Nirmala Dewi, kini sudah menempati rumah kontrakan yang sudah ia cari sedari kemarin dan sudah bermalam untu melepas penat karena menempuh perjalan darat yang cukup melelahkan. Ia pergi jauh meninggalkan ibukota menuju kota surabaya menggunakan mobil travel agar mempercepat perjalanan. Ia sengaja menggunakan jasa travel agar Bagaskara tidak dapat menemukannya, karena ia tak ingin para kenalannya di ibukota mengetahui keberadaanya saat ini. "Sepertinya aku harus mencari apartemen yang lebih layak untuk ditinggali." Gumam Dewi sambil mengamati tempat yang ia tinggali saat ini. "Apalagi saat ini aku udah banyak duit, memang impian selama ini kan untuk dapat hidup yang lebih layak." Lanjutnya dengan menghempaskan tubuh ke kasur seadanya yang disediakan pihak di kontrakkan. "Bingung nih mau cari kerja atau buka usaha sendiri." Gumam Dewi "Aku mau nikmatin aja dulu deh, satu milyar juga buat setahun dua tahun cukup lah untuk biaya hidup." Lanjutnya sambil tersenyum. POV Dew
Akhirnya kami duduk di dalam pos penjaga pusat perbelanjaan ini dengan lawanku yang memasang muka masam karena masih tidak terima dengan hal barusan yang terjadi. Aku dengan cuek dan wajah datar ingin cepat menyudahi semua ini karena jujur saja hal ini membuat mood ku hancur. Untung saja ada lelaki tampan di dalam kotak persegi ini yang sedikit mengembalikan moodku perlahan. "Baiklah perkenalkan nama saya Dion Sailendra, saya selaku salah satu orang yang bertanggung jawab atas permasalahan bapak ibu disini karena tepat dimana saya sedang menyelenggarakan event." Tutur lelaki tampan itu memperkenalkan dirinya. "Saya ingin mengetahui bagaimana agar bisa diselesaikan secara baik-baik permaslaahan ini sehingga tidak menimbulkan dendam di esok hari." Lanjutnya berbicara dengan wibawa nya membuatku terpana. "Bagaimana dengan mbak_" kata-katanya menggantung saat bingung tak tahu namaku. "Dewi" aku menyebut namaku. "Iya mbak Dewi, apakah ini bisa diselesaikan secara baik-bai
"Cantik" batinku ketika terpana melihat wanita yang mengenakan mini dress yang sukses membuatku tidak dapat memalingkan pandangan darinya. Apalagi ketika melihat ekpresinya yang sedang marah, membuat sang pemilik wajah memancarkan aura cantik naturalnya semakin mencuri hati hingga menciptakan debaran yang kuat di dalam dada ini. Ternyata mereka berselisih disaat event yang diselenggarakan oleh timku berlangsung. Aku punlangsung memboyong mereka ke pos penjaga setelah menawarkan agar bisa diselesaikan baik-baik disana. Aku pun terkejut saat mendengar penuturan gadis yang bernama Nirmala Dewi ini, ia membongkar siapa sebenarnya dua orang yang sedang berselisih dengannya. Dan benar saja saat diselidiki bahwa sepasang suami istri tersebut adalah pencuri, aku sangat berterima kasih padanya karena ia sudah memberi tahu tentang pencurian yang terjadi di event ku. "Dion Sailendra, panggil saja Dion." Ucapku sambil tersenyum karena sedari awal pertemuan ia selalu memanggilku dengan sebutan
Di tempat yang lain, singgasana kebesaran sang tuan Arogan sedang diliputi suasana yang tegang. Itu semua karena ulah anak buah yang diperintahkan tak mendapat kabar baik untuk sang tuannya. "Sudah kubilang. Aku hanya ingin kabar baik! Bukan sekedar basa basi kalian!" Suara barithon yang menggelegar membuat bawahannya menelan jakun dalam-dalam karena ketakutan. "Mencari satu wanita biasa saja kalian tidak bisa diandalkan. Dengarkan aku! Mulai hari ini kalian semua aku pecat." Intonasi suara Bagaskara melunak namun mampu membuat yang mendengarnya mati kutu, apalagi 5 bawahan yang berada tepat dihadapannya sudah dipecat saat itu juga. "Silahkan tinggalkan ruangan ini." Perintah Bagaskara.Mereka hanya menurut dengan langsung keluar dari ruangan CEO diliputi rasa kecewa karena harus di phk akibat tidak bisa mencari wanita yang diinginkan sang boss. "Rafa?" Panggil Bagaskara kepada asistennya. "Iya tuan?" Jujur saat ini Rafa takut bahwa ia juga akan dipecat karena tak mampu me
Setelah beberapa hari belakang Elena hidup dengan damai di kediaman megah sang kekasih yang tak lain karena memang mereka saling mencintai. Namun Elena merasa kecewa dengan sikap Steffan yang tak membolehkan nya membalaskan dendam kepada calon mantan suami. Elena tersadar dari lamunannya ketika Steffan menyusul ke meja makan untuk sarapan pagi sebelum pergi kekantor. "hai sayang, pagi-pagi udah ngelamun aja. kenapa? semalam kurang?" ucap Steffan menggoda kekasihnya. Elena merasa beruntung karena memiliki kekasih seperti Steffan yang sangat perhatian padanya walaupun hal sekecil apapun. Steffan mampu mengembalikan moodnya yang sedang kacau. "aku ngelamun itu juga karena nungguin tuan raja lagi mandi lamaaaaaaaa banget soalnya, emang ngapain sih didalam sana betah banget kayaknya." Elena balas menggoda Steffan dengan mengerucutkan bibirnya. "anything about that, i Miss you so much beib." Ucap Steffan dengan mata yang berbinar menatap manik mata sang kekasih. "me too, makas
Kenangan buruk tentang penyebab kandasnya pernikahan dengan papa Bagaskara , terus terbayang didalam pikiran wanita paruh baya yang masih menampakkan kecantikannya itu. ia terkejut bukan main mendengar kabar bahwa pernikahan anaknya juga karena disebabkan oleh seorang jal*ng. "apa rencana kamu?" tanya Viona datar dengan tatapan kosong lurus kedepan. Elena tersenyum ketika mendengar pertanyaan sang mertua, karena ia yakin bahwa Viona akan berpihak padanya. "gimana kita buat Bagaskara jatuh miskin sementara ma, kita buat dia seolah-olah udah nggak punya apapun. Biar perempuan itu pergi, aku yakin kalo dia itu nggak tulus sama Bagas." Ujar Elena dengan tersenyum smirk. "Baiklah, tapi Mama mau bertemu dengan Bagas dulu." Jawab Mama yang membuat Elena khawatir, karena ia takut kalau Bagaskara mengatakan yang sebenarnya. "apa mama harus menemuinya? nggk langsung ke rencana aja gitu?" tanya Elena memastikan agar ia merasa tenang. "Mama bisa atasi semuanya" ucap Viona. Tak
Di pulau Dewata yang selalu menampakkan keindahannya dari segi apapun membuat kesan yang indah bagi Dewi saat pertama kali tiba. Ia harus segera mencari tempat tinggal karena ia telah memutuskan untuk menetap disini. Namun ia tak khawatir karena ia akan jadi bagian dari salah satu perusahaan property besar di pulau ini. ia pun sudah mengantongi nomor yang telah Dion berikan padanya. mereka pun sudah janjian untuk melihat tempat yang akan dijadikannya kediaman disini. Orang yang dimaksud Dion ternyata menunggu di bandara yang memudahkan Dewi, karena tentu ia belum hapal wilayah ini. "bener mbak Dewi." seorang lelaki yang ditaksir usianya dibawah Dewi. "iya itu saya, saya Dewi." Ia mengajak berkenalan dengan menjabat tangan. "eh iya saya Andre mbak." Jawab Andre dengan sopan tapi tidak membalas jabatan tangan Dewi, yang tentu saja membuat sang wanita ini heran. "Maaf ya mbak, saya diperintahkan kalo mbak nya ngajak salaman saya nggak boleh balas." Ucapnya sambil menunduk, dan yan
Bagaskara's POV Aku terbangun di pagi yang cerah, rasanya sangat berat sekali untuk bangun dari tempat tidur ini. Jika bukan ada Mama yang datang dan mengetuk sejak tadi, aku akan tetap melanjutkan tidur. Tentu saja Mama akan mengamuk jika aku mengabaikannya, bisa-bisa aku jadi gelandangan. "ada apa sih pagi-pagi gini udah rusuh aja sih Mam?" ucapku kesal tatkala mendengar gedoran pintu yang tak kunjung berhenti. Hari ini jadwal untuk kerja sengaja kuminta dikosongkan karena tubuh ini juga butuh istirahat. apalagi beberapa hari belakangan energiku terkuras habis memikirkan wanita yang telah mencuri hati ini. Tapi sepertinya Mama nggak mungkin kalo cuma mau temu kangen sampe rusuh gini. "Ada apa sih maaaa?" tanyaku sedikit memasang wajah kesal. "Turun dalam waktu 5 menit, mama tunggu dibawah. ingat! hanya 5 menit untuk bersih-bersih dan langsung turun." Perintah Mama dengan wajah yang menahan amarah. "iya ma." Aku pun bergegas kekamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gig