Share

Kami Saling Mencintai

Author: Senja Berpena
last update Last Updated: 2025-06-03 01:00:19

Esok paginya, Thania datang ke rumah keluarga suaminya. Matahari baru saja naik, sinarnya lembut menyapu pekarangan yang basah oleh embun.

Meski pagi itu terlihat tenang dari luar, di dalam hati Thania tersimpan riak kecemasan. Ada satu beban yang harus ia sampaikan. Bukan demi membela Melvin, tetapi demi kebenaran yang layak didengar.

Ia menekan bel pintu dengan jemari yang sedikit bergetar. Tak lama kemudian, pintu dibuka oleh Nadya, yang tampak jauh lebih baik dibanding kemarin.

Wajahnya lebih segar meski guratan kelelahan masih tergambar di sana.

“Hi, Thania?” sapa Nadya lembut, menyambut menantunya dengan senyum yang samar.

“Hi, Ma.” Thania membalas senyum itu, lalu menggenggam tangan wanita paruh baya tersebut dengan tulus. “Bagaimana kondisi Mama? Apa sudah membaik?”

Nadya mengangguk pelan, lalu mengelus tangan Thania. “Ya. Aku sudah membaik. Jangan khawatir. Maaf membuatmu cemas.”

<
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
SumberÃrta
tanpa diminta thania menjelaskan segalanya ke kalen dan Nadya semoga setelah ini hubungan kalen dan melvin bisa membaik lagi m3nghangat lagi
goodnovel comment avatar
Kania Putri
itulah suami istri ibarat pakaian saling melengkapi ibarat aib satu sama lain di tutupi. sekarang udah jelas kan Nadya kalen bahwa Thani dan Melvin saling mencintai
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Kejutan Kecil Berdampak Besar

    “Thania ….” Melvin menelan salivanya dengan gugup. Suaranya lirih, hampir tidak terdengar.Ia menatap istrinya yang kini tengah meneguk air putih dari gelas kristal di depannya, seolah mencoba menenangkan emosi yang mungkin meletup dari hatinya.Melvin tahu ia harus berkata jujur—sepenuhnya jujur—jika ingin menjaga kepercayaan yang perlahan kembali mereka bangun sejak dua bulan terakhir.“Dia datang kemari untuk meminta maaf… dan mengucapkan selamat ulang tahun padaku,” ujar Melvin akhirnya, suaranya terdengar kaku.“Maaf, aku tidak memberitahumu lebih dulu. Aku hanya tidak mau kau salah paham dan marah lagi padaku.”Nadanya datar, tapi Thania bisa mendengar kekhawatiran yang tersembunyi di baliknya.Melvin menunduk sedikit, menatap meja kayu berlapis linen putih, seakan tidak sanggup menatap langsung mata istrinya yang menilai.Thania masih diam, hanya mengamati gerak-gerik suaminya. Wajah Melvin tampak murung, was-was. Raut cemas yang tak bisa ia sembunyikan.Ia tahu betul, Melvin t

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Untuk Bertemu Joana

    “Halo, Sayang. Apa kau sudah berangkat ke resto?” suara Melvin terdengar tenang saat ia menekan tombol sambung di layar mobilnya.Tangannya memegang kemudi dengan mantap, melajukan mobil hitamnya menyusuri jalanan sore yang mulai padat.“Aku masih siap-siap, Melvin. Lagi pula, waktunya masih satu jam lagi,” sahut Thania dari seberang sana.Ia tengah berdiri di depan cermin, menyesuaikan gaun berwarna lembut yang mulai sedikit sempit karena perutnya yang membesar.Melvin terkekeh pelan, mencoba terdengar santai. “Itu artinya, aku yang lebih dulu datang, Thania. Aku sudah menyelesaikan pekerjaanku kau tahu?”Thania menghela napas, separuh geli separuh jengkel. “Terserah kau saja, Melvin. Meja VIP nomor tiga kalau kau lebih dulu yang tiba.”“Baik, Sayang. Aku menunggumu di sana.” Melvin menutup panggilan tersebut, lalu menghela napas panjang, kali ini tidak disertai senyum. Sorot matanya berubah, bibirnya mengatup rapat.“Setidaknya Thania masih di rumah,” gumamnya pelan. Ia menggigit bi

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Dua Pertemuan di Hari yang Sama

    Usia kandungan Thania sudah menginjak empat bulan. Perutnya kini terlihat makin menonjol, menyembul lembut di balik gaun rumahnya yang longgar.Setiap kali ia menatap bayangannya di cermin, senyum kecil tak pernah luput menghiasi wajahnya. Ada kebahagiaan yang tak bisa ia sembunyikan—bahagia menjadi seorang calon ibu.Thania berdiri di antara tanaman kesayangannya, tangannya menggenggam penyiram tanaman berwarna hijau muda.Ia menyiram satu per satu pot bunga sambil sesekali membelai perutnya dengan lembut.Sambil menyiram, pikirannya melayang. Hari ini adalah hari yang istimewa—ulang tahun suaminya, Melvin.Ini adalah pertama kalinya ia akan merayakan ulang tahun Melvin sejak mereka menikah. Ia ingin semuanya sempurna. Ia ingin membuat Melvin tersenyum, terkejut, dan merasa dicintai.Tiba-tiba, keinginan untuk segera mengabarkan suaminya menyeruak. Ia mengambil ponselnya dan menghubungi Melvin.“Melvin. Bisakah hari ini kau pulang lebih awal?” tanya Thania lembut saat panggilan terhu

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Harus Merasakan Kehancuran Juga

    Sudah satu bulan lamanya Joana dirawat di rumah sakit jiwa.Hari-hari yang panjang dan sunyi telah ia lewati dengan tatapan kosong dan bibir yang nyaris tak pernah mengeluarkan suara. Dunia terasa jauh, asing, dan redup dari matanya.Pagi itu, suasana di rumah sakit tampak lebih tenang dari biasanya. Seorang dokter menghampiri Daniel yang berdiri di luar ruangan Joana dengan wajah cemas.“Kondisinya sudah membaik dan sudah diperbolehkan pulang hari ini,” ucap dokter dengan nada tenang, mencoba memberi kabar baik yang bisa sedikit melegakan hati sang kakak.Daniel mengangguk cepat, menghela napas lega. “Terima kasih, Dokter.”Ia melangkah masuk ke ruangan dan mendapati Joana tengah duduk di kursi dekat jendela.Gadis itu memandang lurus ke luar, wajahnya pucat dan matanya kosong, seperti seseorang yang tubuhnya ada di sana, tapi jiwanya masih tertinggal di suatu tempat.Daniel mendekat, berlutut di hadapan adikn

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Wanita Paling Beruntung

    “Hei! Jangan melamun.” Suara lembut Thania memecah keheningan yang menggantung di dalam kamar.Ia melangkah masuk dengan hati-hati, lalu menghampiri Melvin yang tengah duduk di sofa dekat jendela, menatap kosong ke arah luar tanpa ekspresi.Cahaya matahari pagi menerobos dari balik tirai tipis, menyoroti wajah Melvin yang terlihat lebih pucat dari biasanya. Matanya sayu, sorotnya kosong, seolah sedang tersesat di dalam pikirannya sendiri.“Lama sekali. Aku jadi bosan di sini, ya sudah, aku melamun saja,” jawabnya asal, berusaha terdengar santai.Tapi sebenarnya pikirannya tidak bisa tenang. Mimpi yang menghantuinya semalam belum juga hilang dari benaknya.Ia masih bisa mengingat dengan jelas gadis kecil yang terperosok ke dalam jurang, tangisannya, dan rasa bersalah yang menusuk seperti belati.Dan itu membuatnya semakin bingung—karena semua itu tidak pernah ada dalam cerita siapa pun tentang masa lalunya.

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Kami Saling Mencintai

    Esok paginya, Thania datang ke rumah keluarga suaminya. Matahari baru saja naik, sinarnya lembut menyapu pekarangan yang basah oleh embun.Meski pagi itu terlihat tenang dari luar, di dalam hati Thania tersimpan riak kecemasan. Ada satu beban yang harus ia sampaikan. Bukan demi membela Melvin, tetapi demi kebenaran yang layak didengar.Ia menekan bel pintu dengan jemari yang sedikit bergetar. Tak lama kemudian, pintu dibuka oleh Nadya, yang tampak jauh lebih baik dibanding kemarin.Wajahnya lebih segar meski guratan kelelahan masih tergambar di sana.“Hi, Thania?” sapa Nadya lembut, menyambut menantunya dengan senyum yang samar.“Hi, Ma.” Thania membalas senyum itu, lalu menggenggam tangan wanita paruh baya tersebut dengan tulus. “Bagaimana kondisi Mama? Apa sudah membaik?”Nadya mengangguk pelan, lalu mengelus tangan Thania. “Ya. Aku sudah membaik. Jangan khawatir. Maaf membuatmu cemas.”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status