Riana tertegun dengan mulut terbuka, dia tidak percaya dengan apa yang dilihat dan didengarnya. Devan Johanson mengkhawatirkan Selena? Riana menggelengkan kepalanya seharusnya yang khawatir itu Andi bukan Devan. Apa jangan-jangan Selena sedang hamil anak Devan Johanson?Seperti cerita yang sering dia baca di novel-novel tentang hubungan sekretaris dan ceo."Tutup mulutmu, apa yang kamu pikirkan itu benar. Tuan Devan dan Selena memiliki hubungan," ujar Andi pada Riana.Riana melihat ke sampingnya ada Andi yang tersenyum padanya. Senyuman Andi membuat Riana makin terpesona padanya."Yaa Tuhan pria ini benar-benar menggoda iman," ujar Riana dengan pelan."Kamu bilang apa? Pelan sekali suaramu," ujar Andi."Eeh ga apa-apa pak Andi.""Ooh yaa sudah."Riana makin penasaran dengan Andi, dia ingin sekali menanyakan apakah Andi memiliki kekasih."Pak Andi saya mau menanyakan sesuatu boleh ga?" tanya Riana dengan malu-malu."Kamu mau nanya apa? Kok jadi malu-malu begitu," ujar Andi menyerengitk
Tiga hari kemudian...Devan menemani Selena di apartemennya, dia dengan kasih sayang merawat Selena. Ada perasaan bahagia dalam hatinya jika melihat Selena tersenyum.Devan dihubungi oleh Rudi asisten Marlina neneknya dan bersiap-siap untuk bertemu dengan neneknya."Aku takut Dev," ujar Selena ragu."Jangan takut ada aku yang akan menemanimu." Selena dan Devan sudah duduk berada di hadapan dengan Marlina."Jadi kamu yang bernama Selena? Berapa usia kandunganmu Selena?" tanya Marlina pura-pura tidak mengenal Selena."Iya nyonya Johanson saya Selena, menurut dokter 6 minggu," jawab Selena dengan takut."Devan apa benar anak dalam kandungannya adalah anakmu?" tanya Marlina pada Devan."Iya nek. Anak dalam kandungan Selena merupakan anakku," jawab Devan tanpa ragu.Marlina tersenyum mendengar suara tegas cucu nya dan raut wajah Devan berbeda dari biasanya."Devan besok kita menemui orang tua Selena untuk melamarnya," ujar Marlina.Devan hanya diam, dia sebenarnya ragu untuk menikah. Dia
Dua hari kemudian Devan merasa resah dan gelisah sendiri di dalam kamarnya, dia gugup jika harus bertemu keluarga Handoko. Dia tahu kalau Selena seorang anak yatim piatu yang diadopsi keluarga Handoko tapi walau bagaimanapun keluarga Handoko lah keluarga Selena sekarang. Tok... tok... "Permisi tuan, anda dipanggil Nyonya Marlina," ujar seorang pelayan di rumah Devan. Suara ketukan pintu terdengar membuat Devan kaget. "iya," jawab Devan. Devan menarik napasnya dan berusaha untuk tetap pada pendiriannya, yaitu menikahi Selena sebagai bentuk tanggung jawabnya karena menghamili Selena. "Kamu sudah siap?" tanya Marlina. "Sudah nek," jawab Devan. "Nenek sudah menyiapkan berbagai macam hadiah untuk keluarga Handoko juga uang lamaran. Menurutmu mobil Alphard, uang 1 milyar dan 2 set perhiasan berlian cukup tidak untuk dijadikan hadiah perkenalan untuk orang tua angkat Selena?" tanya Marlina pada Devan. "Aku rasa cukup sih nek, ooh iya nenek sudah tahu Selena anak angkat?" tanya Devan
Selena menghela napasnya, haruskan dia menolak lamaran Devan padanya? Jika dia menolak bagaimana dengan anaknya? Selena menjadi bimbang sendiri dengan keputusannya. "Selena... Mama mohon jangan dengarkan Tony dan Fanny. Ikuti kata hatimu, jika mau mencintai Devan kamu terima saja lamarannya," ujar Emilia. "Plak." Emilia sangat kaget memegang pipinya yang terasa panas akibat di tampar Tony. "Papa jangan pukul mama," ujar Selena langsung memeluk Emilia. "Kamu tolak lamaran Devano atau mama mu yang akan menanggung semua kesalahan ini," ancam Tony. "Baiklah pa, jika ini memang keinginanmu," ujar Selena dengan sedih. Selena makin bingung sendiri harus bagaimana? Jika dia menerima lamaran Devan bagaimana dengan Emilia? Emilia walau ibu angkatnya tapi sangat menyayangi Selena tapi anak dalam kandungannya juga bagaimana? Selena menjadi serba salah sendiri. "Bu Marlina ini Selena putri angkat saya," ujar Tony saat membawa Selena di hadapan Marlina dan Devan. "Selena, nenek kangen sama
Devan melajukan mobilnya dengan sangat cepat, dia tidak menghiraukan apapun lagi sekarang, harga dirinya sebagai seorang laki-laki seperti terhina saat Selena menolak lamarannya. Walau dia tahu pasti Selena terpaksa melakukan hal tersebut atas desakan Tony Handoko.Devan menghentikan mobilnya saat dia merasa sudah cukup jauh dari rumah Tony Handoko, dia melihat Selena yang hanya menundukan wajahnya tidak berani melihat ke arah Devan.Ponsel Devan bergetar, dia melihat pesan dari neneknya.Nenek : Nenek sudah mengurus semuanya, kamu pulanglah bawa Selena ke rumah.Devan menyunggingkan bibirnya, dia tahu persis bagaimana sifat neneknya tapi Devan sangat kesal pada Selena, wanita ini tidak mengerti bagaimana dia menyiapkan hati dan pikirannya untuk melamar Selena. Dia harus memberikan pelajaran pada wanita yang duduk di sampingnya ini."Apa maksudmu menolak lamaranku?" tanya Devan."A--aku tidak bermaksud seperti itu," ujar Selena pelan, suaranya nyaris tak terdengar."Lalu maksudmu apa?
Satu minggu kemudian.Acara pernikahan Devan dan Selena akan segera dilaksanakan di salah satu gereja di Jakarta. Penampilan Selena sangat berbeda, wajahnya di make up oleh make up artis terkenal. Selena berada sendirian di ruang tunggu gereja. Tiba-tiba Veronica datang, Selena sangat bahagia melihat kedatangan sahabat baiknya."Ve..." Selena memeluk Veronica.~~PlakVeronica menapar pipi Selena, dia meraba pipinya yang terasa panas akibat tamparan Veronica."Ve... kenapa kamu menamparku," ujar Selena heran."Kamu penghianat Lena. Aku jijik padamu," kata Veronica dengan air mata di pipinya."Ve kamu kenapa menangis? Aku melakukan kesalahan apa padamu?" Ujar Selena mendekati Veronica."Devan.""Devan? Apa maksudmu?""Devan itu kekasihku dan kamu merebutnya dariku. Aku sudah banyak menolong kamu Lena.""De--devan kekasihmu?" ujar Selena tidak percaya mendengar kalau Devan kekasih Veronica. Nama Devan yang sering Veronica ceritakan padanya dan mereka orang yang sama.Veronica menangis, d
"Saya..............."Semua mata di gereja melihat hal tersebut dengan heran terutama Marlina. Marlina takut Devan akan kabur dari gereja dan membatalkan pernikahan mereka. Mulut Marlina komat-kamit sendiri, berdoa agar pernikahan Devan dan Selena berjalan dengan lancar.Devan tidak meneruskan ucapannya, dia langsung kabur begitu saja. Dia yakin yang dihadapannya bukan Selena walau dia tidak bisa melihat wajah wanita yang dihadapannya dengan jelas. Devan lari dari altar gereja dihadapan pendeta dan semua tamu yang ada disana.Kaki Marlina terasa lemas bagaikan jelly, akhirnya apa yang dia takutkan terjadi. Cucu nya Devan kabur dari gereja dan berlari dari altar menuju pintu keluar gereja. Semua tamu melihat kejadian itu dengan tak percaya, biasanya pengantin wanita yang kabur dari altar gereja tapi sekarang terbalik, pengantin pria lah yang kabur dari altar gereja. Veronica terdiam bagaikan patung. Dia berdiri sendirian menatap nanar kepergian Devan dari hadapannya. Veronica sudah me
Selena memilih pergi dari Devan, walau dia sendiri bingung harus pergi kemana. Dia pergi tanpa tujuan. Selena berpikir jika dia kembali ke apartemennya pasti Devan mencarinya disana, dia tidak ingin Devan menemukannya. Tiba-tiba terlintas dipikirannya rumah panti asuhan tempat dia dulu tinggal. Dia ingin kesana sudah lama dia tidak mengunjungi rumah panti tersebut.Beberapa saat kemudian...Selena sudah tiba di rumah panti asuhan Kasih Ibu, tidak banyak berubah masih seperti yang dulu. Dia melihat beberapa anak panti beberapa anak panti yang masih kecil berada disana. Selena melangkah kan kakinya masuk ke dalam halaman rumah panti."Hai kakak kamu siapa?" tanya seorang anak kecil."Aku Selena. Apa ibu Desi ada?" ujar Selena."Bu Desi ada di dalam kantor tapi kakak ada perlu apa dengan bu Desi?""Kakak dulu juga dibesarkan disini.""Ooh kakak dulu juga bagian dari kami, baiklah aku antarkan ketemu bu Desi yaa."Selena tersenyum. Dia teringat masa kecilnya di panti asuhan ini, jika meli