapnya dengan tatapan tajam.Aruna lalu mendekati Nathan, dia mengalungkan kedua tangannya di leher Nathan hingga tubuhnya merapat dengan tubuh Nathan. Dia lalu berbisik tepat di telinga Nathan.“Satu sama! Sekarang semua impas! Dulu kamu yang mempermalukan aku di depan banyak orang, sekarang aku yang balik mempermalukan kamu di depan banyak orang juga!”Nathan yang mendengar Aruna berbisik di telinganya itu sontak langsung mengerutkan alis bingung, dia sama sekali tak mengerti apa yang Aruna maksud.“Bagaimana rasanya dipermalukan di depan umum hm? Malu? Sudah jelas! Sakit juga tidak? Ahh, kau pasti kesal, bukan? Dan itu yang aku rasakan dulu. Walau aku sudah balas mempermalukanmu, tapi dendamku padamu masih tersimpan dan tidak akan pernah hilang selamanya, Nathan Haidar Bagir."Nathan semakin mengerutkan alis, dia sama sekali tidak mengenal Aruna, tetapi kenapa wanita itu bisa mengenalnya bahkan tahu nama lengkapnya. Dan kenapa juga wanita itu terlihat sangat membencinya.Aruna lalu melepaskan tangannya yang melingkar di leher Nathan dan mundur satu langkah. Ia masih menatap Nathan dengan senyuman, ia lalu mengelus pipi Nathan dengan lembut. "Ck! Kau ternyata masih sama seperti dulu, tampan dan mempesona. Sayang, aku malah jijik melihat wajahmu ini!"Tangan yang tadi mengelus pipi itu kini mendorong bahu Nathan dengan sangat kasar. Bibir yang tadi tersenyum kini memudar seketika, dia mulai memicingkan mata dan mendelik sinis pada Nathan.“Kau … sangat menjijikkan, Nathan! Aku membencimu!" ucap Aruna, ia langsung berbalik dan pergi hendak meninggalkan Nathan.“Siapa kamu?” tanya Nathan.Aruna sontak langsung menghentikan langkah, namun enggan berbalik menatap Nathan. “Orang yang dulu pernah kau hancurkan, kau permainkan, kau remehkan dan kau tertawakan.” ucap Aruna lalu kembali melangkahkan kaki lagi meninggalkan Nathan.Aruna kembali masuk ke dalam club dan mulai menikmati hidupnya lagi di dalam sana. Ia kembali terduduk lagi dan meneguk satu gelas minuman yang sudah ia pesan sebelumnya. "Demi apa pun, aku sangat bahagia! Setelah sekian lama tak bertemu, akhirnya aku berhasil membalaskan dendamku."Aruna menatap lurus. "Tapi ini belum seberapa Nathan!" gumam Aruna. Ia lalu beranjak dari duduknya, kemudian ikut berjoget dengan yang lainnya menikmati alunan musik.Bersambung ...Beberapa hari kemudian."Apa kamu tidak bisa berhenti bekerja di tempat itu, Na? Bibi selalu merasa khawatir saat kamu akan pergi bekerja. Cari pekerjaan yang normal pada umumnya saja, seperti di pabrik. Tidak masalah gaji kecil, yang penting kamu aman, kerja di tempat seperti itu kan tidak aman," ucap Nila. Wanita berusia 40 tahun yang tak lain ialah Bibi Aruna, adik dari sang ibu yang selama ini merawatnya sejak kecil. Aruna mempunyai banyak hutang budi pada Bibinya itu karena pada saat sang bibi berusia 13 tahun, sang bibi lah yang selalu menjaganya saat sang ibu pergi bekerja.Usianya waktu itu masih sangat belia, tetapi harus menjalani kehidupan yang sulit karena kesalahan yang dilakukan kakaknya. Jika saja Desi tidak percaya akan ucapan manis buaya darat, Bi Nila pasti mempunyai masa depan. Bersekolah dan bermain dengan teman sebayanya layaknya seorang anak pada umumnya. Bukan malah mengurusi bayi yang lahir tanpa ayah dan harus menjadi yatim piatu.Bi Nila sempat menikah, teta
Aruna keluar dari taksi online yang dia pesan tadi, dia hendak masuk ke club malam tempatnya bekerja. Namun, seseorang tiba-tiba saja memegang pergelangan tangannya dan membekap mulutnya, kemudian mendorongnya masuk ke dalam mobil.Aruna sudah berusaha untuk meloloskan diri tetapi tenaga orang yang memegangnya 2 kali lebih kuat darinya.“Apa-apaan ini? Siapa kalian?” tanya Aruna saat sudah terduduk di dalam mobil di bagian depan di samping kursi pengemudi.Pria yang membekap mulutnya itu mulai masuk ke dalam mobil dan terduduk di samping Aruna saat setelah mendorong Aruna masuk ke dalam mobil.Dahi Aruna mengernyit saat melihat siapa yang terduduk di sampingnya. “Nathan? Ternyata si pria sialan ini yang menculikku,” ucap Aruna. Ia yang tadi merasa takut itu kini rasa takutnya menghilang, ia merapatkan kedua tangannya di bawah dada terlipat. Ia lalu melihat ke arah belakang, seorang pria yang bersama Nathan tempo hari juga terduduk di belakang mobil, “Kamu ... pasti babu dia, kan?” tan
"Ada apa denganmu? Kenapa kamu membatalkannya begitu saja, huh?" tanya Devian begitu masuk ke ruangan Nathan, dia begitu sangat kesal karena tadi pagi Nathan tiba-tiba membatalkan meeting begitu saja tanpa meminta persetujuannya. Padahal ia sudah bersusah payah mengatur jadwal meeting dengan seseorang yang susah sekali untuk ditemui karena jadwal yang padat."Aku sedang tidak bisa fokus!" jawab Nathan yang sedang terduduk di kursi kerjanya. "Yang aku pikirkan sejak kemarin ialah wanita sialan yang sudah mempermalukan aku di club malam! Aku masih sangat tidak terima dipermalukan di depan banyak orang. Malunya masih terasa sampai sekarang, Dev!" sahut Nathan dengan nada yang kesal. "Dan si pemilik club itu, bisa-bisanya dia mengusirku dan malah memilih si perempuan sialan itu. Aku masih tidak habis pikir dengan jalan pikirannya! Aku benar-benar tidak terima, Devian!"Brak!Nathan yang kesal itu menggebrak meja kerjanya, memikirkan malam di mana ia dipermalukan oleh Aruna membuatnya san
Flashback.Siang itu di halaman belakang SMA NEGERI CITRA, Nathan tengah bersama dengan 3 orang teman satu gengnya."Jangan bilang kalau kamu malah betulan jatuh cinta pada si gendut itu," ucap seorang pria masih mengenakan seragam SMA bernama Daniel. "E–enak saja! Aku tidak jatuh cinta pada gadis menjijikan itu! Aku mempunyai selera yang tinggi! Mana mungkin aku jatuh cinta pada gadis gendut seperti dia!" jawab Nathan berdusta. Faktanya, dia menjilat ludahnya sendiri. Dia jatuh cinta pada Arunalia Zunita, seorang gadis yang mempunyai paras cantik tetapi mempunyai tubuh yang berisi. Sekitar 2 bulan yang lalu, Nathan menerima tantangan dari 3 temannya untuk mengambil hati seorang gadis yang selama ini selalu menyendiri dan menjaga jarak apalagi pada seorang pria. Jika dia berhasil menjadikan gadis itu kekasihnya, Nathan akan diberikan imbalan dengan sejumlah uang dan teman-temannya mau dijadikan pesuruh selama satu bulan.Nathan menerima tantangan itu, dia mendekati gadis yang tak l
"Demi apa pun itu jahat banget sih, Than!" komentar Devian setelah mendengar cerita Nathan saat di masa lalu antara dirinya dan juga Aruna. "Pantes aja dia marah dan dendam banget sama kamu, aku juga kalau ada di posisi dia jelas akan marah dan dendam! Itu udah termasuk bullying! Belum lagi body shaming! Aku tidak menyangka kamu akan sejahat itu, Than." "Aku tidak pernah bermaksud menyakiti dia, Dev! Walau dulu dia gendut, jujur saja waktu itu aku beneran jatuh cinta sama dia! Gak peduli dengan bobot tubuh dia yang berisi, aku suka sama dia! Tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku tidak mau menjadi bahan bullyan teman-temanku jadi aku melakukan itu!" sahut Nathan membela diri."Tapi tetap saja itu keterlaluan," jawab Devian. "Aku tahu itu keterlaluan! Aku juga sangat menyesal! Waktu itu aku juga ingin meminta maaf, tetapi dia tak datang ke sekolah," jawab Nathan membela diri."Dia tidak datang ke sekolah?" tanya Devian.Nathan memberikan anggukan kepala pelan mengiyakan. "Aku bertanya
“Uang segini mana cukup untuk beli skincare! Tambah!” pekik Desi pada Aruna dengan nada yang sarkas. “Tidak ada lagi, hanya ada itu!” jawab Aruna.“Alaaahh! Bohong! Duit jual diri kan lumayan! Ya masa beliin Ibu skincare saja kamu gak sanggup! Kamu kemurahan kasih harga atau gimana sih? Gak becus cari duit!” sahut Desi.Kedua telapak tangan Aruna terkepal kuat, ingin rasanya ia mendaratkan sebuah tamparan di pipi sang ibu tetapi sayangnya otak dan pikirannya masih waras. Walau ia tak begitu menyukai sikap sang ibu dan selalu di buat kesal, tapi ia tak berani jika harus bersikap kasar pada ibunya sendiri.“Jaga ucapanmu ya, Bu! Aku tidak pernah menjual diri!” ucap Aruna dengan gigi yang menggertak kesal. Amarahnya ia tahan sekuat mungkin.“Udah deh Aruna gak usah bohong! Ibu tuh tau kamu pasti jual diri kan di sana? Cih! So-soan gak ngaku,” ucap Desi dengan sudut bibir yang terangkat sebelah, ia merapatkan kedua tangannya di bawah dada dan menatap Aruna dengan tatapan yang terlihat hi
Aruna beranjak dari posisinya setelah mendorong tubuh Nathan. Begitu pun dengan Nathan, ia juga beranjak dari posisinya dan berdiri lagi di hadapan Aruna. “Keluar dari pekerjaan itu dan ikut denganku. Kamu bisa bekerja di perusahaanku sebagai apa pun yang kamu mau,” ucap Nathan.“Pffttttt ... berhenti dari pekerjaanku dan ikut bekerja di perusahaanmu? Maksudnya bekerja sebagai budakmu agar kamu bisa kembali menyiksaku lebih parah dari dulu, begitu?” tanya Aruna tertawa pelan. Ia menyeka air mata yang sedikit keluar dari sudut matanya, kemudian merapatkan kedua tangannya di bawah dada terlipat.“Rencana apa yang sedang kamu rencanakan sekarang, hm? Kamu pasti sudah membuat rencana baru setelah tahu aku ini siapa kan? Masih tidak terima karena aku sudah mempermalukan kamu di club malam waktu itu? Ingin balas dendam?” Nathan menggelengkan kepalanya. “Sumpah demi apa pun aku sama sekali tidak mempunyai niat buruk sama kamu. Aku serius ingin meminta maaf, aku benar-benar sangat menyesal
“Kenapa? Kamu tidak mau? Katanya aku bebas memilih posisi apa pun, ya itu aku ingin jadi sekertaris,” jawab Aruna, “Kalau tidak mau ya sudah ... aku tidak akan memaksa, gak rugi juga kok.” ucap Aruna, ia lantas langsung berjalan melewati Nathan.Nathan memejamkan mata, ia lalu berjalan mengejar Aruna dan kembali berdiri di hadapan Aruna lagi. “Jangan jadi sekertaris, itu cukup berat. Kalau menjadi asisten pribadiku saja bagaimana? Kamu hanya tinggal mengikuti perintahku saja dan ikuti kemana pun aku pergi.” Kedua tangan Aruna kembali terlipat di bawah dada dan matanya memicing tajam. “Benar kan dugaanku, kamu hanya ingin menjadikan aku ini budak kamu!" ucap Aruna, "Kamu mau nanti aku mengikuti semua perintah kamu, kan? Cih! Aku tidak mau!” pekik Aruna.“Ti–tidak ... bukan seperti itu maksudku,” jawab Nathan cepat.Ia memberanikan diri memegang kedua bahu Aruna dan punggungnya sedikit membungkuk agar kepalanya setara dengan kepala Aruna karena Aruna lebih pendek darinya.Sorot mata me