Home / Rumah Tangga / Derita Istri yang Difitnah Mandul / 163. Kepedulian yang Meluluhkan

Share

163. Kepedulian yang Meluluhkan

Author: Aprillia D
last update Last Updated: 2025-11-19 14:37:23
"Aku udah ke rumah sakit, cek Mama di sana, kata suster Mama udah pulang dari rumah sakit. Jadinya aku langsung ke sini." Intan menjelaskan sambil tersenyum di depan ibu mertuanya yang berbaring menatapnya dalam diam.

Ya, setelah beberapa hari di rawat di rumah sakit, Mira akhirnya diperbolehkan pulang oleh dokter untuk melakukan rawat jalan di rumah. Dan selama di rumah, anak-anaknya lah yang bergantian menjaga dan melayani Mira. Apalagi jika Bima sedang sibuk bekerja, mereka jadi kelimpungan, karena Tasya tak tinggal seatap dengan mereka.

"Mama udah makan?" tanya Intan lagi. "Udah minum obat?"

Tapi Mira hanya bisa berdiam diri. Intan memanggil Bi Iyem, menanyakan apakah ibu mertuanya sudah makan dan minum obat. Dia juga menanyakan kapan saja jadwal minum obat dan makan ibu mertuanya. Bi Iyem mengatakan Mira sudah makan dan minum obat sekitar dua jam lalu, dilayani oleh dirinya. Karena Tasya belum datang, sementara Mischa tadi pagi masih tidur.

Intan lega mendengar jika ibu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Derita Istri yang Difitnah Mandul   169.

    "Mama kayaknya mau bicara sesuatu, Intan, tentang kamu, Mama bahkan pengen menyampaikannya lewat tulisan, tapi nggak bisa," jelas Bima sekali lagi. "Mama mau ngomong sama aku?" Intan coba menebak. Namun, Mira menggeleng. Keduanya jadi semakin bingung. Intan dan Bima saling pandang dalam kebingungan.Intan menghela napas. "Ya udah Mama kan sekarang belum bisa ngomong apa-apa, jadi Mama jangan maksain, ya. Ngomongnya nanti aja." Intan tersenyum sambil mengusap kaki mamanya yang bertekuk sejak dia keluar dari kamar tadi. "Mama kakinya mau aku lurusin lagi? Biar nggak kesemutan, ya?" Intan pun meluruskan kaki ibu mertuanya kembali seperti semula pelan-pelan. Selama ada Intan di sana, Mira tak bersuara lagi. Orang tua itu hanya diam memperhatikan Intan, tatapannya penuh kesedihan entah karena apa. ***Intan dan Bima akhirnya memutuskan untuk kembali ke kamar setelah mereka berhasil menenangkan mamanya. Namun, Bima masih bertanya-tanya dan penasaran sebenarnya apa yang ingin mamanya bica

  • Derita Istri yang Difitnah Mandul   168. Ingin Menyampaikan Sesuatu

    "Mama udah makan?" Mira mengangguk. Intan pun baru teringat sesuatu. Dia sampai menepuk dahinya. "Oh iya aku lupa Mama baru makan tadi, ya, dan sekarang Mama belum lapar?" Mira menggeleng. "Ya udah mending Mama istirahat aja sekarang, ya? Jangan banyak pikiran, ya, Ma? Jangan mikirin hal-hal yang belum terjadi. Optimis aja Mama pasti bisa sembuh. Aku tinggal dulu, ya, Ma. Mama tidur, ya." Intan menunduk, mengecup kening orang tua itu sebelum pamit keluar kamar. Tak lama kemudian, Bima masuk ke kamar Mira. Bima menyapa mamanya, melihat keadaan mamanya. "Mama nggak tidur?" tanya Bima berjalan mendekati mamanya. Bima terdiam sesaat melihat keadaan mamanya dari ujung kaki hingga kepala. Wajah Mira terlihat sedih, entah apa yang dipikirkan orang tua itu. Bima pun langsung bicara. "Oh, iya, Ma. Mama tadi udah ketemu Intan, kan?" tanyanya kemudian. "Intan sekarang kembali ke sini, Ma, sama-sama kita lagi kayak dulu. Alhamdulillah aku udah berhasil bujuk Intan dan baikan sama dia. Aku ba

  • Derita Istri yang Difitnah Mandul   167. Merawat Sang Ibu Mertua

    Intan langsung mendapat tatapan sinis dari Tasya begitu dia memasuki rumah Bima. Namun, Intan balas dengan tersenyum. Tasya lalu memperhatikan koper bawaan Intan. Lalu dia menatap Bima tak suka. "Kenapa dia balik lagi ke sini?" tanyanya sinis. Dan Bima menjawab dengan tenang. "Iya, kan memang habitatnya Intan di sini, jadi memang seharusnya dia kembali ke sini, kan?" Perkataan Bima barusan semakin membuat Tasya sengit. Namun, Bima tak menghiraukan itu. Bima meminta Intan masuk ke kamar saja dan Intan langsung menurut. "Kamu itu bodoh atau bucin, ya?" Kalimat itu terdengar begitu Bima melangkahkan kaki. Bima terhenti dan menoleh ke arah adiknya. "Ngomong apa barusan?""Iya, kamu secinta itu sama Intan? Kamu kan tahu kesalahan apa yang udah dia perbuat? Kenapa kamu kasih luluh aja sama dia?""Apa yang dia perbuat?" Bima malah bertanya balik. "Semua itu hanyalah fitnah Mama, dan aku tahu kalian." Bima menunjuk Tasya, "kamu dan Mischa juga ikut andil dalam hal ini " "Oke, aku akui

  • Derita Istri yang Difitnah Mandul   166. Nasihat Sang Ibu

    "Sebenarnya aku dan Mas Bima ke sini mau pamit sama Ibu, sekalian ambil pakaian dan barang-barang aku."Intan yakin ibunya pasti senang mendengar apa yang dia utarakan barusan. Dan benar saja, pergerakan ibunya yang mengambil piring terhenti.Risma menatap anaknya tersenyum. "Ibu nggak salah dengar, kan?"Intan menggeleng. "Nggak, Bu. Soal omongan ibu yang kemarin itu udah aku pikirin, dan aku udah memutus untuk kembali sama Mas Bima. Jadi ibu nggak perlu repot-repot lah nyiapin makanan buat kami.""Kalau itu nggak pa-pa. Jarang-jarang kan Bima datang ke sini. Nggak ada salahnya dong ibu bikinin dia lontong sayur.""Kalau gitu ada yang perlu aku bantu nggak, Bu?" "Nggak usah, kamu temenin suamimu aja sana. Atau kamu kemasin barang-barang kamu sambil nunggu dia makan.""Oh iya iya, Bu." Intan pun baru teringat. "Ya udah sana."***"Lontong sayur ibu memang nggak ada duanya, mantap banget, dah." Bima memuji masakan ibu mertuanya kala lontong sayurnya tandas. Sejak tadi pria itu menyan

  • Derita Istri yang Difitnah Mandul   165. Kembali Bersama (2)

    "Aku mau balik sama kamu. Aku mau kita bisa kayak dulu lagi." Jawaban Intan yang demikian membuat Bima malah spontan memijak pedal remnya membuat mobilnya berhenti mendadak. Intan bahkan sampai maju ke depan. Dia menatap suaminya tak habis pikir. "Kamu kenapa sih, Mas?" tanyanya sedikit kesal. "Kenapaa ngerem mendadak?" Bima hanya meringis. "Maaf, Intan. Aku nggak percaya aja dengan apa yang kamu bilang barusan." Intan menghela napas tak habis pikir. "Jadi karena itu?" Bima mengangguk. "Serius kamu balik sama aku? Kamu udah maafin aku dan kamu mau kembali ke rumah?" "Iya, Mas," jawab Intan penuh penekanan. Bima tersenyum. Dan lantas memeluk Intan erat saking senangnya. "Terima kasih, Intan. Aku sayang banget sama kamu." "Aku juga sayang banget sama kamu, Mas," balas Intan dalam pelukan sambil tersenyum bahagia. Bima lantas melepas pelukannya. "Ya udah kalau gitu sekarang kamu pulang buat ambil baju aja, ya, aku temenin." Intan mengangguk dengan masih tersenyum lebar. Bi

  • Derita Istri yang Difitnah Mandul   164. Kembali Bersama

    "Hai, Intan, kamu di sini?" Bima tersenyum menghampiri istrinya. Bima terlihat begitu senang melihat kehadiran Intan di sini. Intan balas tersenyum juga. "Iya, Mas. Aku mau jengukin Mama kamu. Soalnya tadi aku dari rumah sakit mau jenguk Mama, tapi kata pihak rumah sakit Mama udah pulang jadinya aku ke sini, deh. Tadinya aku mau jenguk dan rawat Mama, tapi ...." Ucapan Intan spontan terhenti kala mengingat apa yang menyebabkannya pulang. Bima mengernyit heran menunggu Intan melanjutkan ucapannya. Tapi istrinya itu malah terdiam lama. "Tapi kenapa?" Intan lalu tersenyum. "Hmm tapi ... ibu aku tiba-tiba telepon buru-buru nyuruh pulang buat aku bantu dia jagain warung, lagi ramai soalnya. Jadi aku pulang sekarang nggak pa-pa, kan, Mas? Lain kali aku jenguk Mama lagi." Bima mengangguk-angguk. "Oh, iya, nggak pa-pa, kok. Kalau gitu boleh sekalian aku antar?" Intan lagi-lagi terdiam mendengar pertanyaan itu. Dalam hati dia sedikit merasa bersalah karena sudah terpaksa berbohong pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status