Share

Tulang Tubuh Wangi

Author: TRexMakassar
last update Last Updated: 2024-08-31 03:30:51

Malam itu, sebelum Aaron dan ILHAM berangkat menuju rumah gadis yang mereka tolong, Ustadz Abdullah memanggil mereka untuk menerima beberapa benda yang akan membantu dalam misi mereka. Ustadz Abdullah berdiri di depan mereka dengan tasbih di tangan, sebuah tasbih yang telah didoakan dengan doa-doa khusus.

"Ini bukan hanya sekadar tasbih biasa," ujar Ustadz Abdullah, suaranya lembut namun penuh kekuatan. "Setiap butiran tasbih ini telah didoakan dengan dzikir yang kuat, dan akan menjadi tameng kalian dari energi negatif yang kalian hadapi."

Aaron dan ILHAM mengambil tasbih itu dengan penuh rasa syukur. Namun, Ustadz Abdullah belum selesai. Dia mengeluarkan beberapa benda lain dari kotak kayu tua yang tampak kuno.

"Kaling gigi naga," Ustadz Abdullah menyerahkan sebuah benda kecil berbentuk taring yang diikat dengan tali hitam. "Ini adalah peninggalan dari leluhur kita, dipercaya memiliki kekuatan untuk menundukkan energi jahat yang berusaha melukai kalian."

Aaron memegang kaling gigi naga itu dengan hati-hati, merasakan getaran energi yang mengalir darinya. ILHAM, di sisi lain, menerima kalung kuku phoenix yang diberikan oleh Ustadz Abdullah. "Kalung ini terbuat dari kuku burung phoenix, yang diakui dalam kepercayaan kita memiliki kekuatan untuk memulihkan dan memperkuat tubuh serta jiwa."

Terakhir, Ustadz Abdullah menyerahkan dua cincin kuno, satu kepada Aaron dan satu kepada ILHAM. Cincin-cincin ini terbuat dari logam yang tampak sangat tua, dengan ukiran-ukiran aneh yang tidak dapat mereka kenali. "Ini adalah cincin artefak kuno penyimpanan tanpa batas. Apa pun yang kalian butuhkan dalam pertempuran, bisa disimpan dan diambil dari sini. Gunakan dengan bijaksana."

Aaron dan ILHAM tertegun sejenak, menyadari betapa pentingnya benda-benda ini untuk misi mereka. Mereka mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Abdullah sebelum mempersiapkan diri untuk pergi.

**

Malam telah jatuh ketika mereka tiba di rumah gadis itu. Rumah yang dulunya tampak hangat dan penuh kehidupan, kini tampak dingin dan gelap. Jendela-jendela tertutup rapat, dan hanya sedikit cahaya yang menerobos dari celah-celah tirai. Di luar, udara terasa berat, seperti ada sesuatu yang menekan jiwa mereka.

Aaron dan ILHAM melangkah masuk dengan hati-hati. Mereka bisa merasakan kehadiran sesuatu yang kuat dan jahat di dalam rumah itu. Mereka berdua mengeluarkan tasbih mereka, mengucapkan dzikir dalam hati, dan merasakan perlindungan dari benda-benda yang diberikan oleh Ustadz Abdullah.

Mereka segera menemukan gadis itu terbaring di kamar tidurnya, tampak lebih lemah daripada terakhir kali mereka melihatnya. Matanya tertutup, dan napasnya sangat lemah. Ayahnya duduk di sampingnya, wajahnya dipenuhi dengan rasa putus asa dan keletihan.

"Ayah, gadis ini sudah melewati batas kekuatannya. Kalian berdua harus meninggalkan rumah ini sementara waktu," kata Aaron dengan suara tenang namun tegas.

Ayah gadis itu menatap mereka dengan mata penuh air mata. "Aku tidak bisa meninggalkannya... dia satu-satunya yang kumiliki sekarang, setelah ibunya meninggal..."

Aaron merasakan simpati mendalam untuk pria itu, namun dia tahu bahwa mereka tidak bisa mengambil risiko. "Percayalah pada kami. Kami akan memastikan dia selamat. Tapi kalian harus meninggalkan tempat ini sekarang."

Akhirnya, ayah gadis itu mengangguk, meskipun dengan berat hati. Aaron dan ILHAM membantunya keluar dari rumah, membawa gadis itu ke tempat yang lebih aman sementara mereka mempersiapkan diri untuk menghadapi entitas yang bersembunyi di dalam.

Begitu mereka memastikan ayah gadis itu sudah cukup jauh, Aaron dan ILHAM kembali masuk ke dalam rumah. Mereka mengeluarkan cincin artefak kuno mereka, mempersiapkan segala perlengkapan yang mungkin mereka butuhkan, mulai dari jimat hingga senjata yang diberkahi dengan doa-doa khusus.

Saat mereka melangkah lebih dalam ke dalam rumah, mereka mulai merasakan kehadiran sosok yang merasuki gadis itu. Sosok itu tampak lemah, seperti sedang pulih dari pertempuran sebelumnya. Aaron menyadari bahwa ini adalah kesempatan yang tepat untuk memanfaatkan kelemahannya.

ILHAM, yang sekarang lebih percaya diri, mulai berbicara dengan entitas itu. "Kami tahu kau masih ada di sini. Kami tahu kau bukan sekadar roh biasa. Kau terikat pada seseorang, bukan? Seseorang yang mengendalikanmu."

Sosok itu tidak merespons, tetapi Aaron bisa merasakan bahwa entitas itu mendengarkan. ILHAM melanjutkan, "Kami bisa melepaskanmu dari ikatan itu, membebaskanmu dari kendali dukun yang mengikatmu. Tapi kami butuh informasi. Siapa dia? Siapa yang mengendalikanmu dan menyiksa gadis ini?"

Awalnya, tidak ada jawaban. Namun, setelah beberapa saat, bayangan di pojok ruangan mulai bergerak, membentuk sosok yang samar. Suara yang dingin dan terdistorsi akhirnya terdengar. "Mengapa aku harus percaya pada kalian? Apa yang kalian tahu tentang penderitaanku?"

Aaron menjawab dengan tenang, "Kami tidak tahu, tetapi kami bisa merasakannya. Kau dipaksa untuk melakukan ini, sama seperti gadis itu dipaksa untuk menderita. Kita bisa saling membantu. Katakan siapa yang mengendalikanmu, dan kami akan memastikan bahwa mereka tidak akan menyiksamu lagi."

Sosok itu tampak ragu, tetapi kemudian mulai berbicara. "Namanya Harjo. Dia adalah dukun yang memegang kendaliku, dan dia bekerja untuk seseorang yang lebih besar, seseorang yang sangat kuat dan kaya. Dia memiliki pengaruh besar di dunia manusia dan dunia gaib."

ILHAM mengangguk, mencatat nama itu dalam pikirannya. "Dan siapa pesaing bisnis ayah gadis ini? Siapa yang memerintahkan dukun itu untuk melakukan semua ini?"

Sosok itu tampak semakin lemah, suaranya hampir tak terdengar. "Namanya Budi Santoso. Dia adalah pengusaha kaya yang menginginkan kehancuran keluarga gadis ini untuk mengambil alih bisnis mereka. Dia menggunakan kekuatan gaib untuk mempercepat prosesnya."

Aaron dan ILHAM saling bertukar pandang, memahami betapa dalam dan gelapnya konspirasi ini. "Baik, kami akan menghentikan mereka," kata Aaron dengan suara penuh keyakinan.

Dengan informasi itu, Aaron dan ILHAM segera bergerak. Mereka tahu bahwa Harjo, sang dukun, tidak akan jauh dari rumah itu, menjaga pengaruhnya atas entitas yang dikendalikan. Menggunakan cincin penyimpanan mereka, mereka mengambil senjata dan jimat yang telah diberkahi, bersiap untuk menghadapi dukun tersebut.

Perjalanan mereka tidak memakan waktu lama sebelum mereka menemukan Harjo, bersembunyi di sebuah rumah kosong tak jauh dari rumah gadis itu. Dukun itu sedang melakukan ritual, mencoba memperkuat kendalinya atas entitas yang merasuki gadis tersebut.

Dengan tasbih di tangan dan dzikir yang terus dilantunkan, Aaron dan ILHAM menyerang dengan penuh keyakinan. Mereka memanfaatkan kelemahan Harjo yang tidak menyadari bahwa kekuatannya telah terungkap. Dengan menggunakan jimat dan senjata yang diberkahi, mereka berhasil melawan energi gelap yang dilontarkan oleh dukun itu.

Harjo mencoba bertahan, tetapi pada akhirnya, kekuatan gabungan Aaron dan ILHAM, didukung oleh benda-benda yang diberikan oleh Ustadz Abdullah, terlalu kuat untuknya. Dengan satu serangan terakhir yang disertai dengan doa-doa yang kuat, mereka berhasil mengalahkan Harjo, memutuskan ikatan yang dia gunakan untuk mengendalikan entitas tersebut.

Setelah Harjo jatuh, mereka kembali ke rumah gadis itu, di mana entitas yang merasuki gadis itu sudah tampak sangat lemah. Dengan ritual terakhir yang dipimpin oleh Aaron, mereka berhasil melepaskan entitas itu, membebaskannya dari penderitaannya. Gadis itu perlahan mulai sadar, tubuhnya yang lemah mulai pulih berkat kekuatan dari kalung kuku phoenix yang dipakaikan oleh ILHAM.

Namun, di balik semua ini, ada fakta mengejutkan yang baru mereka ketahui. Setelah semuanya berakhir, ayah gadis itu mengungkapkan bahwa keluarganya memiliki keunikan yang jarang ditemui. Istri dan putrinya memiliki tulang dan tubuh yang mengeluarkan aroma wangi yang sangat disukai oleh entitas gaib. Hal ini membuat mereka menjadi target bagi sosok-sosok penguasa di dunia gaib, yang menganggap aroma ini sebagai sesuatu yang sangat berharga dalam dunia pesugihan.

Aaron dan ILHAM menyadari betapa dalamnya bahaya yang dihadapi keluarga ini, dan betapa besar pengaruh dari aroma tersebut bagi mereka yang terlibat dalam dunia pesugihan. Namun, mereka berdua bersumpah untuk terus melindungi keluarga ini, dan dengan bimbingan Ustadz Abdullah, mereka akan memastikan bahwa tidak ada lagi kekuatan jahat yang akan mengganggu mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Di Balik Bayangan Makassar: Petualangan Aaron & ILHAM   Tantangan itulah yang membuat kita tumbuh

    Azan dan Zahra bersiap dengan keyakinan yang besar, bersandar pada semua pelajaran yang telah mereka terima dari Ustadz Abdullah, orang tua mereka, dan juga pengalaman latihan keras di padepokan. Sebelum keberangkatan mereka, di hadapan orang tua dan semua yang hadir di padepokan, Azan dan Zahra mengulurkan tangan, masing-masing melafalkan doa perlindungan dan kekuatan yang pernah diberikan oleh Ustadz Abdullah dan semua wali gaib yang mengawasi mereka.Azan memandang wajah-wajah penuh kasih di sekelilingnya, terutama pada Aaron dan Aisyah, yang terlihat campur aduk antara haru dan bangga. "Ayah, Ibu, semua… ini bukanlah perpisahan. Kami hanya melanjutkan perjalanan yang sudah Ayah dan Ibu mulai," kata Azan dengan nada tegas.Aaron tersenyum dan memegang bahu Azan dengan erat. “Anakku, kekuatan bukan hanya soal apa yang bisa kau lakukan. Kekuasaan terbesar adalah menjaga keseimbangan dan kebijaksanaan dalam setiap langkah. Ingatlah itu.”Zahra

  • Di Balik Bayangan Makassar: Petualangan Aaron & ILHAM   Raden Mahesa, penguasa bayangan

    Setelah pertempuran besar yang mereka menangkan di dalam kuil, Azan dan Zahra akhirnya melangkah keluar dengan sisa-sisa kekuatan yang masih terasa di sekitar mereka. Hembusan angin malam berhembus pelan, seolah mengucapkan selamat kepada mereka atas kemenangan yang telah mereka raih. Tetapi di sisi lain, ada keheningan yang tidak biasa di sekitar, yang membuat mereka merasa ada sesuatu yang tidak selesai.Zahra menyeka peluh di dahinya, lalu memandang kakaknya dengan cemas. “Kak, meskipun kita berhasil mengalahkan sosok itu, aku merasa bahwa ini bukanlah akhir dari semuanya.”Azan terdiam sesaat, memandang ke arah kuil yang semakin suram di belakang mereka. "Aku merasakan hal yang sama. Energi kegelapan yang selama ini kita rasakan masih ada di dunia ini, meskipun sosok itu telah hancur. Ada yang lebih besar lagi di balik semua ini, dan kita harus siap menghadapi apa pun yang datang.”Dengan tekad yang semakin kuat, mereka melanjutkan perjalan

  • Di Balik Bayangan Makassar: Petualangan Aaron & ILHAM   Ancaman gaib

    Ketika Azan dan Zahra keluar dari gua, mereka disambut dengan ketenangan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Energi yang sebelumnya bergejolak di sekitar pegunungan itu kini berangsur damai, dan suara angin yang mengalun membawa bisikan ketenangan yang hampir magis. Keduanya duduk di tepi tebing, menikmati pemandangan hamparan hijau yang luas di bawah mereka.“Rasanya seperti beban besar baru saja diangkat dari bahu kita,” kata Zahra sambil memandang jauh ke cakrawala.Azan tersenyum, menoleh pada adiknya yang tampak tenang. “Kau benar, Zahra. Tapi perjalanan kita belum selesai. Kita masih punya banyak tanggung jawab dan janji untuk menegakkan keseimbangan di dunia ini.”Zahra menatap kakaknya dengan penuh kesungguhan. “Aku siap, Kak. Apa pun yang terjadi, kita akan melakukannya bersama-sama.”Mereka beristirahat sebentar, lalu mulai menuruni gunung untuk melanjutkan perjalanan. Selama perjalanan, mereka mendap

  • Di Balik Bayangan Makassar: Petualangan Aaron & ILHAM   osok gaib berwujud pria tua

    Setelah pertempuran sengit di desa kecil yang diteror oleh Bayangan Kelam, Azan dan Zahra melanjutkan perjalanan mereka ke arah barat, melewati hutan belantara yang dipenuhi suara-suara burung eksotis dan pohon-pohon raksasa yang menjulang tinggi. Keduanya merasakan sesuatu yang berbeda—seperti keberanian baru yang membara dalam diri mereka. Bayangan Kelam yang baru saja mereka hadapi hanyalah permulaan dari serangkaian tantangan yang akan datang.Selama perjalanan, Azan dan Zahra semakin memperkuat ikatan kekuatan mereka. Meskipun usia mereka masih muda, kemampuan mereka jauh melebihi siapa pun yang pernah mereka kenal, bahkan ayah dan ibu mereka, Aaron dan Aisyah. Berkat bimbingan sejak dini, keduanya telah memahami cara menggabungkan kekuatan mereka dengan efisien, menciptakan energi yang sangat dahsyat yang bahkan dapat menghancurkan makhluk-makhluk gaib yang lebih tua dan kuat.Suatu malam, ketika mereka beristirahat di tepi sebuah danau yang tenang dan berk

  • Di Balik Bayangan Makassar: Petualangan Aaron & ILHAM   Perjalanan Azan & Zahra

    Azan dan Zahra terus berjalan melintasi berbagai daerah. Setelah sebulan meninggalkan padepokan, mereka telah melewati hutan-hutan lebat, lembah-lembah curam, dan desa-desa kecil yang terkadang dihuni oleh manusia dan kadang-kadang oleh makhluk-makhluk gaib. Mereka belajar untuk membedakan mana yang nyata dan mana yang ilusi, mengandalkan insting, latihan, serta kekuatan batin yang mereka peroleh selama bertahun-tahun. Perjalanan mereka menjadi tidak hanya perjalanan fisik, tetapi juga batiniah.Suatu malam yang tenang, mereka tiba di sebuah desa kecil di tepi sungai yang luas dan deras. Saat mereka masuk ke desa, mereka melihat bahwa tempat itu tampak sangat sepi, seperti semua penduduknya hilang atau bersembunyi.Zahra melihat ke sekeliling dan bergidik. "Azan, tempat ini aneh. Rasanya… seakan ada sesuatu yang menunggu di balik bayangan."Azan menatap lurus ke depan, seolah merasakan hal yang sama. "Ya, Zahra. Aku juga merasakannya. Seperti ada sesuatu

  • Di Balik Bayangan Makassar: Petualangan Aaron & ILHAM   Perpisahan dan Petualangan Baru

    Angin pagi berhembus lembut di padepokan. Di halaman utama, Zahra dan Azan berdiri tegak, siap memulai perjalanan panjang yang sudah lama mereka rencanakan. Usia mereka kini sepuluh tahun, namun kekuatan dan kebijaksanaan mereka sudah melampaui siapa pun di sekitarnya. Semua orang di padepokan, termasuk Aaron, Aisyah, ILHAM, Ustadz Abdullah, Samira, dan Putri Khadijah, berkumpul untuk mengantar mereka pergi.Aaron memandang kedua anaknya dengan tatapan campuran antara bangga dan cemas. "Kalian yakin ingin melakukan ini sendirian?" Azan tersenyum kecil, matanya memancarkan ketenangan. "Ayah, perjalanan ini adalah sesuatu yang harus kami lakukan. Ada jawaban di luar sana yang hanya bisa kami temukan sendiri." Aisyah menarik napas panjang, mencoba menyembunyikan kekhawatirannya. "Tapi kalian masih begitu muda…" Zahra melangkah maju dan menggenggam tangan ibunya. "Kami sudah siap, Ibu. Dan kami tidak akan benar-benar pergi tanpa meninggalkan sesuatu." Azan mengangkat tangannya, dii

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status