Share

Tiga Puluh Empat

Pram menoleh pada Liana.

"Ayo, Sayang!"

Liana mendongak.

"Kemana?"

"Makan siang!" sahut Pram.

Liana gegas meraih hand bag-nya lalu menggandeng Pram keluar dari ruangan. Liana sama sekali tidak melirik ke arah Indriani, ia merasa kesal karena Pram membelanya di depan Kamila.

"Kenapa wajahmu muram?" tanya Pram di dalam lift.

"Ti-tidak, kenapa? Aku biasa saja!" sahut Liana sedikit gugup.

"Mau makan di mana?" tanya Pram.

"Kafe Ririn!" jawab Liana pelan.

"Tidak ingin makan di restoran lain?" tanya Pram lagi.

Liana menggeleng.

Pram menuruti keinginan Liana. 

Setibanya di kafe, Pram memilih ruangan vip. Ia ingin makan dengan tenang tanpa keramaian. Kafe Ririn selalu ramai jika jam makan siang tiba.

"Setelah makan aku ingin tetap di sini. Kau bisa jemput aku saat pulang," pinta Liana.

"Baiklah!" jawab Pram.

Keduanya makan tanpa banyak kata. Liana dan Pram sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Pram sed
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status