Meski masih merasa ragu tapi Kirei terpaksa mengijinkan Rafael untuk mengambil haknya malam ini. Kirei tidak ingin menjadi istri kualat dan durhaka yang terlalu sering menolak suaminya sendiri! Padahal sudah kewajiban Kirei untuk melayani kebutuhan suaminya kan? Termasuk masalah ranjang!
Andai mama Inara tau kalau Kirei sudah menolak Rafael berulang kali, beliau pasti akan marah karena Kirei tidak menuruti nasehatnya! Lagipula sejujurnya Kirei juga penasaran bagaimana rasanya melewati malam pertama. Terlebih setelah melihat adegan dewasa di film tadi, membuat rasa penasarannya memuncak!
Nafas Rafael tercekat saat melihat anggukan Kirei, benar-benar tidak menduga kalau pada akhirnya Kirei akan mengijinkan dirinya untuk melakukannya malam ini!
“Kamu serius? Jawab aku dulu, Kirei!”
“Serius. Tapi pelan-pelan ya? Aku takut!” balas Kirei dengan suara bergetar, menunjukkan ketakutannya yang terlihat jelas.
Tanpa perlu berkata seper
Rafael berusaha sabar dan kembali menuntun sang junior, kali ini sudah dapat masuk meski baru sedikit dan ujungnya saja. Rafael mulai mendorong si junior agar melesak semakin dalam membuat Kirei mulai meringis perih.“Perih!” rintihnya sambil menggigit bibir. Rafael berhenti sejenak saat melihat raut kesakitan di wajah Kirei dan kembali mencumbunya. Setelah lebih rileks Rafael kembali menerobos masuk membuat Kirei terpekik sakit.“Sakit!” raung Kirei sambil menancapkan kukunya ke punggung Rafael.Rafael meringis perih saat kuku Kirei menggores kulitnya, ia menunduk dan melihat juniornya baru masuk setengah! Masih perlu berjuang lagi agar masuk sepenuhnya. Tampaknya selaput dara milik Kirei begitu tebal dan sulit ditembus!‘Sepertinya aku harus sedikit nekat! Kalau tidak, mungkin tidak akan berhasil malam ini,’ batin Rafael, menyadari kalau milik Kirei terlalu sempit atau miliknya yang terlalu besar? Entahlah! Itu tidak
Kirei menggeliat pelan dan meringis saat tubuhnya terasa remuk dan pegal. Belum lagi bagian sensitifnya yang terasa nyeri dan perih membuat Kirei merintih tanpa sadar! Rafael terbangun saat mendengar rintihan Kirei.“Masih sakit?” tanya Rafael serak, khas suara orang baru bangun tidur.“Sakit banget! Padahal semalam rasanya gak separah ini deh,” keluh Kirei saat mendengar pertanyaan Rafael.Tentu saja! Semalam pasti karena Kirei masih merasakan rasa nikmat dari percintaan mereka, berbeda dengan sekarang! Namun Rafael tidak mengucapkannya dan hanya bertanya lirih,“Kamu mau mandi sekarang? Biar aku bantu siapin air hangatnya,” tawar Rafael meski rasa kantuk dan lelah masih menyerangnya. Setidaknya Rafael sadar diri akibat dirinyalah Kirei sampai kesakitan seperti ini! Meski mereka melakukannya berdua dan atas seijin Kirei!“Nggak apa, aku bisa sendiri. Thank you,” tolak Kirei, tidak ingin terlalu diman
“Ma? Apa yang Mama rasain sekarang?” tanya Kirei tak sabar sesampainya di rumah sakit. Rafael sampai harus berulang kali mengingatkan Kirei agar jalan pelan-pelan namun diabaikan begitu saja saking tidak sabarnya Kirei ingin bertemu sang mama. Bahkan melupakan rasa nyerinya begitu saja!“Mama baik-baik aja, cuma ngerasa agak sedikit perih, mungkin karena pengaruh obat anestesinya sudah hilang.”“Syukurlah.”“Aku periksa kondisi Mama dulu ya,” ucap Rafael yang berada di dekat Kirei, dengan cekatan memeriksa kondisi umum mertuanya.Setelah selesai, Rafael tersenyum lega kearah mertuanya karena apa yang dirinya khawatirkan tidak terjadi.“Syukurlah kondisi Mama baik. Dan yang terpenting tubuh Mama menerima ginjal pendonor dengan baik juga. Hanya perlu waktu pemulihan dan kontrol rutin. Jangan pernah kerja berat dan perbanyak istirahat. Nanti setelah beberapa waktu baru kita lanjut dengan pencangkok
Dua puluh menit kemudian…“Mau ngomong apa?”“Lo sengaja mau deketin Kirei ya? Sampe ngajak dia nonton berduaan?”“Kalo iya kenapa? Kan tadi gue udah bilang biar bisa deket sama kakak ipar sendiri. Masalah?” tanya Reynard balik.“Masalahlah! Gimana kalau nanti ada gossip?”“Sejak kapan lo jadi mikirin omongan orang lain? Lagian gue gak nyangka Kirei bakal bilang soal ajakan gue sama lo.”“Kirei itu cewek jujur dan polos, Rey. Jadi lo jangan main-main sama dia! Jangan lo pikir gue gak tau kalau lo sering banget mainin cewek!” tegur Rafael tidak terima kalau istri kecilnya dijadikan target baru oleh adiknya!“Lo curiga kalau gue bakal ngambil Kirei dari lo? Dan lo takut?” tuduh Reynard tepat sasaran. Sedikit senyum mengejek muncul di wajah Reynard membuat Rafael kesal.“Jangan ngomong sembarangan! Gue cuma gak mau Mommy sama Daddy ang
“Reynard udah pulang?”“Udah.”“Dia mau apa kesini?”“Ngobrol aja. Gak ada kerjaan.”“Apa bener Rey pengacara?”“Hmm.. kenapa memangnya?”“Gak keliatan kayak pengacara! Bukannya biasa pengacara itu kaku dan selalu serius ya? Tapi aku liat dia malah lebih sering konyol!” ucap Kirei jujur.“Sifatnya emang begitu, mungkin biar gak stress sama kerjaannya.”“Terus kenapa sifat kalian beda jauh? Emang kalian gak terlalu dekat?”“Siapa bilang? Kami dekat banget dari dulu.”“Hmm kalian dekat tapi kenapa gak ada satu pun sifat ceria Rey yang kamu ambil? Sifat kamu itu jadi membosankan!”“Apa kamu bilang?” tanya Rafael tidak terima.“Sifat kamu membosankan! Terlalu serius. Coba bisa bercanda sedikit aja kayak Rey,” sungut Kirei tidak sadar kalau ucapannya m
Sudah dua minggu berlalu semenjak mama Inara menjalani operasi pencangkokan ginjal dan sekarang Kirei khusus datang untuk menjenguk mamanya, tentunya setelah mendapat ijin dari Rafael.“Ma, gimana kondisi Mama hari ini?”“Semakin baik, Sayang. Kamu sendiri bagaimana dengan Rafael baik-baik saja kan?”“Baik, Ma.”“Syukurlah, awalnya Mama takut kalau kalian akan sering bertengkar apalagi kamu yang memiliki sifat keras kepala! Beruntung pada akhirnya kamu dapat menikah dengan pria yang lebih dewasa dan dapat mengimbangi emosi kamu.”Kirei memberengut saat mendengar mamanya memuji Rafael dan malah mengatakan Kirei keras kepala! Sepertinya semenjak dirinya menikah, sang mama lebih menyayangi Rafael daripada anaknya sendiri! Tapi Kirei tidak berkata apapun.Biarkan saja, toh Rafael sudah menolong Kirei dan mamanya. Terlebih lagi benar ucapan mamanya barusan kalau Rafael memang lebih dewasa daripada K
“Mau ngapain?”Pertanyaan polos itu membuat Rafael melongo selama beberapa detik. Apa Kirei harus menanyakan hal sepolos itu padanya? Apa Kirei benar-benar tidak memahami keinginan Rafael? Bagaimana bisa sama sekali tidak paham disaat dirinya sudah sangat bergairah seperti ini?Kirei menahan tawa saat melihat raut wajah Rafael yang tidak menduga kalau Kirei akan menanyakan hal tidak penting seperti itu disaat bibir mereka hampir bersentuhan!Rafael yang melihat Kirei melengkungkan bibir hendak menertawakannya seketika paham dan merasa geram karena sudah dipermainkan oleh istri kecilnya ini! Ternyata Kirei tidak bisa dianggap enteng! Dengan wajah polosnya Kirei bisa membuat Rafael kehilangan kata-kata begitu saja!“Awas kamu ya berani ngerjain aku kayak tadi! Aku bakal hukum kamu sekarang!”Rafael tersenyum smirk waktu melihat mata Kirei yang membola terkejut karena ancamannya barusan!Tidak ingin dipertanyakan lagi se
“Morning, Baby!” sapa Rafael saat Kirei menggeliat bangun akibat sinar matahari pagi yang pasti menyilaukan mata.“Morning,” balas Kirei dengan suara seraknya yang terdengar seksi di telinga Rafael.“Tidurnya nyenyak gak?”“Nyenyak banget.”“Masih capek?”“Lumayan.”“Mau aku pijitin gak?” tawar Rafael. Namun kali ini Kirei tidak langsung menjawab, malah matanya menatap Rafael sambil memicing tajam. Curiga.“Ini masih pagi, jangan modus deh!” omel Kirei galak.Rafael terbahak mendengar keketusan istrinya yang sangat sadar dengan modusnya, niatnya untuk melakukannya lagi pada Kirei pagi ini terpaksa harus tertunda sementara. Tidak apa daripada istrinya kelelahan!“Hari ini aku libur. Mau jalan-jalan gak?”“Jalan kemana?”“Kemana aja. Kamu mau belanja? Makan? Nonton?”&ldqu