Share

Jangan Ingkari Janjimu

Author: Senja Berpena
last update Last Updated: 2025-05-19 01:01:09

Usia pernikahan Thania dan Melvin telah menginjak satu bulan dua minggu. Waktu yang singkat, namun terasa begitu padat oleh dinamika hubungan mereka yang silih berganti.

Bagi Thania, perjalanan ini telah memberinya pengalaman emosional yang tak ternilai—dari rasa marah, kecewa, hingga akhirnya membuka ruang untuk menerima dan belajar kembali menerima Melvin.

Thania duduk dengan serius, menghadap tumpukan dokumen yang belum tersentuh, sementara layar tabletnya terus berkedip menerima notifikasi email baru.

Rambutnya diikat rapi, dan kacamata baca bertengger manis di batang hidungnya. Di tengah kesibukan itulah Melvin mendekat dengan langkah ringan, membawa serta rencana mendadaknya.

“Thania? Bagaimana jika kita pergi liburan lagi?” ucap Melvin dengan nada penuh harap. Matanya berbinar seperti anak kecil yang mengajukan permintaan main ke taman bermain.

Thania bahkan tidak menoleh. Ia hanya menggeser tumpukan berkas ke arah Melvin a

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Kania Putri
melvin mode ngereok manjalita gak terkabul keinginannya buat jalan2 ngakak tuh liat kerjaan segunung selesaikan dulu baru bulan madu jilid kedua hahah
goodnovel comment avatar
Kania Putri
kenapa thania ini apa jangan2 lagi hamil ini wkwkw, eh hayoloh ditanya tuh janji apa ini lebih baik kamu jujur aja melvin
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Aku juga Menderita!

    Tiga minggu yang lalu ….“Apa yang terjadi pada wajahmu, Arion?” tanya Kalen saat memasuki ruang kerja Arion.Ia menunduk tak menjawab pertanyaan Kalen. Namun, Kalen sudah hapal yang terjadi pada Arion.“Kalian bertengkar lagi? Kali ini kenapa lagi?” tanya Kalen, tampaknya mulai lelah.Arion menghela napas kasar. “Apa Paman tidak tahu kalau selama ini Thania terganggu oleh Joana? Dia mengira kalau Joana dan Melvin saling mencintai, hubungan mereka lebih dari teman.”Kalen mengerutkan keningnya mendengar ucapan Arion tadi. “Aku sudah meminta Melvin untuk jangan mengikuti kemauan Joana lagi. Apa dia mengingkari janjinya?” ucapnya mulai emosi.“Aku tidak tahu. Tapi, yang jelas Thania ingin berpisah dengan Melvin. Dia ada di rumah sakit terkena tonjokan Melvin saat hendak menonjokku,” ucap Arion tanpa menatap wajah Kalen.Kalen mengusap wajahnya dengan pelan mendengarnya.

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Jangan Ingkari Janjimu

    Usia pernikahan Thania dan Melvin telah menginjak satu bulan dua minggu. Waktu yang singkat, namun terasa begitu padat oleh dinamika hubungan mereka yang silih berganti.Bagi Thania, perjalanan ini telah memberinya pengalaman emosional yang tak ternilai—dari rasa marah, kecewa, hingga akhirnya membuka ruang untuk menerima dan belajar kembali menerima Melvin.Thania duduk dengan serius, menghadap tumpukan dokumen yang belum tersentuh, sementara layar tabletnya terus berkedip menerima notifikasi email baru.Rambutnya diikat rapi, dan kacamata baca bertengger manis di batang hidungnya. Di tengah kesibukan itulah Melvin mendekat dengan langkah ringan, membawa serta rencana mendadaknya.“Thania? Bagaimana jika kita pergi liburan lagi?” ucap Melvin dengan nada penuh harap. Matanya berbinar seperti anak kecil yang mengajukan permintaan main ke taman bermain.Thania bahkan tidak menoleh. Ia hanya menggeser tumpukan berkas ke arah Melvin a

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Sindiran Keras untuk Melvin

    “Kue buatan Regina?” Melvin mengerutkan kening sejenak lalu tersenyum tipis begitu melihat bentuk dan aroma khas kue yang terhidang di atas meja makan.Meskipun baru bangun dan rambutnya masih sedikit berantakan, nalurinya tidak salah menebak rasa manis yang satu itu.Ia melangkah lebih dekat, aroma kopi yang baru diseduh menyambut hidungnya, menambah kenyamanan malam itu.“Ya. Davian dan Regina datang kemari dan membawakan kue untuk kita,” jawab Thania sambil menaruh secangkir kopi hangat di hadapan suaminya.Melvin mengambil cangkir itu dan menyesapnya perlahan. Kepulan uap hangat mengepul dari bibir cangkir, dan rasa pahit manis kopi langsung membangkitkan semangatnya.“Terima kasih, Thania,” ucapnya tulus sambil menatap istrinya yang kini duduk di seberangnya.“Kopi buatanmu sangat enak dan pas,” sambungnya dengan pujian tulus dan seulas senyum hangat yang menghiasi wajahnya.Thania membalas senyuman itu sekilas, kemudian menunduk menyesap camomile tea miliknya. Tangannya membelai

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Jangan Mengkhawatirkan Kami

    “Kami datang kemari diminta oleh Papa, Thania,” ucap Davian, suaranya tenang namun penuh maksud.Tatapannya mengarah langsung ke mata Thania, seolah ingin memastikan bahwa maksud kunjungan mereka tidak disalahartikan.“Papa?” Thania mengernyit, menunjukkan ekspresi bingung. Dahinya mengerut, dan alisnya saling mendekat. “Kenapa memangnya?”Davian menghela napasnya panjang, seakan kalimat yang akan ia ucapkan sudah terlalu sering ia pikirkan sejak pagi.“Karena kalian masih perang dingin. Kau juga tidak mau memaafkan Melvin. Papa mengkhawatirkan hubungan kalian. Jadi, meminta kami datang kemari untuk memastikan bahwa kau masih di sini.”Thania sempat terdiam, lalu perlahan mengangguk-angguk seolah akhirnya mengerti. Ia menyandarkan punggungnya di sandaran sofa, lalu terkekeh pelan, tawa kecil yang terdengar lega dan tulus.“Maaf, kalau sudah membuat kalian jadi cemas. Kami baik-baik saja,” ucapnya sambil tersenyum. Tatapannya lembut, bahkan ada semburat malu di wajahnya. “Dan aku juga

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Dari Perang Dingin, Menjadi Lebih Intim

    “Entah. Aku tidak tahu kalau mereka sudah baikan,” ucap Davian, bahunya terangkat ringan, meski wajahnya menampakkan sedikit keraguan.Ia lalu meringis pelan, seolah merasa bersalah karena sempat menyaksikan sesuatu yang seharusnya tak dilihat.Regina memutar bola matanya. “Astaga, Davian. Tapi tidak mungkin mereka berciuman seperti itu di ruang tengah kalau belum baikan. Kau lihat sendiri tadi, kan? Itu bukan sekadar ciuman basa-basi. Itu… ciuman sungguhan.”Davian menghela napas. Ia mencoba menyangkal apa yang jelas-jelas ada di depan matanya beberapa menit lalu, seperti seseorang yang berharap penglihatan sebelumnya hanyalah halusinasi sesaat.“Thania masih menggantung ucapannya saat aku memintanya memaafkan Melvin. Jadi aku ragu. Mungkin kita salah lihat. Siapa tahu… yang kita lihat tadi cuma pelayan?” katanya, meski kalimatnya sendiri terdengar sangat tidak meyakinkan.Regina menatapnya tajam, alisnya terangkat penuh ketidakpercayaan. “Pelayan? Yang punya tubuh seperti Melvin dan

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Bukan Permintaan Maaf Biasa

    “Kau … benar-benar ….” Thania hanya bisa menunjuk wajah Melvin dengan tatapan tidak percaya.Suaranya tercekat di tenggorokan. Matanya membelalak, seolah mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menggambarkan campuran emosi yang sedang meluap dalam dadanya—amarah, kecewa, sekaligus kelegaan yang belum sepenuhnya menyentuh dasar hati.“Sekali lagi aku minta maaf, Thania. Mungkin perbuatanku sangat tidak bisa ditolerir. Tapi, hanya itu saja kesalahan yang telah kulakukan padamu,” ucapnya, nyaris berbisik, seolah takut ucapannya akan memicu kemarahan yang lebih besar.Thania memalingkan wajah, menatap kosong ke jendela di sisi ruang tamu tempat mereka berdiri.Hatinya masih sakit. Luka karena tuduhan dan ketidakpercayaan yang sempat diberikan Melvin tidak mudah hilang begitu saja.Ia menarik napas panjang, mencoba meredam emosinya, lalu bertanya. “Kau tahu siapa yang sudah mengirimkan foto itu padamu?”Mungkin ia berharap nama Archer yang disebut, seseorang yang sejak awal sudah mencur

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Bukti yang Membuat Melvin Akhirnya Percaya

    “Apa lagi yang ingin kau jelaskan padaku, Melvin? Kau menceritakan kesalahpahaman itu pada Joana—yang jelas-jelas aku tidak pernah melakukannya! Semua itu fitnah! Tuduhan keji yang ingin menghancurkan nama baikku!” seru Thania dengan nada tajam yang menusuk udara sore itu.Matanya membara, suaranya bergetar karena amarah dan luka yang mengendap. Pipinya basah, bukan hanya oleh air mata, tetapi oleh harga diri yang tersayat oleh tuduhan yang bahkan tidak semestinya keluar dari mulut suaminya sendiri.Melvin berdiri kaku, wajahnya terlihat sangat lelah—bukan hanya secara fisik, tapi juga emosional. Ia mengangguk perlahan, menahan gejolak yang berkecamuk di dadanya.Matanya tampak redup, seperti kehilangan kekuatan untuk membantah atau membela diri. Ia tahu, semua ini sudah telanjur salah. Dan ia tak bisa menarik kembali ucapan masa lalu yang telah menyakiti hati Thania.Tanpa banyak bicara lagi, ia menggamit pelan tangan Thania dan membukakan pintu mobilnya. “Ayo pulang,” ucapnya singka

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Kekecewaan Thania

    “Tidak, tidak!” Joana menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat. Matanya membulat, dan air mata tampak menggenang di sudut matanya.Raut wajahnya berubah drastis—dari terkejut menjadi marah, dari tidak percaya menjadi histeris.“Tidaaak! Kau tidak mungkin telah menikah dengannya, Melvin!” pekiknya, suaranya menggema di seluruh ruangan, membuat udara mendadak menegang.Jesika, yang berdiri di samping putrinya, segera menarik Joana ke pelukannya. “Sayang, tenanglah. Melvin pasti bohong.” Nada suaranya terdengar lembut, tetapi penuh tekanan.Matanya yang awalnya menyimpan keterkejutan kini berubah menjadi tatapan tajam penuh kekecewaan.Ia menatap Melvin dengan sorot mata tajam dan penuh penghakiman. “Melvin. Apa maksudmu berkata seperti itu? Kau ingin membohongi kami?” tanyanya, suaranya tidak lagi selembut tadi, melainkan dingin dan menggigit.Melvin berdiri tegak, namun jelas terlihat dari wajahnya bahwa ia sedang menahan rasa tidak nyaman. Namun, ia tidak ingin mundur. Tidak sekara

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Langkah Awal

    “Kau sudah yakin dengan keputusanmu?” tanya Thania. Tatapannya menelisik ke arah Melvin, mencoba mencari kebenaran yang mungkin terselip di balik sikap tenangnya.Pertanyaan itu bukan sekadar formalitas. Itu adalah uji terakhir dari seorang istri yang pernah merasa dikhianati.Uji untuk memastikan bahwa langkah yang akan mereka ambil tidak dibangun dari rasa bersalah, tapi dari niat yang sungguh-sungguh.Melvin menganggukkan kepalanya dengan tegas.Matanya menatap lurus ke jalanan yang membentang di depan, namun nadanya penuh keyakinan saat ia berkata, “Ya. Aku sudah yakin. Lagi pula, sudah terlalu lama aku mengulur waktu dan membuat Joana jadi salah paham.”Thania diam. Pandangannya lurus ke depan, tapi pikirannya sibuk menelusuri masa lalu. Kata-kata Melvin tadi menancap dalam.Ia tahu, Melvin bukan orang yang mudah berbicara seperti ini. Selama ini pria itu lebih sering menyimpan semua di balik sikap keras dan dinginnya.Dan sekarang, ia mendengarnya bicara jujur. Tanpa topeng. Tan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status