Home / Romansa / Dewa / Di balik Putih, Ada Hitam.

Share

Di balik Putih, Ada Hitam.

last update Last Updated: 2021-09-10 12:52:06

 Nyonya Finda telah pulang kerja. Didapati kamar Dewa masih sepi tak berpenghuni. Perasaannya krungsang, tidak tenang. Beliau lalu menggeser langkah menuju kamarnya. Duduk di depan meja rias, sambil menyeret-nyeret layar hape samsungnya. Beliau mengirim pesan pendek kepada Reihan. 

 "Dewa belum pulang, lama-lama ibu khawatir Rei, bagaimana kalau dia kenapa-napa?" messege delivered. Lima belas menit Nyonya Finda menunggu balasan dari putranya yang selalu dibanggakan, namun yang ditunggu tak memberi tanggapan. Beliau pun hanya bisa menebak, mungkin Reihan masih sibuk belajar. 

 Jauh di ambang cakrawala sana. Di tengah-tengah kebimbangan dan kekhawatiran orangtua. Sang Reihan mencumbu bibir perawan. Gemerlap lampu disko menyinari ubun-ubunnya. Alunan lagu disko melengking di gendang telinga. Pelayan-pelayan bir yang seksi-seksi, berjejer di pinggiran bar. Moncong-moncong nyawa bersulat asap rokok. Ada yang mengandung zat terlarang, ada yang biasa, bagi mereka yang berdompet pas-pasan. Dunia luar telah meracuni syaraf-syaraf Reihan. Dia yang tampan, dia yang kaya taksiran bunga-bunga kampus, dia yang seharusnya menjadi contoh untuk Dewa, malah bertindak laksana binatang.

 Memang cinta tak pernah ditimbun. Namun wajah buayanya tak pernah lenyap. Cinta yang mendekat hanya lampiasan nafsu. Setiap tubuhnya melenggok-lenggok dengan tarian. Tangan kanannya menggandeng, atau meraba sang pasangan. Senyum setan meringis. Hura-hura dengan bir semerbak. Bau mulut busuk, rayuan-rayuan gombal pun mendarat, walau tak setulus hati. Dalam keadaan mabuk seperti itu yang ada di benaknya hanya kenikmatan dunia. Tak lagi dipikirkannya lagi, nilai kuliahnya di kampus. Kalau ujian tiba, memang dia belajar sungguh-sungguh. Dia jarang bolos kuliah, peraturan kampus selalu ditaati. Tapi kalau malam datang, jangan harap otaknya akan normal. Gas mobil akan ditancap menuju tempat-tempat maksiat. Diskotik dan kafe sudah hal biasa baginya, tak jarang juga, kalau hasrat nafsu menggebu, dia pijaki ranah pasar kembang (SarKem), tempat pelacur-pelacur dialokalisasikan. Jelas sudah, mengapa setiap hari pengeluaran dana Reihan minimal empat ratus ribu. 

 Reihan tidak merokok, minuman kerasnya juga tidak terlalu banyak. Satu malam, paling satu botol bir putih. Dia tidak berani menenggak bir hitam. Yang parah darinya hanya bermain wanitanya. Setiap satu minggu, hampir ganti pasangan. Biasanya dia tidak pernah bersusah payah untuk mendapatkan wanita cantik, mereka yang akan datang dengan sendirinya.

 Malam itu saat kumandang azan isak menyambar gendang telinganya. Reihan menggandeng kawan cantiknya menuju ke kamar VIP yang disediakan oleh kafe tersebut. Keadaan mereka sama-sama mabuk. Nikmat pun akan dirasa bersama, nista bersama, namun apakah kerugian juga akan bersama? Ruang VIP, terpadati satu kasur setinggi lima puluh senti, tak lupa dengan sepray merah yang melembar. Satu meja ada di sudut Utara. Meja itu biasa digunakan untuk meletakkan sebotol anggur nikmat para tamu. Kamar mandi sederhana dengan sebuah wastavel di dalamnya, terletak di samping mulut pintu. Pintu kamar mandi tertutup, juga dengan pintu utama. 

 Sewa kamar itu, permalam empat ratus ribu. Kamar itu sederhana namun nyaman untuk dibuat maksiat. Tidak memikiran bagaimana orangtuanya susah payah mengumpulkan uang. Bagi Reihan itu mah uang sedikit, tinggal gesek ATM, uang pun cair. Setiap minggu menghabiskan sepuluh juta, satu bulan tiga puluh juta. Belum uang kontrakan dan biaya per semester. Sebenarnya Nyonya Finda terkadang curiga, kenapa bisa kebutuhan Reihan melonjak tinggi, tapi jika sudah mendengar alasan Reihan untuk digunakan kegiatan berorganisani. Rasa curiganya itu pun mendadak lenyap. Maklum beliau dulu tidak kuliah, hanya tamatan SMK jadi tidak tahu perincian kampus yang sesungguhnya. 

 Reihan mencumbu gadis berpakaian seksi itu. Bibir yang merah merona, dengan balutan tanktop, serta rok mini saja, di dadanya ada ukiran tatto bunga mawar. Lengkung melonnya begitu tajam. Membuat Reihan mati kutu. Setiap lidahnya menjulur di kulit Gazfia, gadis yang menyukainya itu dengan penuh gairah. Ke dua insan itu pun menikmati surgawi dunia dengan bersama. 

 Berkali-kali hapenya bergetar. Tapi tak dihiraukannya. Kebiasaan buruk itu sudah mempunyai sejarah semenjak SMA. Hal itu tak pernah tercium oleh Nyonya Finda, lantaran beliau sibuk mengurusi toko sembako dan usaha butiknya di dua kota. Jika di depan beliau, dia bermanis lidah, jika di belakang dia main polah. Beda dengan Dewa, depan belakang sama saja. Walau Dewa selalu menjadi bahan amarah Nyonya Finda, tetap saja Dewa diam dan tak bertingkah. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dewa   Lembaran Baru

    Satu bulan berlalu setelah kejadian itu. Ke enam sahabat sama sekali tidak ada yang keluar rumah bahkan berangkat kuliah. Anak jalanan sering meratap dan menangis di bawah rembulan. Mawar sendiri juga ikut terdiam dengan kesedihannya antara dilema cinta yang pahit. Mengingat kondisi janinnya yang akan terkena HIV AIDS juga, serta keadaan Dewa yang tak kunjung membawa kabar indah.Untunglah waktu berbudi baik, tak mau membuat Dewa terluka berlama-lama. Sebulan penuh dia tersungkur dalam pembaringan. Bangkit dengan sisa keterkejutannya mendengar bahwa Reihan meninggal. Langsung airmatanya terjun. Dadanya sesak dicambuk kepedihan. Dewa menangis di ranjang rumah sakit. Nyonya Finda mendekapnya erat-erat."KAK REIHAAANNN!! KAK REIHAN, BU! KAK REIHAN DI MANA???" jeritnya membuat suasana semakin menyesakkan. Nyonya Finda tak kuasa menahan airmata."Sabar, Nak." Nasihat Nyonya Finda seraya mengelus ubun kepala Reihan.&nb

  • Dewa   Kepergian

    Satu Minggu berlalu. Mereka sudah sama-sama mendaftar di universitas yang sama, pada tanggal yang sama, waktu yang sama, keberangkatan yang sama, hanya jurusannya saja yang berbeda.Kala itu langit mendung. Nyonya Finda sedang memasak di dapur. Dewa duduk termenung di balkon depan kamarnya. Dia menatap bintang yang tidak tampak. Dia mengingat Chika dengan senyuman manis. Gadis itu membuat hatinya jatuh dalam kegelapan cinta. Suatu saat nanti kalau impiannya sudah tercapai dan kuliahnya selesai. Dia ingin langsung melamar Chika untuk memberi kejutan. Akan sangat menyenangkan masa depannya. Sekali lagi waktu pertegas bahwa mimpinya adalah ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa serta mencerdaskan anak jalanan. Dia ingin menaunginya. Selamanya. Dan sekarang setidaknya mimpi itu sudah kelihatan berjalan.Praanngg...lamunanya buyar. Suara gelas pecah mencium lantai dari kamar sebelah. Yah kamarnya Reihan. Ada apa? Napas Dewa langsung se

  • Dewa   This is My Dream's 2

    Keesokan harinya dia mengkopi surat yang ditulisnya itu. Dia lalu mengirimkannya ke sekolahan SD ketika berangkat ke perkampungan kumuh. Setiap didapati sekolahan, dia berhenti dan menitipkan surat itu kepada satpam agar disampaikan ke Kepala Sekolah dengan segera. Setiap mengulurkan surat itu, dia berkata keras-keras SEGERA. SEGERA PAK. NGGAK PAKAI LAMA! Satpam pun hanya menggeleng-geleng.Dewa memang anak yang bertekad baja. Keinginannya tidak pernah bisa diganggugugat. Apalagi jika ada yang sampai bisa mengalahkan watak keras kepalanya. MUSTAHIL. Ada yang pernah mencoba tapi selalu gagal.Sampai di perkampungan kumuh alias perumahan kardus. Mata Dewa berkedip-kedip. Anak-anak jalanan sudah tertata rapi dan belajar seperti kemarin. Mereka malah tampak lebih semangat. Sesekali terdengar suara tawa yang menggelegar karena banyolan Den...eih itu siapa? Den? Dendi??"SUPRAISE!!!" jerit Chika dan ketiga kawannya, Edvin, Rivani, Y

  • Dewa   This is My Dream's 1

    Pagi menguning di ufuk Timur. Senyumnya telah mengembun di dedaunan. Burung ikut menyambut semarak hari dengan berhening cipta di kabel listrik yang mengular sepanjang jalan, terpikir mereka sedang bersyukur dengan kekuasaan Tuhan. Hari itu usai salat shubuh berjamaah bersama Reihan dan Nyonya Finda. Kejadian yang dialami mereka menyadarkan mereka semua tentang makna ketuhanan. Selama ini mereka telah melangkah dalam jalan yang gelap, walhasil hidup pun tak pernah lelap. Ada saja masalah hingga membuat hidup susah. Bagaikan tidur di springbed lembut tapi mata terjemput mimpi buruk, itulah mengapa hidup tak pernah lelap. Dewa langsung loncat dari ranjang tidurnya bergegas mandi, sarapan dan melesat menenteng tasnya, tak lupa dia membungkuskan nasi serta sayur dan lauk pauknya. Kamera canonnya dikalungkan di leher."Mau ke mana?" sapa Reihan yang tengah duduk di meja makan. Tangan kirinya memegang gelas berisi air putih, sementara yang kanan memegang kapsul obat.&nb

  • Dewa   Syukuran

    Perjuangan menahan sakit, begadang setiap malam ternyata tak berujung kesia-siaan. Chika dan kawannya yang sering main ke rumah sakit untuk mengajari Dewa, ternyata semuanya masuk sepuluh besar. Dan apakah Anda tahu? Dewa yang jarang masuk sekolah dan tidak pernah ikut les, masuk dalam kategori tiga besar. Chika si gadis menggemaskan itu meraih peringkat pertama, Rivani ke dua, Dewa ke tiga, Dendi ke empat, Edvin ke lima, sementara Ogi mendapat peringkat ke dua dalam urutan kelas IPAnya. Oh menakjubkan! Senang sekali ketika perjuangan mereka membuahkan hasil, terutama bagi Dewa. Kau tahu? Nyonya Finda amat bangga mendengar kabar menggembirakan itu. Selama ini Nyonya Finda tidak pernah yakin kalau Dewa akan lulus. Bagaimana tidak? Dia saja jarang sekolah, mbolos kerjaannya. Detik-detik akhir ujian malah harus rawat inap, bagaikan mukjizat yang turun dari langit kesuksesan Dewa bagi beliau.Akhirnya hari selanjutnya setelah pengumuman kelulusan. Nyonya Finda mengada

  • Dewa   Renungan

    Dewa berdiri di depan jendela. Ke dua lensanya menatap lurus ke angkasa. Pijaran gumintang di sana begitu menawan. Rembulan membentuk pisang dan tersenyum kepadanya. Cerah. Melintir kehangatan pada gulita dalam penerangan. Hari itu adalah menit terakhir Dewa belajar menyambut ujian Nasional. Mulai besok dia sudah akan bertempur dengan segala macam soal-soal ujian. Bahasa Indonesia, Matematika, Akuntansi, dan Bahasa Inggris. Jantungnya berdegup kencang membelah keheningan malam. Akan sanggupkah besok? Dia baru belajar selama satu minggu. Jam menunjukkan pukul dua belas pagi. Pergantian tanggal dan hari, tinggal menunggu beberapa jam lagi, Dewa akan dihadapkan dengan soal ujian esok nanti.Keadaannya cukup membaik. Hanya tampak masih lemas. Itu karena beban pikirannya selama ini. Walau sudah berusaha fokus terhadap pelajaran, tetap saja bayang anak jalanan yang menderita di keheningan malam, dalam balutan gerimis langit, serta panasnya mentari kala siang menje

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status