Setelah perkataan Husein disela, dia melirik Boni, dan menatap Sita lagi dengan enggan.Sita menatapnya, “Aku sudah sampai di rumah. Kamu pulanglah.”Pria itu mengerutkan keningnya, “Ada beberapa hal yang ingin aku katakan padamu.”Apa yang akan dia katakan sebelumnya disela oleh kakak laki-laki Sita, tetapi dia ingin menjelaskan sejelas-jelasnya.“Kita bicarakan nanti saja. Tidak perlu terlalu khawatir sekarang. Kak Doni, Kak Boni, ayo masuk. Di luar hujan deras, dan pakaianku juga sudah basah kuyup.”Sita tidak ingin terus berada di sana lebih lama lagi. Bagaimana jika ada konflik lain?Ketika Doni melihat adik perempuannya yang basah kuyup karena bergegas menghentikannya tadi. Akhirnya Doni hanya bisa mengalah dengan berkata, “Ayo lekas masuk dan berganti pakaian. Jangan sampai masuk angin.”Husein hanya bisa menyaksikannya pergi dan menghilang dari pandangannya.Pria itu berdiri sendirian di tengah hujan lebat, dinginnya air hujan yang menerpa wajahnya. Pria yang biasanya selalu ga
Dari arah Sita, dia hanya bisa melihat gerbang pintu masuk, tapi hujan malam ini sangat lebat yang membuat penglihatannya berkurang. Sehingga tidak mungkin untuk melihat dengan jelas apa yang terjadi di luar.Tapi seharusnya Husein sudah pergi sejak lama.Sita teringat jika Husein baru saja dipukul oleh Doni, tetapi sepertinya pria itu tidak melawan. Ketika Sita memikirkan hal itu, suasana hatinya menjadi sedikit kesal.Dia mengusap wajahnya: [Jangan berlembut hati, jangan pernah goyah!.]Bagaimanapun, bersimpati pada pria adalah awal dari malapetaka!Ketika Sita berbaring di tempat tidur, dia mengeluarkan ponsel dan membuka WhatsApp. Dia melihat beberapa orang menambahkan kontak WhatsApp-nya.Dia membuka dan melihat sebagian besar orang yang menambahkan kontaknya dari grup alumni. Hubungannya dengan orang-orang ini juga biasa-biasa saja sebelumnya, sehingga dia tidak menambahkan mereka ke kontaknya.Sita berinisiatif mengirim pesan kepada sahabatnya, Govi: [Apakah kamu sudah sampai di
Ketika Sita melihat mobil pria anjing itu, dia spontan berbicara kepada Panji di telepon, “Oke, aku ada di luar ruang belajar mandiri. Kemarilah dan temui aku.”“Oke, aku akan segera ke sana.”Setelah telepon ditutup, Sita berdiri sendirian di luar ruang belajar mandiri.Meskipun dia mengetahui bahwa mobil itu milik Husein, dia tidak menghampiri dan berpura-pura tidak mengenalnya.Seketika, pintu mobil terbuka dan pria itu menunduk untuk keluar dari mobil. Dia menatapnya dengan tajam.Sita bisa merasakan tatapan pria anjing itu, sehingga dia melihat ke langit: [Tadi malam hujan badai, tapi hari ini langitnya biru dan cerah.]“Kamu lihat apa? Apakah ada UFO di langit?”Suara pria yang dalam dan tajam itu datang. Husein berdiri di depan tangga, menatapnya, seperti adegan kemarin.Sita tidak bisa berpura-pura untuk menutup mata. Dia berbalik dan melihat Husein di depannya, “Ada sapi terbang di langit, apa kamu tidak melihatnya?”Pria itu tertegun. Matanya merah, karena dia tidak bisa tidu
Sekretaris Husein menelan ludah. Sebenarnya ada jadwal. Tetapi dalam situasi seperti itu, jika dia berani mengangguk, dia pasti tidak akan bisa melihat matahari keesokan harinya.Jadi dia hanya bisa berkata, “Tidak ada jadwal.”Husein mengangguk dengan ekspresi datar, kemudian dia menatap Panji dengan tatapan sedalam tinta yang mengintimidasi!Ketika Panji hendak mengatakan sesuatu, Sita angkat bicara lebih dulu, “Bahkan jika Tuan Husein punya waktu luang, dia tidak akan pergi ke warung pinggir jalan bersama kita. Lagi pula, dia adalah seorang pemuda kaya yang biasa keluar masuk Restoran Michelin, dan dia sangat pemilih.”Keringat dingin bermunculan di dahi Panji. Bagaimana dia merasa bahwa Sita memiliki anggapan yang kuat tentang mantan suaminya?Dia seperti mengatakan bahwa dia tidak ingin makan bersama Husein.Husein sedikit menyipitkan matanya, “Kebetulan aku sudah bosan makan di restoran Michelin. Aku ingin mencoba seperti apa rasanya makan di warung pinggir jalan.”Panji akhirnya
Sita tidak menyangka lantai di sana begitu licin, dia ketakutan sampai berkata dengan panik.“Hati-hati!”“Sita!”Dua pria itu mengulurkan tangan kepadanya secara bersamaan, masing-masing dari mereka meraihnya.Sita spontan juga mencari pegangan untuk menyelamatkan diri, tetapi dia mendengar suara teredam Husein yang menunjukkan semacam rasa kesakitan.Dia tanpa sadar menatap Husein dan menyadari bahwa tangan yang dia pegang adalah tangan kanan Husein yang terluka malam itu.Malam itu, ketika dia pulang dari reuni teman sekelasnya dalam keadaan hujan lebat, mobil tiba-tiba mengerem mendadak, dan Husein yang melindungi dirinya.Akibatnya, lengan Husein juga terluka.Sekarang tampaknya jelas bahwa lengan Husein masih belum membaik.Sita langsung melepaskan lengan Husein dan menarik lengan Panji untuk menyeimbangkan badannya, agar tidak membuat tangan Husein terluka lagi untuk kedua kalinya.Namun, di mata Husein, arti dari adegan itu sama sekali berbeda.Dia melihat Sita melepaskan tanga
“Ada kegiatan kewirausahaan mahasiswa, aku datang untuk melihat apakah aku bisa berinvestasi pada proyek mereka. Bagaimanapun, sekarang aku adalah seorang investor.”“Jadi, bagaimana hasil kunjunganmu hari ini? Tampaknya kegiatan kewirausahaan sekolahku selalu cukup populer, sebelumnya juga ada proyek mahasiswa senior yang mendapatkan investasi. Sekarang perusahaannya sudah masuk bursa.”“Benar, kebetulan itu juga merupakan investasi dari perusahaan kami. Perusahaan kami selalu memiliki kerja sama yang baik dengan sekolahmu. Sebelumnya, ada seorang senior di sekolah desain yang memulai bisnis juga hasil dari investasi perusahaan kami. Namun, kemudian dia masuk penjara karena melakukan berbagai operasi ilegal dan kejahatan ekonomi. Sungguh disayangkan.”Sita teringat, bukankah itu adalah studio senior Felix?Dia memikirkan akhir dari studio senior Felix, seketika juga merasa sedih. Jika bukan karena senior sendiri yang mencari masalah, perusahaan itu mungkin sudah berkembang sejak lama.
Mendengar ucapan pria anjing itu, Sita menoleh ke arahnya dengan heran, “Untuk apa kamu menanyakan hal itu?”Pria itu berbalik menatapnya, “Bukankah kamu bilang aku tidak cukup mengenalmu? Aku sedang ingin tahu masa lalumu.”Kepala Sita penuh tanda tanya?Kapan dia pernah mengucapkan kata-kata yang tidak berperasaan seperti itu?Mungkin dia pernah mengatakan seperti itu sebelumnya, tetapi itu sebelum mereka bercerai. Sekarang mereka sudah bercerai, bagaimana mungkin Sita masih peduli dengan hal-hal seperti itu?Panji segera menjawab dengan sopan, “Tuan Husein, Saya dengan Sita dulu memang teman sekelas saat SMA. Saat itu, prestasi akademik Sita sangat bagus, dan semua guru sangat menyukainya, juga sangat perhatian padanya.”Sita tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata, “Hal itu karena kondisi keluargaku yang tidak baik sehingga guru begitu perhatian.”“Sita, jangan berkata begitu. Jangan masukkan apa yang dikatakan Jenny pada reuni kemarin ke dalam hati. Dia adalah perempuan yang s
Pria itu menyerahkan kartu nama asistennya.Panji menerima kartu nama itu dengan wajah terkejut. Itu adalah kesempatan besar yang ditawarkan secara langsung oleh CEO Grup Handoyo. Jika dia bisa mendapatkan investasi dari Husein, bukankah dia akan berhasil di masa depan?Makan siang hari ini sungguh sangat berhargaSetelah melihat ekspresi senang Panji, Sita tidak tahan terus melihatnya. Dia berdiri dan meninggalkan ruang privat, langsung menuju ke kamar kecil.Harus Sita akui bahwa terkadang kekuasaan sungguh merupakan hal yang baik.Setelah meninggalkan kamar mandi dan kembali ke ruang privat, dia menemukan hanya ada Husein di sana dan tidak melihat Panji.Dia berbicara dengan tenang, “Di mana Panji?”“Dia pergi duluan karena ada urusan.”Husein menatapnya dalam-dalam, “Kebetulan sekali, ada yang ingin aku bicarakan padamu.”Sita menarik napas dalam-dalam, “Apa yang ingin kamu katakan?”“Kemarin, di luar perumahan, kamu bilang jika kamu selalu menyukaiku, dan bertepuk sebelah tangan,