Ken memutuskan membawa Zee ke apartemennya, ia tidak tau tempat tinggal pasti Zee, karena saat mengantarkan wanita tersebut Ken hanya menurunkannya di pinggir jalan.
Ia menatap Zee yang tertidur di dalam mobil, setelah tadi di jembatan wanita itu muntah-muntah. Zee terlelap di kursi samping kemudi. Wajahnya begitu damai, tubuh kecilnya terbalut kemeja milik Ken. Ia bisa melihat wajah dengan kulit pucat tersebut, bulu mata lentik, hidung mancung, bibir merah, dan wajah bulat yang nampak sangat cocok. Seperti seorang bayi, ia mendengkur halus dan meringkuk di kursi selayaknya janin.
Ken masih merutuki aksi gila Zee tadi, jantungnya terasa akan melompat turun. Bahkan debaran jantungnya masih bisa ia rasakan hingga sekarang. Lututnya langsung lemas begitu berhasil memeluk Zee. Ada perasaan lega, ia mengucapkan syukur beberapa kali karena hampir terlambat.
Mobil Ken masuk ke dalam hotel mewah, dengan perlahan ia turun dari kursi kemudi dan mengangkat tubuh itu dengan begitu mudah. Berjalan memasuki kamar pesanannya. Tak perlu bertanya mengapa Ken bisa langsung mendapatkan kamar tanpa perlu memesan melalui resepsionis, memesan kamar sudah Patrick lakukan, Ken seharusnya tidak perlu menganggu tidur malam Patrick dengan permintaannya untuk memesankan kamar hotel.
Setelah membaringkannya di atas kasur. Ken meninggalkannya dan pergi ke kamar mandi setelah kembali Zee berdiri di depan kamar mandi, pemandangan pertama yang Ken lihat setelah membuka pintu, ia melihat Zee dengan balutan piyamanya karena jas milik Ken sudah tergelatak di lantai.
"Arthur!" Zee berseru ketika melihat Ken. Wanita itu berbinar dengan gerakan gesit memeluk leher Ken. Sementara Ken kebingungan.
"Aku bukan-," Ken berseru. Ia tidak melanjutkan ucapannya karena sesuatu mengganjal di bibirnya. Mata itu membulat ketika menyadari wanita di depannya menciumnya!
Ia mendorong tubuh itu menjauh, ciuman mereka terlepas diikuti dengan benang saliva yang terbentuk akibat ciuman tersebut.
Wanita di depannya mengernyit bingung, ia menatap Ken dengan tatapan sayu, bibirnya membengkak. Sial Zee kelewat panas malam ini. Ia bahkan nyaris saja ingin menikmati kembali bibir menggoda tersebut. Jika Zee sedang mengujinya, Ken jelas kalah. Ia begitu menikmati wajah Zee yang semakin membuatnya tergoda.
Zee dengan alkohol sangat membuatnya kacau! Wanita itu tampak seksi.
"Jangan menggodaku Zee."
Jika kemarin Ken yang berhasil menggoda Zee saat pemotretan namun sekarang wanita itu berhasil menggodanya, bahkan lebih mempesona dari mantan pacarnya.
"Aku tidak sedang menggoda, oh apa kau tergoda," ucapnya diakhiri dengan kedipan mata. Selanjutnya tangan itu bergerak membuka tiga kancing teratas piyamanya memperlihatkan belahan payudara.
Oh shit apalagi ini!
Ia tergoda, jadi jangan salahkan. Ia juga laki-laki dewasa apa yang Zee lakukan tadi menyulut libidonya. Tangan Ken menarik pinggang Zee untuk mendekat, tubuh keduanya rapat saling berhadapan, selanjutnya Ken yang memulai, ia mencium bibirku itu dengan kasar. Menyusupkan lidahnya menyusuri rongga mulut Zee. Tangannya tak tinggal diam, ia mengelus pantat sintal hingga Zee mendesah di sela-sela ciumannya. Ken baru melepaskan ciumannya ketika nafas Zee tersengal.
Ia meledak begitu merasa bibir lembut yang mungkin menjadi candu untuknya, ia merasa getaran asing dan rasa panas, tubuhnya seperti tersetrum arus listrik. Belum pernah Ken merasakan ini sebelumnya. Sebuah perasaan yang ia sendiri juga bingung bagaimana untuk menjelaskannya. Ia sering melakukannya dengan banyak wanita, tapi tidak pernah mendapatkan ereksi luar biasa seperti ini.
"Luar bisa cantik." Ia tersenyum ibu jarinya mengelus bibir Zee. Rasa penasaran yang kemarin memenuhi dirinya kini sudah terbayar. Bayang-bayang liar akan wanita di depannya kini semakin nyata. Ken tak perlu lagi repot memendam hasratnya. Jika ia telah menuntaskan hasrat itu rasa penasaran akan sosok Zee pasti menghilang.
Tangan itu mendorong tubuh Zee hingga mendarat di atas kasur. Tubuhnya langsung bergerak menindih tubuh wanita di bawahnya. Ia tak akan berhenti, kali ini tanpa ragu Ken menyusupkan tangannya di balik piyama, meremas dua gundukan dengan sesuatu yang menegang, kembali mencium bibir wanita di bawahnya. Zee mengerang, desahnya semakin membuat libidonya menjadi-jadi. Bagian bawah mereka bergesekan semakin membuatnya tegang.
Ciuman turun menyusuri leher putih menciptakan ruam-ruam kemerahan. Kepala Zee mendongak ke atas memberi akses agar Ken lebih menghisap kulit lehernya. Tangannya menekan kepala laki-laki di atasnya.
Kepala Ken mendongak melihat bagaimana tubuh wanita itu bergetar saat tangannya menjamah seluruh tubuhnya. Ia semakin bernafsu. Tidak peduli jika Ken seperti bajingan gila yang memanfaatkan kesempatan. Melakukannya kepada seorang wanita yang tengah mabuk, persetan dengan itu semua ia tak peduli.
"Please." Zee semakin mendesah, tubuhnya terasa panas dan ingin segera menuntaskan sesuatu.
"What?" tanya Ken sambil mengusap bagian paha Zee.
"Satisfy me."
"I want to warm up."
"No warming up, I want yours."
Mata Ken berubah, tatapan matanya semakin menajam, ia menatap haus sosok wanita yang di bawahnya, Zee terus mendesah pelan di telinganya, meminta Ken untuk segera melakukan apa yang ia inginkan oh shit. Tubuhnya bergetar hebat ketika tangannya menyingkap celana serta dalamannya. Tubuh telanjang itu berkeringat, nafasnya memburu dengan kepala mendongak ke atas, kedua tangannya meremas sprei hingga tak berbentuk. Ia mendesah beberapa kali merasakan jari-jari yang membelai bagian bawahnya, merasakan bagaimana rasa luar biasa yang membawanya ke eforia yang tidak bisa dijelaskan. Jari-jari itu semakin cepat menusuk hingga ia merasa lemas. Nafasnya terputus-putus ia mendesah pelan disusul dengan pelepasan pertamanya.
Ken tersenyum menikmati pemandangan menakjubkan di depannya. Ia sejenak terdiam, ia mengurungkan niatnya kembali untuk menjamah tubuh yang terkapar di atas kasurnya. Nafsunya sudah tidak terbendung, ia menyampingkan sisi ragunya. Kembali Ken mencium kasar bibir yang terbuka, ia memanggut bibir tersebut menuntut Zee untuk membalas pangutan kasarnya.
Tangannya membuka kemeja yang masih membungkus tubuhnya, kemudian ia kembali menindih tubuh tersebut, tangannya tak tinggal diam, mengelus punggung Zee hingga wanita di bawahnya berjengit ketika merasakan tangan dingin yang mengelus lembut bagian belakang tubuhnya. Zee mengangkat bagian bawah tubuhnya dan menggesekkannya tepat mengenai milik Ken.
Ken tersenyum sinis, laki-laki itu menatap wajah sayu Zee. "Wanita nakal."
"Bukannya kau suka?" tanya Zee dengan wajah menggoda.
"Suka apa?"
"Tubuhku."
Selanjutnya Zee membalik posisi, hingga tubuh Ken berada di bawahnya ia duduk di atas paha laki-laki tersebut. Tangannya mengelus seduktif bagian depan tubuh Ken yang polos. Ken mengigit bibirnya. Ia menatap wajah di depannya dengan leluasa, tangannya menjamah pantat Zee dan meremasnya.
Zee mencium rahang lalu turun ke leher lalu semakin ke bawah menuju perut, Zee dengan lihai memainkan lidahnya menjelajahi tubuh Ken hingga basah. Tangannya membuka satu-satunya kain yang masih membungkus tubuhnya. Ia berbinar ketika menemukan sesuatu. Alat vital Ken yang menegang sempurna. Jari lentiknya bermain membuat gerakan naik turun, Ken menggeram merasakan sesuatu yang basah melingkupi miliknya. Ia tersedak ludahnya sendiri. Matanya melirik ke bawah, ia menemukan Zee yang bermain di milikinya, sial sial, wanita itu tampak luar biasa cantik, rambutnya yang panjang tergerai ke bawah, tubuhnya polos dengan bercak kemerahan hasil dari dirinya. Belum lagi badannya yang berkeringat. Wanita yang menjadi objek fantasi liarnya tengah memainkan miliknya. Oh shit. Ia bahkan terus mendesah. Tangannya ikut memaju-mundurkan kepala Zee agar mempercepat gerakannya. Sebelum ia mencapai pelepasan pertama. Ia memaksa Zee untuk menyudahi aksinya. Wanita itu menurut, ia melepaskan kulumannya. Wajahnya mendongak dengan tetesan Saliva bercampur dengan percum Ken yang hampir keluar.
Ken menarik tangan Zee, ia memposisikan tubuh Zee di atas kasur sementara ia tengah bersiap, setengah berlutut di antara kaki Zee yang menekuk. Ia menggenggam miliknya menggesekkan pelan ke dinding vagina milik wanita yang terus mendesah.
Zee menatap Ken semakin sayu, ia tak butuh pemanasan ia hanya mau langsung ke inti permainan, namun laki-laki sialan ini terus menggodanya. Menggesekkan miliknya terus menerus hingga Zee terus memohon.
"Masukan."
"Apa?"
"Milikmu, aku mau milikmu."
Selanjutnya tanpa aba-aba Ken langsung memasukan kejantanan, Zee mendongak merasa kedutan, bagian bawahnya seperti robek, rasanya begitu sakit ketika sesuatu tak bertulang mencoba menembus ke dalam miliknya, matanya berair, ia mendongak dengan mulut terbuka. Tangannya meremas lengan Ken sebagai pelampiasan.
"Jangan bergerak dulu," rintih Zee dengan suara parau.
Ken menunduk, membiarkan sebentar mungkin milik Zee masih belum terbiasa. Tangannya membelai perut wanita itu mencoba untuk mengusir rasa sakit yang Zee rasakan. Bibirnya tak berhenti mengecup leher Zee kembali menciptakan ruam-ruam merah.
"Bergeraklah."
Mendapat persetujuan Ken langsung menggerakkan miliknya cepat, milik Zee begitu rapat dan hangat, ia tidak bisa berbuat selembut mungkin. Begitu pas saat miliknya masuk, bahkan Ken belum bergerak namun seakan milik Zee meremasnya membuat Ken mengepal tangan.
Nafas Zee tersengal, tubuhnya telentang dengan kepala yang bergerak resah, ia mengigit bibirnya mencoba memendam suara berisik yang mungkin akan terdengar hingga keluar. Laki-laki di atasnya begitu memberikan sensasi baru. Bahkan tubuhnya bergetar hebat, ia merasa bagian bawahnya berkedut, Zee mencengkram lengan Ken. Ia mendongak, matanya memutih dengan bibir bergetar. Ekspresi wajah Zee ketika mendapat pelepasannya begitu indah, wajah sayu itu penuh peluh, bibir terbuka dengan saliva menetes menuju leher, nafasnya tersengal, ia bergumam dengan tak jelas. Sementara Ken masih menikmati wajah itu, seakan dunianya ikut terlempar ia begitu menikmati ciptaan Tuhan, dirinya terlempar jauh ketika wajah itu akhirnya menatap matanya, bola mata cokelat cerah yang menampilkan bayangan dirinya. Ken tak bisa untuk menjelaskan bagaimana gejolak dirinya tentang wanita yang berada di bawahnya. Ini terlalu candu segala hal tentang Zee bahkan luar bisa memberikan rasa baru.
Jari Zee menggapai bagian rahang Ken, ia mendorong wajah Ken untuk mendekat, dikecupnya bibir Ken yang mulai bengkak, ciuman singkat itu membuat Ken meledak, gerakannya yang berhenti kini berlanjut kembali ia memompa bagian tubuh Zee membuat Zee kembali mendesah, sementara Ken masih sibuk mengejar orgasmenya.
Ketika pelepasannya tiba, ia begitu merasa pelepasan yang sangat luar biasa untuk pertama kalinya, ia menembak cairan miliknya begitu dalam. Ken langsung jatuh di atas tubuh Zee, ia menghela nafas panjang lalu mengecup bagian dada itu pelan.
"Babak selanjutnya?" bisik Ken dengan suara serak.
***
To be continued, jangan lupa tekan bintangnya terimakasih ❤️
Bagaimana bisa kau mendapatkan luka sebanyak ini?" Bella mendengus kesal melihat luka-lukanya di wajah Ken, laki-laki itu memang arogan dan pemarah, sering kali terlibat perkelahian tetapi baru kali ini Bella mendapatkan Ken dengan luka-luka di wajahnya.Bella mendekatkan wajahnya, wanita itu meniup luka di wajah Ken, lalu tangannya mengambil kapas yang berada di laci kamar Ken, tak lupa ia menuangkan cairan alkohol. Ken mendesis pelan ketika merasakan perih ketika cairan alkohol mengenai lukanya, keduanya matanya terpejam dengan bibir yang terbungkam.Bella menatap wajah itu sambil fokus mengobati luka Ken, tidak ada pembicaraan di antara keduanya selain aktivitas yang Bella lakukan sementara Ken yang hanya duduk diam."Kau mendapatkan luka ini darimana?" tanya Bella lagi."Berkelahi.""Dengan siapa?" Laki-laki itu menghembuskan nafas berat." Laki-laki asing dan saat itu aku sedang mabuk." Ken tidak mungkin bilang yang sebenarnya tentang luka di wajahnya, lebih baik ia berbohong di
Happy reading***Zee tak pernah punya pikiran akan terjebak pada situasi membingungkan bersama seorang Ken Algarev Dinson, hubungan yang awalnya hanya sebatas one night stand semakin rumit kala tanpa sengaja dirinya masuk berita sebab terekam jelas sedang bersama Ken dalam kegiatan yang tak seharusnya, entah apa yang ada dipikirannya saat itu, lagipula bagaimana dari sekian banyaknya laki-laki yang ia temui harus Ken orang yang paling tidak Zee harapkan, Zee juga tidak mengenal sang billioner Paris sebelum malam itu, malam terjadinya perubahan besar dalam hidupnya.Wanita itu memijat pelipisnya yang sedikit pusing, sudah dua hari kepalanya tak berhenti memikirkan Ken, wajah laki-laki tersebut terbayang-bayang di otaknya, Zee benci ketika harus mengingat kembali senyum menyebalkan milik laki-laki yang diagungkan oleh banyak wanita, senyum yang katanya mempesona. Sial, bibirnya langsung mengumpat, kepalanya ia letakkan di atas meja, pipinya merasakan dinginnya permukaan meja yang terk
Happy reading***Setelah hari itu semuanya berubah Zee maupun Ken menyadari mereka memiliki perubahan—bukan soal status ataupun hal lainnya, jika ditanya perubahan apa yang mereka berdua alami, masing-masing dari mereka tidak memiliki jawaban yang tepat karena mereka juga bingung harus menjawab pertanyaan tersebut. Hubungan keduanya masih sama seperti biasanya, sebatas partner kerja di kantor, jika soal tersebut memang tidak ada yang berubah. Hubungan mereka masih sama. Tetapi atmosfer yang Zee rasakan berbeda. Rasanya yang berbeda, perasaan Zee yang semula biasa saja semuanya berubah. Zee masih sering menjalankan aktivitas seperti biasanya, pergi kuliah, kerja sebagai model, menghabiskan waktu sendiri, dan ia juga masih tinggal di apartemen mewah milik Ken. Tidak ada kejelasan atau pembahasan tentang hubungan keduanya selain drama kontrak yang Ken minta. Semuanya masih berjalan dengan kepura-puraan, Zee yang terkadang harus menjadi kekasih pura-pura Ken di depan media. Ya mereka
Happy reading***Zee masih berdiam diri di tempat, tatapan matanya kosong menatap satu objek pemandangan di depannya, sebuah kaca besar yang berada di kelas yang menampilkan pemandangan kota dengan hiruk pikuk kehidupan orang-orang di Paris, pagi ini ia memakai kemeja hitam dipadukan celana Levis panjang berwarna abu-abu, rambutnya diikat asal, ketika matanya menatap ke arah jendela, fokusnya teralihkan pada sosok laki-laki dengan postur tubuh yang tidak asing, melihat postur itu membuat Zee memikirkan satu nama. Ken Algarev Dinson.Otaknya langsung memikirkan kejadian saat malam hari, di mana Ken yang menemuinya di bar, rasanya sangat amat aneh melihat perubahan pada diri laki-laki tersebut. Semuanya terjadi begitu cepat hingga membuatnya terkejut sampai-sampai otaknya tidak bisa berpikir dengan jelas, karena Ken sukses membuat perasaannya berantakan. Sepanja
Happy reading***Zee mengaduk minumannya dengan tatapan datar. Matanya melirik seisi bar yang ramai pengunjung karena hari semakin malam, wanita tersebut duduk dengan anggun, di depannya ada Evelyn yang masih sadar karena belum menyentuh alkohol sama sekali, berbeda dengan Zee yang sudah menghabiskan dua botol wine. Wajahnya bahkan memerah dengan tatapan mata sayu."Berhenti Zee!" tangan Evelyn langsung menarik Zee yang akan kembali menuangkan botol ketiga ke dalam gelas, Evelyn langsung memasang wajah galak sambil menatap kesal ke arah wanita di depannya. "Jangan mabuk, please for this night.""Why?" tanya Zee heran. "Bukannya di bar emang harus menikmati setidaknya segelas wine?" Zee tertawa kecil sambil menatap Evelyn dengan tatapan geli. Evelyn menatap Zee datar, ia tau ada yang berbeda dari Zee, meskipun wanita tersebut tidak cerita kepadanya, tetapi yang Evelyn tangkap Zee sedang ada dalam masalah, mana mungkin Zee akan mengajaknya pergi ke bar? Ka
Happy reading***Zee baru tau jika ada laki-laki yang sama brengseknya dengan Erick, ia pikir Ken tidak seperti itu-meninggalkan Zee dalam keadaan telanjang setelah menikmati malam panas lalu laki-laki tersebut pergi begitu saja dan hanya mengucapkan kaliamat 'selamat tinggal'. Umpatan-umpatan kecil ia layangkan kepada sosok yang sekarang menampakkan diri, untuk melihat laki-laki tersebut saja rasanya muak, rasa benci, kesal, marah, dan dendam membuat Zee semakin malas bertemu Ken. Sebenarnya yang membuat ia semakin kesal adalah perubahan dirinya sendiri, sejak Ken meninggalkannya Zee merasa sedikit ... sepi. Ken tidak lagi menggodanya seperti dulu, bahkan pagi ini mereka tidak mengobrol, yang Zee tau mungkin Ken memang sengaja menghindar.Ken tidak tau diri, semalam setelah meninggalnya kini laki-laki tersebut berdiri dengan senyum mengembang. Really? Yang benar sa