Share

Bab 3. Orang Yang Pernah Kau Hancurkan

“Kau mau namamu terpampang di media karena kasus pelecehan?”

Nathan menatap Aruna dengan tatapan tajam, dia tak menanggapi ucapan Aruna dan kembali menatap Gerald si pemilik club malam.

“Anda yakin mengusir saya dari sini?” tanya Nathan lagi.

Aruna tersenyum puas, dia menjulurkan lidahnya pada Nathan.

“What the hell?”

“Saya minta maaf, Mas. Tapi Aruna ini lebih berharga, saya lebih baik kehilangan satu tamu daripada harus kehilangan banyak tamu yang lain. Jadi sebaiknya setelah ini Masnya boleh bayar, kemudian setelahnya silahkan pergi dari sini dan jangan pernah datang kembali lagi.”

“Hei! Kau pikir kau ini siapa, huh? Aku bahkan bisa membeli tempat ini dengan harga yang tinggi!” ucap Nathan tidak terima berbicara dengan sarkas.

Ia begitu sangat tidak percaya karena pemilik club ternyata malah lebih memilih karyawannya dibanding dirinya yang seorang tamu dan bisa memberikan mereka uang.

“Walaupun anda bisa membeli dengan harga yang fantastis, saya juga tidak berniat untuk menjualnya. Jadi silahkan selesaikan pembayaran dan pergi dari tempat ini. Kalau tidak, terpaksa saya akan memanggil bagian keamanan untuk membawa anda keluar dari tempat ini. Terima kasih!”

Nathan sontak langsung mengepalkan kedua tangannya erat dan dia kembali menatap Aruna dengan tatapan yang sangat tajam. Api kemerahan begitu menjalar di hatinya, ia kesal bukan main.

Aruna yang ditatap itu malah tersenyum puas pada Nathan, ia begitu sangat puas karena usahanya menjatuhkan Nathan berhasil. Sedangkan Gerald, dia melihat ke segala arah melihat ke arah orang-orang yang menonton sejak tadi. “Maaf mengganggu waktu kalian, kalian bisa menikmati waktu kalian lagi,” ucap Gerald lalu setelahnya dia berbalik dan melangkahkan kaki pergi.

“Udahlah, Than. Ayo … kita bisa cari club malam lain yang jauh lebih oke dari tempat ini.”

“Tapi aku tidak terima dipermalukan seperti ini, Devian!” ucap Nathan.

“Ya mau bagaimana lagi, udah … ayo!” ucapnya lagi seraya memegang siku lengan Nathan lalu setelahnya mereka melangkahkan kaki pergi.

“Kamu keluar duluan, aku bayar dulu,” ucap Devian. Asisten pribadi sekaligus sahabat Nathan.

Nathan berjalan keluar dari club malam itu dengan penuh amarah. Dan Aruna, dia juga ikut melangkah kaki berjalan keluar hendak menghampiri Nathan.

Tap tap tap

“Hai ….” Sapa Aruna berdiri satu langkah di depan Nathan yang kini tengah berdiri di samping mobilnya tengah menunggu Devian. Dia menatap Nathan yang tengah menatapnya dengan tatapan tajam.

Aruna lalu mendekati Nathan, dia mengalungkan kedua tangannya di leher Nathan hingga tubuhnya merapat dengan tubuh Nathan. Dia lalu berbisik tepat di telinga Nathan.

“Satu sama! Sekarang semua impas! Dulu kamu yang mempermalukan aku di depan banyak orang, sekarang aku yang balik mempermalukan kamu di depan banyak orang juga!”

Nathan yang mendengar Aruna berbisik di telinganya itu sontak langsung mengerutkan alis bingung, dia sama sekali tak mengerti apa yang Aruna maksud.

“Bagaimana rasanya dipermalukan di depan umum hm? Malu? Sudah jelas! Sakit juga tidak? Ahh, kau pasti kesal, bukan? Dan itu yang aku rasakan dulu. Walau aku sudah balas mempermalukanmu, tapi dendamku padamu masih tersimpan dan tidak akan pernah hilang selamanya, Nathan Haidar Bagir."

Nathan semakin mengerutkan alis, dia sama sekali tidak mengenal Aruna, tetapi kenapa wanita itu bisa mengenalnya bahkan tahu nama lengkapnya. Dan kenapa juga wanita itu terlihat sangat membencinya.

Aruna lalu melepaskan tangannya yang melingkar di leher Nathan dan mundur satu langkah. Ia masih menatap Nathan dengan senyuman, ia lalu mengelus pipi Nathan dengan lembut. "Ck! Kau ternyata masih sama seperti dulu, tampan dan mempesona. Sayang, aku malah jijik melihat wajahmu ini!"

Tangan yang tadi mengelus pipi itu kini mendorong bahu Nathan dengan sangat kasar. Bibir yang tadi tersenyum kini memudar seketika, dia mulai memicingkan mata dan mendelik sinis pada Nathan.

“Kau … sangat menjijikkan, Nathan! Aku membencimu!" ucap Aruna, ia langsung berbalik dan pergi hendak meninggalkan Nathan.

“Siapa kamu?” tanya Nathan.

Aruna sontak langsung menghentikan langkah, namun enggan berbalik menatap Nathan. “Orang yang dulu pernah kau hancurkan, kau permainkan, kau remehkan dan kau tertawakan.” ucap Aruna lalu kembali melangkahkan kaki lagi meninggalkan Nathan.

Aruna kembali masuk ke dalam club dan mulai menikmati hidupnya lagi di dalam sana. Ia kembali terduduk lagi dan meneguk satu gelas minuman yang sudah ia pesan sebelumnya. "Demi apa pun, aku sangat bahagia! Setelah sekian lama tak bertemu, akhirnya aku berhasil membalaskan dendamku."

Aruna menatap lurus. "Tapi ini belum seberapa Nathan!" gumam Aruna. Ia lalu beranjak dari duduknya, kemudian ikut berjoget dengan yang lainnya menikmati alunan musik.

Bersambung ...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status