Share

Padang Banteng

Jembatan yang memisahkan kota dan hutan.

Derrick yang hendak melewati jembatan dikejutkan dengan sesuatu yang bergerak di bawah tanah dan membuat gempa kecil, seakan-akan ada sesosok makhluk yang berada di bawah tanah. Derrick dengan sigap melompat mundur, disaat yang bersamaan sesosok kepala berniat menerkam Derrick.

"Ular?" Gumam Derrick terkejut.

Derrick melakukan salto kebelakang beberapa kali dan menyeimbangkan diri, sementara ular itu meraung dan menyabet Derrick dengan ekornya.

Bash!

Bang!

Sabetan ekor ular itu ditahan oleh Derrick dengan tangan kosong, lalu mendorongnya sejauh mungkin dan bersiap menyerang balik.

"Argh..." Derrick tiba-tiba kesetrum akibat kalung borgol yang memborgol dirinya.

"Sialan apa ini, argh!" Pekik Derrick kesakitan dan kejang-kejang, Derrick disabet hingga terhempas dan muntah darah.

"Ugh... sudah kuduga, pulau ini tidak sesederhana yang aku pikirkan." Gumam Derrick yang merasakan setrum dari borgol itu mereda, namun sakitnya masih terasa dan diperparah sabetan ekor ular.

Ular itu meraung dan berlari meliuk-liuk di antara pepohonan siap menerkam Derrick.

"Pelindung udara!" Pekik Derrick.

Brak!

Ular itu menabrak pelindung Derrick dan dengan brutal menabrak kembali dengan niat menghancurkan pelindung, terlihat pelindung udara Derrick mengalami keretakan di tabrakan ketujuh.

Grargh!

Ular itu meraung dan menyemburkan racun yang melepuhkan pelindung udara Derrick, melihat itu Derrick melompat mundur menjauh dan melancarkan tebasan angin beruntun.

Slash!

Slash!

Slash!

"Tebasan naga angin empat arah!" Pekik Derrick melancarkan tekniknya, sebuah teknik yang diadaptasi dari teknik pedang naga langit yang diajarkan gurunya.

Slash!

Tebasan energi angin menuju ular tersebut, lalu pecah ke berbagai arah dan menyerang ular itu dari berbagai sisi, disisi lain Derrick berniat mengaktifkan segel penyimpanan dimensi miliknya.

"Grargh!" Ular itu meraung kesakitan karena tubuhnya terluka tebas.

Tit!

Tit!

Tit!

Derrick hampir menyelesaikan segelnya dan berniat mengambil tongkatnya sebagai senjata untuk melawan ular yang tubuhnya sangat mirip dengan bongkahan batu tersebut, namun borgolnya berkedip memberi peringatan beberapa kali.

"Ini... sial, pantas saja hakim sialan itu memintaku memasukkan semua gulungan segel yang aku miliki ke ruang dimensi." Batin Derrick mengingat hakim yang memutuskan hukumannya.

Brak!

Derrick mundur menjauh, ular yang mengejar itu berhenti dan melancarkan semburan racun yang melepuhkan apapun yang dikenainya.

"Kalau begitu..." Gumam Derrick dan melompat setinggi mungkin, lalu menyelimuti kaki kanannya dengan energi tenaga dalam.

"Tendangan terkaman naga langit!" Pekik Derrick meluncur ke bawah tepat diatas kepala ular tersebut, kaki kanannya diselimuti energi yang berbentuk naga dengan taring tajam siap menerkam siapapun.

"Grargh!" Pekik ular meraung dan menerkam balik Derrick yang meluncurkan kencang ke arahnya dengan energi berbentuk naga.

"Tukar!" Gumam Derrick bertukar dengan kerikil disamping kanan ular tersebut dengan kaki kanan yang masih berselimut energi (tidak lagi berbentuk naga).

Bush!

Bugh!

Dengan kecepatan penuh Derrick bertolak dan melancarkan tendangan keras di dagu ular tersebut hingga terhempas jauh.

"Elemen angin: cakar naga langit!" Pekik Derrick melancarkan tekniknya, sebuah teknik cakar energi yang memotong ular itu menjadi 4 bagian beserta memotong jembatan.

"Terlalu cepat seekor cacing melawanku." Ucap Derrick dingin dan mendarat mulus.

"Hm," Derrick melirik dahan pohon dimana terlihat ada tiga lalat kamera.

Slash! Slash! Slash!!!

Krak!

Derrick menghancurkan 3 robot lalat (kamera) dengan tiga kibasan energi, lalu karena jembatan penghubung hutan dan kota hancur akibat serangannya, Derrick menendang sebuah krikil hingga menyeberang, lalu bertukar dengan kerikil tersebut dan melanjutkan langkahnya menuju kota Awal.

===

Alasan Lao Aidan dan Kyle datang ke pulau kambangan darah karena mendengar kabar kapal perang yang membawa Derrick hancur diserang bajak laut, namun sekarang mereka berdua senang melihat Derrick baik-baik saja.

"Dia masih hidup rupanya, aku senang melihatnya." Ucap Lao Aidan dengan tersenyum.

"Kami kehilangan tiga item sihir mahal lagi." Ucap kapten Agnus menanggapi item sihir robot lalatnya yang hancur.

"Kapten Agnus kenapa borgol itu menyetrum Derrick sebelumnya?" Tanya Kyle dengan serius dan tatapan tajam.

"Hohoho, anak muda pulau ini adalah penjara, jika tidak ada hukuman bukan penjara namanya." Penyihir tua tertawa dan menjelaskan.

"Jadi hukumannya adalah mengganggu pertarungan orang lain?" Tanya Kyle.

"Tidak, hukumannya adalah tahanan akan disetrum setiap 12 jam sekali, yaitu jam 08.30 pagi dan di jam 20.30 malam dan harus membayar beberapa uang untuk menghindari 30 cambukan setiap bulannya." Balas kapten Agnus.

"Apa? Itu sungguh tidak manusiawi, itu terlalu kejam." Komentar Kyle terkejut.

"Tidak manusiawi? Kejam? Haha, tidak ada kata manusiawi atau kejam di dalam hukum, selama itu memberikan efek jera, jangankan tidak manusiawi, disebut iblispun kami tidak masalah." Ucap kapten Agnus tertawa kecil.

"Tapi... belum tentu para tahanan itu bersalah kan, mungkin saja dia difitnah." Ucap Kyle sedikit emosional.

"Jika begitu, maka setidaknya ada contohnya, bahwa melakukan suatu kejahatan maka akan dihukum seperti itu, masalah dia tidak bersalah atau difitnah itu bukan urusan kami, selama dia dinyatakan bersalah dia harus dihukum." Balas kapten Agnus.

"Itu... tidak masuk akal." Dengus Kyle.

"Haha, nak jika penegak hukum memiliki sifat sepertimu, aku rasa semua penjahat akan mengaku dia difitnah." Penyihir tua berucap sembari tertawa.

"Haha, Kyle kamu tidak cocok menjadi penegak hukum." Ucap Lao Aidan.

"Hukum tidak mengenal perasaan dan juga spekulasi, hukum hanya mengenal bukti, jika kamu merasa difitnah maka buktikan itu, bukan hanya sekedar perkataan kosong belaka." Ucap Lao Aidan sembari menepuk bahu Kyle dan pergi keluar ruangan.

"Jika begitu, bukankah Derrick tidak bisa dihukum, wanita itu tidak ada bukti selain kesaksian palsunya saja, lalu kenapa Derrick dihukum padahal tidak ada bukti nyata Derrick melakukan pemerkosaan." Ucap Kyle.

"Jikapun baik korban maupun tersangka sama-sama memiliki bukti atau sama-sama tidak memiliki bukti, maka itulah tugas hakim untuk memutuskan siapa yang bersalah dan layak dihukum." Balas Lao Aidan melirik Kyle, lalu tersenyum.

"Kyle dunia ini tidak berdiri diatas keadilan, dunia ini berdiri di atas kemampuan." Tukas Lao Aidan tersenyum lembut.

Sebuah padang rumput, 200 meter menuju kota Awal.

Derrick yang sedikit lagi sampai di gerbang kota dikejutkan dengan segerombolan banteng yang sedang menatapnya dengan tatapan permusuhan di sebuah padang luas, puluhan banteng itu menggosokkan kaki mereka ke tanah mengambil ancang-ancang.

"Jadi ini alasannya aku diberi baju berwarna merah." Ucap Derrick melihat dirinya sendiri yang memakai pakaian serba merah.

Sling!

Sling!

Sling!

Derrick melancarkan kibasan energi kepada banteng-banteng tersebut yang mulai berlari ke arahnya, namun sialnya banteng itu tidak terluka sama sekali dan malah semakin marah dengan mata merahnya.

"Sialan, jumlahnya terlalu banyak, energi alam pelindung mereka semakin kuat karenanya." Gumam Derrick serius.

Note:

Semakin banyak jumlah orang/binatang, maka semakin kuat pasif energi alam yang memperkuat fisik dan ketahanan mereka, satu-satunya cara untuk melawannya adalah dengan memiliki jumlah orang yang setara atau bisa juga memecah mereka agar tidak saling mendukung.

Bum... bum... bum.

Puluhan Banteng itu berlari siap menyeruduk Derrick yang terlihat serius dan percaya diri. Derrick mengerutkan kening beberapa kali dan seperti orang yang siap menyambut.

"Ahhhh..." Pekik Derrick malah lari menjauh dari banteng-banteng tersebut.

"Jumlah mereka terlalu banyak, aku tidak bisa melawan mereka dengan kondisi seperti ini." Pekik Derrick semakin kencang berlari, para banteng juga semakin kencang mengejar.

Gerbang kota awal.

"Apa itu?" Tanya seorang gadis sembari menunjuk Derrick yang berlari kencang ke arah mereka.

"Entahlah, mungkin tahanan baru yang dikejar 90an lebih monster banteng." Balas pacarnya acuh sembari minum esnya.

Bush!

Pria itu menyemburkan esnya ketika menyadari ada sesuatu yang salah.

"Tahanan baru dari arah jembatan?" Ucap pria itu heran.

"Ayo kita pergi menjauh." Pekik pria itu.

"Kenapa?" Tanya si gadis.

Derrick membelah jalanan kota dan menyerempet dua orang tersebut hingga jatuh tersungkur, para banteng memasuki kota dan menabrak apapun yang ada di depan mereka hingga membuat kota Awal bergemuru.

Penginapan di dalam kota.

Huangdi yang berada di penginapan sembari menikmati secangkir teh terkejut penginapannya bergemuruh seakan mengalami gempa ringan.

"Apa yang terjadi?" Tanya Huangdi sembari melihat tehnya yang berguncang.

"Sepertinya ada orang bodoh yang melewati padang monster banteng." Balas Tiger Long acuh sembari melihat keluar jendela.

"Dia? Bukankah dia bocah itu?" Tanya Tiger Long menunjuk Derrick yang berlari dengan cemas sembari dikejar puluhan banteng.

"Siapa?" Tanya Huangdi mendekat melihat keluar, lalu langsung melihat Derrick yang berlari dengan cemas membelah kota.

"Iya, itu benar Derrick." Ucap Huangdi

"Kenapa dia dikejar puluhan banteng?" Tanya Huangdi heran.

"Sudah jelas dia melewati padang banteng." Ucap Tiger Long turun dan berhadapan langsung dengan Derrick yang sibuk lari.

"Teknik raungan raja harimau putih, ROAR!!!" Pekik Tiger Long mengaum keras layaknya seekor harimau yang mengaum ditengah hutan.

Raungan itu menciptakan gelombang kejut yang mampu mendorong apapun hingga hancur, akibat raungan itu beberapa kios, rumah, dan jalan rusak parah di kota pinggiran tersebut.

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status