"Naiklah," ajak Teddy yang duduk di kursi samping kemudi. Pria bertubuh tinggi dan tegap itu ikut langsung mengantarkan Nadira pulang ke rumahnya. Teddy tidak ingin bila anak buahnya melakukan kesalahan. Kesalahan kecil yang dilakukan anak buahnya akan menghilangkan kepalanya.
Nadira begitu sangat binggung dan canggung ketika mendapatkan sikap seperti ini. Ia memandang ke arah pria bertubuh tinggi dan tegap yang saat ini berdiri memegang daun pintu dan mempersilahkannya untuk masuk ke dalam mobil.
"Silakan nona," ucap pria itu.
"I..... I .. iya," Nadira menjawab dengan gugup.
Pria itu menutup pintu mobil dan duduk di kursi kemudinya.
Nadira hanya duduk diam di belakang. Ia begitu sangat binggung untuk bersikap. "Bagaimana mungkin aku bisa mendapatkan perhatian seperti ini. Bang Teddy ikut langsung mengantar aku pulang," Nadira berucap di dalam hati. Ia begitu sangat
Nadira begitu sangat bingung namun dia tetap menuruti Apa yang diperintahkan Teddy kepadanya. "Bang Teddy, aku telepon Ibu dulu ya. Aku lupa kasih tahu," ungkap Nadira yang mengeluarkan ponsel dari dalam tas yang dibawanya."Iya," jawab Teddy.Nadira menghubungi nomor ponsel ibunya dengan sangat cepat ibunya mengangkat sambungan telepon dari putrinya."Halo nak," sapa Erna dari sebrang sana"Halo Ibu, gimana kabar Ayah?" tanya Nadira."Ayah sekarang sudah bisa makan nak," Erna begitu sangat senang menceritakan kondisi Ayah Nadira ."Dira senang dengarnya bu. Akhirnya dia Dira dikabulkan," Dira berucap penuh rasa syukur."Tapi ibu bingung nak," ucap Erna."Binggung Kenapa Bu?" tanya Nadira."Ayah dipindahkan ke kamar yang sangat bagus. Mereka mengatakan bahwa di ruangan tempat ayah menginap itu akan
Aku ingin beristirahat," Arga berucap dengan melemparkan botol mineral yang berbahan plastik itu ke pintu."Mas." Lola berharap bisa membujuk suaminya. Walau bagaimanapun suaminya harus menuruti kemauannya.Lola begitu sangat bingung melihat sikap Arga kepadanya. Lola tidak menyangka bahwa Arga akan sangat marah. Ini untuk pertama kalinya Lola melihat pria itu marah seperti ini. "Mengapa aku terlalu percaya diri bahwa dia bisa aku kendalikan. Aku akan tetap menjadikan mu boneka ku," ucap Lola di dalam hati. Lola memandang Arga yang naik keatas tempat tidur. Lola menyusul suaminya dan ikut naik ke atas tempat tidur. "Aku akan berusaha untuk merayunya," tekat Lola. "Mas," Lola memegang tangan Arga.Dengan wajah yang begitu sangat marah pria itu menatap tajam istrinya. Arga memegang tangan istrinya dengan sangat keras dan memutar tangan Lola ke kebelakang sehingga Lola menjerit kesakitan. "Apa kau
Nadira begitu sangat tidak memahami kondisi tubuhnya saat ini sudah 2 bulan dirinya mengalami muntah di pagi hari. "Aku sudah sangat biasa muntah di pagi hari seperti ini. Seharusnya aku sudah kebal tapi kenapa aku tetap merasa sangat lemas bila merasakan ini semua. Setiap pagi aku merasa mual dan pusing. Aku tidak sanggup bila menghadapi ini semua. Apa pekerjaan itu nggak cocok untuk aku?" Nadira berbicara dengan memegang perutnya terasa sakit setelah muntah. Nadira tidak tahu Sampai kapan dirinya mengalami hal seperti ini."Tapi aku sudah ada banyak hutang di sana, aku gak bisa berhenti. Lagi pula gajinya sangat besar." Nadira diam sejenak. Setelah merasakan kepalanya yang sudah tidak begitu amat pusing, Nadira kemudian keluar dari kamar mandi dan berbaring di atas kasur tidurnya."Sudah dua bulan aku mengalami masuk angin parah seperti ini. Apa aku harus ke dokter untuk memeriksa kondisi a
Capter 21"Maaf ya, kalau boleh tahu umurnya berapa?" tanya dokter Adly memandang Nadira. Meskipun di kertas yang ada di mejanya sudah ada nama dan umur pasien, dokter itu tetap memberikan pertanyaan kepada pasiennya tersebut."20 tahun dok," jawab Nadira.Dokter Adly diam, ia seakan bingung harus berkata apa."Apa penyakit saya parah dok?" tanya Nadira dengan wajah yang pucat. Nadira merasakan degup jantungnya yang sudah tidak teratur. Tangannya juga sudah terasa sangat dingin."Maafkan saya kalau, Boleh saya tahu apa kamu memiliki seorang pacar?" Tanya Dokter Adly. Ia begitu sangat tidak enak hati menanyakan tentang masalah pribadi pasiennya.Nadira menggelengkan kepalanya. "Saya tidak punya pacar dok," jawabnya."Saya sangat yakin dengan hasil pemeriksaan saya. Hasil pemeriksaan saya mengatakan bahwa kamu positif hamil." Ucap dokter Adly memandang Nadir
Capter 22Nadira berbaring di atas kasur. Tubuhnya terasa begitu sangat lemas. Satu hari ini Nadira tidak berselera makan sama sekali, bahkan untuk meneguk air putih saya dirinya tidak mampu. Nadira hanya berbaring dan menagis. Apa yang terjadi dengan dirinya, tidak pernah terpikirkan olehnya. Pemerkosaan yang terjadi hanya 2 kali itu akan menghasilkan janin seperti ini "Bagaimana cara aku memberi tahu ayah dan ibu tentang kehamilan ini. Aku tidak mungkin mengatakan apapun kepada mereka. Saat ini ayah masih dalam pengobatan. Ibu, aku takut, ibu sakit bila mendengar kabar ini. Ibu sudah sangat lelah mengurus ayah. Aku takut ibu akan sakit bila mendengar berita ini. Apa yang harus aku lakukan. Aku tidak sanggup memberi tahu mereka. Apakah aku harus menjalani ini semuanya sendiri." memikirkan ini semua membuat air matanya menetes tanpa henti."Mengapa hidup aku harus seperti ini? Apa kesalahan yang aku perbuat, sehingga aku diberikan huku
Nadira hanya diam. Dia duduk sendiri dan melamun. Beban yang dipikulnya sudah sangat berat tapi mengapa dirinya masih diberikan cobaan yang lebih berat lagi. Apa yang harus di lakukannya nanti. Nadira belum bisa membuat planning untuk langkahnya ke depan."Kamu kenapa?" Tanya Lala yang memperhatikan Nadira sejak tadi.Nadira tersenyum dan menggeleng kepalanya."Kenapa kamu kelihatannya diam aja?" Lala bertanya dengan mengerutkan keningnya."Iya sudah beberapa hari ini dia aneh. Kerjaan dia tuh melamun aja." Riri yang berdiri di steling kaca ikut menimpali."Gak ada apa-apa," jawab Nadira."Apa sudah ke dokter?" Tanya Lala."Sudah," jawab Nadira."Dokter bilang apa?" Cuma masuk angin."Syukurlah. Aku sangat mencemaskan kamu. Namun bila kamu sudah ke dokter itu
"Akhirnya bisa rebahan, "Nadira berucap ketika dirinya merebahkan tubuhnya di atas kasurnya. Nadira memijat-mijat pinggang bagian belakangnya. Pinggangnya terasa begitu amat sakit. "Pegelnya," keluh Nadira."Capek ya nak temani ibu kerja?" Nadira berucap sambil mengusap perutnya."Apa karena kondisi hamil seperti ini sehingga aku merasa tubuhku begitu sangat mudah lelah. Pinggang terasa begitu sangat cepat pegal, apalagi lama duduk lama dan menunduk. Ya ampun ini badan serasa remuk." Nadila mengeluh ketika merasakan tubuhnya yang terasa amat sakit. Nadira tidak berani untuk bercerita kepada siapapun tentang kondisi tubuhnya. Apapun yang terjadi pada dirinya, ia akan merasakannya sendiri."Kita gak boleh manja nak, kita harus kuat. Ibu harus kuat kerja, agar dapat duit yang banyak untuk biaya pengobatan kakak." Nadira mengusap air matanya."Doakan kakak cepat sehat nak.
"Nadira, Apa kamu mau ikut ke rumah aku?" tanya Lala.Nadira tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Aku mau pulang ke rumah soalnya tadi cuci baju." Nadira tersenyum memandang Lala."Ya udah kalau gitu, tapi nanti kalau mau ke tempat kerja telepon aja aku biar aku jemput." Lala menawarkan temannya tersebut. Lala begitu sangat kasihan melihat Nadira. Temannya itu tidak pernah mengeluh kepadanya walaupun kondisinya sangat susah."Enggak usah La, rumah kita beda arah. Kasihan di kamu kalau jemput aku," tolak Nadira. Lala begitu sangat baik kepadanya sehingga Nadira merasa tidak enak hati bila selalu merepotkan temannya itu."Oh iya aku lupa, kita baru aja gajian. Kamu pasti punya uang untuk ongkos ojek," Lala tersenyum memandang Nadira.Nadira menganggukkan kepalanya "Iya Lala sayang, kita baru aja terima gaji, jadi aku punya uang untuk o