Tiga minggu yang lalu ….
“Apa yang terjadi pada wajahmu, Arion?” tanya Kalen saat memasuki ruang kerja Arion.
Ia menunduk tak menjawab pertanyaan Kalen. Namun, Kalen sudah hapal yang terjadi pada Arion.
“Kalian bertengkar lagi? Kali ini kenapa lagi?” tanya Kalen, tampaknya mulai lelah.
Arion menghela napas kasar. “Apa Paman tidak tahu kalau selama ini Thania terganggu oleh Joana? Dia mengira kalau Joana dan Melvin saling mencintai, hubungan mereka lebih dari teman.”
Kalen mengerutkan keningnya mendengar ucapan Arion tadi. “Aku sudah meminta Melvin untuk jangan mengikuti kemauan Joana lagi. Apa dia mengingkari janjinya?” ucapnya mulai emosi.
“Aku tidak tahu. Tapi, yang jelas Thania ingin berpisah dengan Melvin. Dia ada di rumah sakit terkena tonjokan Melvin saat hendak menonjokku,” ucap Arion tanpa menatap wajah Kalen.
Kalen mengusap wajahnya dengan pelan mendengarnya.
Arion membawa Evelyn langsung ruang praktek Dokter Clara, salah satu dokter terbaik di kota itu dan juga Arion cukup tahu identitas sang dokter. Evelyn mengerutkan dahui saat ia dibawa ke sana. Arion hanya tersenyum ringan mengetahui sikap istrinya."Mengapa harus pada dokter ini, Arion?" tanya Evelyn singkat dan datar."Hanya pada dia aku percayakan kesehatan dan anak kita," jawab Arion santai sambil terus menggandeng tangan istrinya.Terlihat antrian sudah tidak terlalu banyak, tetapi baru saja Evelyn menurunkan berat badan namanya sudah dipanggil oleh petugas."Masuklah, aku tunggu di sini.”Evelyn pun menuruti apa yang dikatakan oleh suaminya, ia segera masuk untuk melakukan pemeriksaan rutin atas kehamilannya itu.Selang beberapa saat terlihat pintu ruangan terbuka lagi menampilkan wajah Evelyn yang berseri mencerminkan kebahagiaan sempurna.Arion segera datang menyambut, bibirnya tercetak senyuman manis dengan suara lirih ia bertanya kabar mengenai perkembangan janin Evelyn.Wan
Evelyn duduk di samping bangku kemudi, Arion tampak serius melihat ke jalan. Ia sama sekali tidak memerhatikan keberadaan Evelyn yang masih melihatnya penuh tanya. Hingga saat mobil berbelok ke tempat asing barulah wanita itu bertanya dan Arion hanya tersenyum."Aku hanya ingin membawamu ke tempat yang belum pernah kau kunjungi, bukankah akhir-akhir ini jadwal kerja begitu sibuk?" kata Arion lalu ia keluar dan berlari ke sisi yang lain untuk membukakan pintu Evelyn. "Ayo segera masuk mumpung masih sepi."Evelyn keluar dengan dibantu suaminya, perhatian sekecil in i membuat hati Evelyn kembali menghangat. Ia yang jarang keluar sejak kejadian itu merasa lebih baik. apalagi tempat yang dituju adalah masalah satu ikon wisata yang lagi viral di dunia."Sejak kapan kau menjadi pria yang romantis, Arion?""Sejak kau menghilang dari pandanganku beberapa hari yang lalu." Arion menjawab semua tanpa melihat wajah Evelyn yang mulai memerah.Tidak hanya itu, Jemari Evelyn sudah terkait sempurna de
Beberapa minggu kemudian, Evelyn akhirnya menerima ajakan itu dan mereka akhirnya sepakat untuk menikah. Arion begitu bahagia mendengar kesanggupan Evelyn untuk mengarungi biduk rumah tangga berdua dengannya. Semua persiapan acara pernikahan pun dilakukan dengan penuh senyum, mulai dari fiting baju hingga tempat acara."Tema apa yang kau inginkan, Evelyn?" tanya Arion suatu hari di taman mini samping apartemen."Tidak perlu mewah, asal resmi secara hukum aku sudah puas,Arion."Arion menggelengkan kepala, ia tidak setuju dengan ide wanita itu. Justru ia ingin jika pernikahan mereka terlihat mewah lebih mewah dari rencana pernikahan Evelyn saat bersama Johan. Namun, saat Evelyn tahu alasan Arion membuat wanita itu cemberut.Arion mengulum senyum, ia berkata lembut, "Memangnya ada apa jika pernikahan ini kubuat lebih mewah dari pernikahan Johan dan istrinya, Evelyn?""Aku tidak ingin kau merugi jika suatu saat ada yang tidak setuju dengan peranikahan ini," jawab Evelyn.Arion meraih jem
Evelyn termangu mendengar pernyataan cinta Arion yang begitu cepat bahkan ia sendiri masih bimbang dengan rasa yang terkadang hadir mengisi kesepian itu.Arion masih menunggu jawaban dari asisten pribadinya itu. Sosok Evelyn begitu sempurna di matanya, wanita yang cantik dengan kemandirian dan sikap profesional telah mampu mengetuk pintu hatinya."Mengapa harus aku dan di saat kondisiku seperti ini, Arion?" tanya Evelyn dengan nada ragu."Karena dulu kau masih bersama Johan, aku tidak mungkin menyatakan perasaan ini yang akan merusak cinta kalian. Sekarang kau sudah bebas, maka aku pun mencoba memberanikan diri untuk mengatakan semua.""Beri aku waktu lagi, Arion," balas Evelyn."Aku akan menunggu dengan sabar jawaban itu, baiklah sebaiknya kita segera pulang!"Evelyn pun segera bangkit dan membawa barang bawaannya, lalu berjalan mengikuti Arion dari belakang. Keduanya terlihat berjalan berjauhan selayaknya bawahan dan atasan.Hal ini sudah biasa di mata karyawan lainnya, mereka berdu
Akhirnya pemeriksaan kehamilan Evelyn pun selesai, ia berjalan keluar dari ruang dokter obygin dengan membawa selembar kertas hasil pemeriksaan.Sepanjang perjalanan bibirnya tersungging senyum, tetapi ia tidak tahu jika selama ini selalu ada sepasang mata yang terus melihat dan memantau gerak geriknya."Kau sungguh wanita mandiri dan kuat, Evelyn. Bodohnya Johan yang meninggalkan kau dalam keadaan hamil." Arion keluar dari persembunyiannya manakala bayangan Evelyn sudah tidak terlihat lagi.Pria itu pun masuk ke ruang obygin, Arion ingin memastikan kondisi kehamilan Evelyn secara langsung. Ia tahu pasti jika bertanya pada Evelyn belum tentu wanita itu akan menjawab secara gamblang.Arion mengetuk pintu ruang dokter, ia memaksa untuk masuk meskipun masih ada beberapa pasien yang antri di sana."Apa yang Tuan inginkan?" tanya perawat di sana yang bertugas untuk memanggil pasien melakukan pemeriksaan."Aku hanya ingin tahu bagaimana hasil pemeriksaan istriku tadi," jawab Arion.Untuk se
Udara dingin pagi hari tidak membuat Evelyn bergerak dari balkon, ia masih menerawang melihat jauh ke depan.Otaknya bergerak liar mengingat peristiwa kemarin saat Arion berkata untuk mengajaknya menikah. Beberapa saat kemudian ia merasakan adanya pergerakan dari belakang. Selembar selimut membungkus bahunya yang memang terbuka."Tidak baik membuka punggung di udara sedingin ini, Evelyn." Suara serak khas orang bangun tidur menyapa telinga Evelyn membuat wanita itu berbalik badan lalu memasang senyum manis begitu dilihatnya Arion yang berbuat itu."Aku tidak apa, hanya ingin merasakan udara segar dengan aroma bunga," jawab Evelyn."Bagaimana dengan ajakanku kemarin?"Tiba-tiba Arion mengungkap lagi niatnya kemarin membuat Evelyn merubah wajah menjadi gelap dan pria itu paham bahwa suasana hati wanita hamil sering berganti tanpa sebab. Bahkan sering tidak baik."Cari bahasan lain saja, Arion. Aku ingin masuk kerja," balas Evelyn.Arion menghela napas panjang, ia tidak kecewa dengan jaw