Share

Bab 173

Author: Zayba Almira
last update Last Updated: 2025-04-18 17:07:57

Pagi berikutnya, cahaya mentari menembus celah jendela safehouse, membawa secercah harapan sekaligus urgensi baru.

Clara sudah bersiap lebih awal—setelan jas rapi, setumpuk map, dan flash drive berisi video pengintaian yang semalam dibocorkan ke media.

Di ruang konferensi bersama tim hukum internasional melalui sambungan video, ia membuka sesi dengan tegas:

“Rekaman blackout dan gangguan logistik kemarin memperlihatkan betapa rentannya kendali organisasi bayangan."

"Dengan bukti ini, kami mohon agar sanksi segera diterapkan: pembekuan aset, pelarangan perjalanan, dan penahanan sementara bagi pejabat yang terlibat.”

Para delegasi tampak terkejut oleh sinergi antara serangan siber lapangan dan dokumentasi hukum yang lengkap. Ketua tim hukum mengangguk mantap,

“Kami akan menyiapkan perintah eksekutif hari ini juga. Selain itu, permintaan akses ke lokasi penyimpanan dokumen mereka juga diajukan—kami butuh bukti fisik untuk memperkuat dakwaan.”

— Di Lapangan Operasi —

Sementara Clara me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 174

    Fajar baru saja mengintip di balik bayang-bayang gedung-gedung tinggi, ketika Clara terjaga dari peraduannya. Meski malam terasa singkat, tubuh dan pikirannya dipenuhi energi baru—energi yang lahir dari keberhasilan tim dalam menyergap gudang dokumen hitam, serta dorongan moral untuk membuktikan kebenaran kepada dunia. Dalam remang lampu hangat ruang aman, ia menyiapkan diri: menyusun kembali berkas-berkas, memeriksa flash drive, dan mengabsen daftar saksi kunci yang akan dihadirkannya di pengadilan.Di meja kayu panjang, deretan map berwarna-warni tersusun rapi sesuai kronologi peristiwa: dari suntikan dana fiktif, penunjukan kontrak, intrusion siber yang hampir berhasil menutup jejak, hingga rekaman rapat rahasia yang mengkoordinasi penutup mulut. Setiap file digital, setiap halaman tercetak, menunggu giliran untuk dihadirkan di muka hakim. Clara menghela napas dalam, lalu menatap papan catatan di dinding: “Hari ini, semua mata akan tertuju ke babak baru.” Ia mengernyitkan ken

    Last Updated : 2025-04-18
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 175

    Malam beringsut pelan, menebar keheningan tipis di atas kota yang baru saja gempar oleh putusan penahanan sementara. Clara duduk sendiri di ruang dokumentasi, menelaah laporan update dari tim hukum: surat perintah penahanan sudah diterima, daftar nama tersangka diperluas—namun di sela laporan itu muncul catatan baru, bahwa satu saksi pelindung mereka, Rainer, tiba-tiba menghilang dari lokasi aman.Jantung Clara berdebar kencang. “Bagaimana mungkin?” gumamnya, menatap layar monitor. Tim intel segera mengonfirmasi: kendaraan yang membawa Rainer dipancing keluar jalur oleh tim tak dikenal. Ia kini hilang tanpa jejak. Tanpa menunggu lebih lama, Clara menghubungi Kieran.— Di Safehouse, Tengah Malam —Kieran tersentak bangun ketika ponselnya berdering. “Clara?” suara tegasnya penuh kekhawatiran. Clara menjelaskan situasi hilangnya Rainer. “Ini serangan balasan—mereka tak hanya bermain di pengadilan, tapi juga menarget orang-orang yang berani bicara,” ujarnya. Kieran langsung menggera

    Last Updated : 2025-04-19
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 176

    Pagi yang cerah membawa harapan baru, meski bayang-bayang ancaman masih terus menghantui. Safehouse yang semula tenang kini dipenuhi dengan hiruk-pikuk persiapan. Setiap langkah direncanakan dengan hati-hati, setiap gerakan dipikirkan dengan cermat. Clara, Kieran, dan tim lainnya kini berada di titik penting—tempat di mana kebenaran akan segera diungkap, namun dengan resiko yang semakin besar.Pagi itu, Clara berdiri di depan jendela ruang briefing, menatap jalanan yang ramai di bawah. Meskipun sinar matahari menyinari setiap sudut kota, ada sesuatu yang menekan, membuat suasana terasa tegang. Kieran memasuki ruangan, disusul oleh Rafi yang membawa beberapa berkas dan tablet. "Clara," kata Kieran, suaranya tegas namun penuh perhatian, "kami siap untuk langkah selanjutnya."Clara menoleh dan mengangguk, merasakan beban yang tak terlihat di pundaknya. "Apa yang kita miliki?"Rafi membuka tablet dan menunjukkan peta dengan beberapa titik merah yang menunjukkan lokasi-lokasi yang kem

    Last Updated : 2025-04-19
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 177

    Malam bergulir semakin larut, namun di dalam safehouse, lampu‑lampu kecil tetap menyala bak bintang di ruang tanah lapang—menjadi penanda bahwa perjuangan belum usai. Clara berdiri di sudut ruangan briefing, menahan sakit di hatinya ketika ingat ledakan yang menghantam Kieran. Sinyal radio tim di lapangan masih terputus, dan rasa takut beradu dengan tekad.“Tolong, kirimkan tim pencarian kedalam kabut,” bisiknya pada Rafi, yang segera menghidupkan layar pemantau drone. Di layar, gumpalan kabut tipis menutupi area markas musuh, memaksa drone mengitari perimeter. “Aku perlu tahu bahwa Kieran masih hidup,” tambah Clara, suaranya bergetar.— Kehadiran Aliansi Misterius —Tiba‑tiba, terdengar ketukan halus di pintu samping. Satu sosok muncul di ambang—seorang wanita bertopi fedora, mantel panjang menutupi siluetnya. “Maaf ganggu, aku punya informasi,” ujarnya pelan. “Nama saya Marina. Aku baru saja keluar dari sel bayangan mereka.”Clara menatap curiga, namun satu tatapan Marina—mata h

    Last Updated : 2025-04-21
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 178

    Embun pagi masih membasahi daun ketika tim Karbon kembali ke safehouse, membawa reagen berbahaya dan sang teknisi penanggung jawab fasilitas biologis. Cara penyergapan itu menguras energi, namun di balik kelelahan terpatri seonggok keyakinan: mereka telah mematahkan ancaman nyata yang bisa melumpuhkan ribuan nyawa.— Konsolidasi Bukti dan Strategi Selanjutnya —Di ruang dokumen, Clara memimpin rapat singkat. Meja dipenuhi reagen hijau yang kini diamankan dalam tabung kedap, dokumen produksi virus, hingga nota perintah rahasia yang bocor dari laboratorium. “Kita punya bukti fisik dan digital—streaming CCTV lorong, rekaman teknisi, hingga sampel laboratorium,” jelasnya. Ia menandai peta dunia, menghubungkan lokasi fasilitas primer, cadangan, dan jalur distribusi mereka. “Tugas kita selanjutnya adalah memutus segala rantai—mulai dari jaringan ilmiah jahat hingga kaki tangan logistik.”Kieran, meski masih dalam perban, ikut berdiskusi. “Interpol sudah kirim unit forensik internasiona

    Last Updated : 2025-04-21
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 179

    Kabut pagi masih menyelimuti jalanan ketika tim Karbon bersiap meninggalkan safehouse untuk menuju gedung Pengadilan Internasional. Rombongan mobil taktis meluncur perlahan, menyusuri jalan raya yang kini dijaga ketat pasukan PBB dan Europol. Di dalam mobil paling depan, Clara menatap cermin spion—melihat bayang-bayang pepohonan yang terangkat sejenak oleh lampu sorot lalu kendaraan rombongan. Ia menarik napas dalam, lalu menegaskan di hatinya: ini hari paling krusial.— Panggung Sidang Puncak —Di aula sidang, kursi-kursi tersusun rapi—barisan saksi ahli, delegasi negara, dan kerumunan jurnalis internasional sudah berkumpul. Clara melangkah mantap ke podium, di tangan kiri terdapat berkas dakwaan biologis yang tebal sekali. Di layar besar, grafis tentang rencana penyebaran virus, rekaman teknisi, hingga hasil uji lab independen semua menanti untuk diputar.Hakim ketua mengetuk palu, menandai dimulainya babak baru: dakwaan senjata biologis dan kejahatan kemanusiaan. Suara Clara m

    Last Updated : 2025-04-22
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 180

    Fajar keemasan menembus jendela aula pengadilan, menyinari wajah-wajah tegang yang masih terpaku menanti putusan. Clara berdiri di samping Kieran, Nadia, Marina, dan sejumlah saksi ahli, masing‑masing menyimpan harap bahwa seluruh rangkaian kejadian akan mendapatkan keadilan.— Pembacaan Putusan —Hakim mengetuk palu dengan suara mantap. “Setelah mempertimbangkan seluruh bukti dan kesaksian, Pengadilan Internasional menyatakan terdakwa—mantan pejabat X, CEO perusahaan farmasi bayangan, serta ilmuwan utama—bersalah atas tuduhan penggunaan senjata biologis, pengkhianatan,""dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Semua terdakwa dijatuhi hukuman penjara maksimal dan denda besar, serta aset mereka disita penuh untuk kompensasi korban.”Kerumunan meledak dalam tepuk tangan tertahan; beberapa delegasi saling menyalami, mata Clara berkaca-kaca karena lega. Kieran memeluknya sebentar, menegaskan, “Kebenaran menang.”— Pembebasan dan Pemulihan —Di luar gedung, tim Karbon menyaksikan Belanda—mar

    Last Updated : 2025-04-22
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 181

    Hujan turun deras malam itu. Langit kelabu seakan menjadi pertanda bahwa badai yang lebih besar sedang menanti Clara dan Kieran. Mereka duduk berdampingan di dalam mobil hitam yang terparkir di ujung jalan, tak jauh dari markas tersembunyi organisasi yang selama ini menghantui hidup Kieran.“Kamu yakin ingin melakukannya malam ini?” tanya Clara pelan, suaranya nyaris tenggelam dalam suara rintik hujan di kaca depan.Kieran menoleh padanya. Mata pria itu menunjukkan tekad, tapi juga ada kekhawatiran yang tak bisa ia sembunyikan. “Kalau kita menunggu lebih lama, mereka akan bergerak lebih dulu. Dan kita tak akan sempat menyelamatkan apa pun.”Clara mengangguk, menggenggam tangan Kieran erat. “Kalau begitu, kita hadapi ini bersama.”Kieran menatap jemari mereka yang saling menggenggam, lalu mencium punggung tangan Clara dengan lembut. “Apa pun yang terjadi nanti, aku ingin kamu tahu… aku mencintaimu. Dan aku tidak menyesal telah membawamu sejauh ini.”Clara tersenyum, meski hatinya be

    Last Updated : 2025-04-23

Latest chapter

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 204

    Pagi itu, langit bersih tak berawan. Clara berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya dengan jepit bunga kecil yang pernah diberikan Luna. Gaun putih polos yang ia kenakan melambai pelan tertiup angin dari jendela yang terbuka. Di luar, terdengar suara tawa anak-anak dan gesekan sapu dari halaman.Kieran muncul di ambang pintu, mengenakan kemeja linen abu-abu dan celana panjang krem. Wajahnya teduh, matanya tak lepas dari sosok istrinya.“Kau masih secantik hari pertama kita bertemu,” ucapnya.Clara berbalik dan tersenyum. “Dan kau masih pandai membuatku lupa bagaimana caranya merasa takut.”Hari itu bukan hari biasa.Hari itu, mereka akan meninggalkan sesuatu yang lebih besar dari rumah pesisir mereka: sebuah nama, sebuah harapan, sebuah warisan.1. Simposium PerdamaianTenda besar didirikan di lapangan terbuka, tak jauh dari rumah mereka. Bangku-bangku kayu disusun rapi, dihiasi bunga kering dan anyaman daun.Orang-orang dari berbagai komunitas netral datang: dari barat yang pern

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 203

    Fajar menyelinap di sela tirai linen, menorehkan cahaya emas ke dinding rumah kayu mereka. Clara sudah terjaga, duduk di meja kecil menghadap jendela, menggambar dengan pensil arang di buku sketsanya. Di halamannya, tergambar wajah Luna yang sedang tertawa sambil memeluk tanaman rosemary.“Sudah pagi?” suara Kieran serak dari belakang.“Sudah,” jawab Clara tanpa menoleh. “Dan aku tak ingin melewatkan satu pun pagi bersamamu.”Ia menutup buku sketsa pelan. “Kita pernah hidup dalam hari-hari yang penuh bahaya. Tapi sekarang, setiap pagi seperti surat cinta dari semesta.”Kieran menarik kursi dan duduk di sampingnya. Ia mengambil tangan Clara dan mengecupnya dengan tenang.“Dan surat itu,” bisiknya, “kutulis ulang setiap hari... dalam detak jantungku.”1. Panggilan dari KotaDi tengah kesederhanaan itu, Aretha muncul dalam bentuk hologram kecil di ruang tamu.“Ada komunikasi dari Pusat Penyelaras Sipil. Mereka ingin mengundang Tuan dan Nyonya untuk berbicara dalam simposium tentang rek

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 202

    Langit di atas rumah pesisir itu bersih tak berawan, hanya sapuan tipis putih awan yang mengambang seperti mimpi yang tak ingin pergi. Clara berdiri di tepi tebing kecil yang menghadap langsung ke laut lepas, mengenakan gaun linen putih yang berkibar lembut ditiup angin. Di tangannya sebuah surat tua yang mulai menguning, ditulis tangan oleh Ayla—teman mereka yang telah pergi, namun meninggalkan warisan kenangan yang tak ternilai.“Dia menulisnya dua hari sebelum pengkhianatan terakhir di pusat markas,” ucap Kieran, yang berdiri beberapa langkah di belakangnya, membawa dua cangkir teh jahe hangat.Clara menoleh, menerima cangkirnya, dan tersenyum tipis. “Isi surat ini bukan sekadar perpisahan. Ini... seperti mandat untuk kita melanjutkan sesuatu.”Mereka duduk di bangku kayu yang menghadap laut, tempat favorit mereka setiap pagi. Angin membawa aroma garam, suara debur ombak, dan kicau burung camar—simfoni kehidupan baru yang jauh dari suara ledakan dan sandi-sandi perang.1. Rencan

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 201

    Mentari pagi menyembul perlahan dari balik bukit, membasuh langit dengan semburat keemasan. Clara membuka jendela besar di rumah pesisir yang mereka bangun bersama—sebuah rumah kecil bercat putih dengan atap biru laut, menghadap langsung ke samudra yang berkilauan.Angin membawa harum garam dan bunyi debur ombak ke dalam ruangan, membelai rambutnya yang tergerai. Kieran muncul dari belakang, mengenakan sweater tipis, lalu melingkarkan kedua lengannya ke pinggang Clara.“Tempat ini seperti mimpi,” bisik Clara.“Bukan mimpi lagi,” sahut Kieran pelan. “Ini kenyataan yang kita bangun sendiri.”1. Hari Tanpa TugasUntuk pertama kalinya sejak sekian lama, mereka tidak diburu jadwal, tidak ada sistem yang harus diperbaiki, tidak ada kode berbahaya yang perlu dibongkar. Hanya mereka berdua, dan waktu yang terasa melambat.Kieran membuatkan sarapan: roti panggang, telur mata sapi, dan teh herbal yang dulu biasa mereka minum di tengah operasi markas. Clara tertawa kecil saat Kieran berjuang

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 200

    Keterang hijau dawn lampu kota memudar perlahan ketika Clara dan Kieran menutup pintu ruang komando untuk malam terakhir mereka. Dua raga yang lelah, dua hati yang penuh luka—namun juga dua jiwa yang tumbuh lebih kuat oleh cinta dan persatuan.Mereka berjalan bergandengan menuju balkon atap, tempat bintang dan langit pagi menyambut. Aroma kopi hangat dan uap hujan semalam masih terasa, menambah kesyahduan momen."Kita berhasil," ucap Clara pelan, menatap wajah Kieran yang terpantul oleh kilau lampu jalan."Ya," jawab Kieran sambil membelai rambut Clara. "Ini hari terakhir konflik besar yang kita hadapi bersama. Sekarang kita punya kehidupan baru."1. Lambang Cincin Batu LautClara mengeluarkan kotak kecil berisi sepasang cincin sederhana: cincin Kieran terukir peta pulau tempat mereka berbulan madu, cincin Clara berhiaskan kelopak bunga liar yang mereka kumpulkan di dermaga malam itu."Ini lambang kisah kita," Clara berkata sambil menyematkan cincin pada jari Kieran. "Petualangan, ba

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 199

    Senja malam merayap cepat di cakrawala ketika Kieran, Clara, dan Samantha kembali ke ruang komando. Peta tiga dimensi Veritas terpancar di layar hologram—jalur pelayaran, lokasi gudang distribusi, dan rute pengiriman vektor biologis. Aretha mengatur status pra-serangan."Data Samantha sangat akurat," ucap Clara sambil menunjuk titik koordinat pelabuhan gelap. "Jika kita potong jalur itu, kita hentikan penyebaran sebelum dimulai."Kieran memekikkan jempol. "Kita butuh tim laut dan tim darat bekerja serentak. Clara, kamu dan Samantha tangani tanah: infiltrasi gudang distribusi. Aku pimpin tim laut ke kapal yang akan dipakai Veritas."Samantha menarik napas dalam. "Aku akan bawa logistik. Aku tahu rutenya—dari gudang mereka ke kapal selam kecil yang tersembunyi di Teluk Barat."1. Persiapan Dua FronDua tim bergerak:Tim Darat (Clara & Samantha): Menyusup ke gudang tersembunyi di pelabuhan tua, mengambil sample vektor, dan menanam perangkat remote dieback.Tim Laut (Kieran): Mengikuti

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 198

    Bayang malam masih menempel di kaca jendela, tetapi di hati Clara dan Kieran, ada kilatan cahaya baru yang menuntun mereka melewati lorong gelap. Setelah ujian kepercayaan dengan Arion, dua insan ini memerlukan waktu untuk sekadar berdua—melepaskan beban dan mengingat kembali janji yang pernah mereka ukir.1. Senandung Hening di BalkonMereka kembali ke balkon markas, memandangi kota yang gemerlap oleh lampu. Angin malam menyapu pelan—seperti menggoda daun-daun malu untuk menari.Clara menggenggam secangkir cokelat hangat, nafasnya mengepul di udara dingin. Kieran duduk di sampingnya, merangkul bahu Clara dengan lembut. “Aku tahu malam ini berat,” bisiknya. “Tapi aku senang kau di sini bersamaku.”Clara menoleh, tersenyum kecil di balik kerlip lampu kota. “Aku juga. Rasanya, untuk pertama kalinya sejak lama, aku merasa kita tidak sendirian dalam pertarungan ini.”2. Jejak Pelukan di Tengah KekalutanKieran meraih tangan Clara—sentuhan yang sederhana, namun penuh makna. “Clara,” ka

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 197

    Setelah ledakan bawah laut menghancurkan terowongan Genesis dan paket data palsu mengguncang Nexus, Kieran dan Clara kembali ke markas. Namun suasana di ruang komando terasa berbeda—tegang, penuh tatapan curiga. Clara menatap layar besar di dinding yang menampilkan alur operasi. Lampu-lampu hijau yang sebelumnya menandai keberhasilan, kini beberapa berkedip merah. Aretha tiba-tiba bersuara: > “Terdeteksi manipulasi data internal. Jejak akses terakhir oleh user Arion. Hasil autentikasi: user terverifikasi sebagai bagian tim inti Anda.” Kieran menahan napas. Arion—nama itu milik letnan lapangan yang selama ini paling setia. Ia menoleh ke Clara, mata mereka bertemu penuh kecemasan. “Arion?” gumam Clara. “Dia tidak mungkin…” Mereka segera menyusuri jejak digital. Aretha memproyeksikan peta pola jaringan: Arion mengirim sinyal enkripsi kuat ke server Veritas tepat setelah mereka menutup tambang Genesis. Lebih mengejutkan, ia mencabut modul komunikasi tim, memotong akses drone peny

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 196

    Fajar menyingsing perlahan ketika Kieran dan Clara tiba di markas rahasia mereka, membawa Sierra yang masih terguncang. Di lorong berpendar lampu putih, mereka berjalan serempak menuju ruang interogasi kecil—meja logam, tiga kursi, dan satu kursi roda.Clara membuka borgol Sierra dengan hati-hati. Sierra menatap kelelahan, matanya merah, bibirnya retak. Kieran dan Clara duduk berhadap-hadapan, menunggu Sierra bicara."Aku... tak bermaksud menghancurkan semuanya," suara Sierra gemetar. "Aku butuh uang untuk melarikan diri. Mereka menjanjikan kebebasan."Clara mencondongkan badan. "Siapa yang menjanjikan? Nexus Corp? Atau tangan bayangan lain?"Sierra menunduk. "Bukan hanya Nexus. Ada inisiator baru—organisasi yang membeli data Nexa untuk kemudian memanipulasi sisa-sisa penelitian. Mereka menyebut diri mereka Veritas.""Mereka kebal hukum, beroperasi di balik korporasi sah."Kieran meremas pegangan kursi. "Veritas... nama yang menipu. Mereka klaim menegakkan kebenaran, tapi ini cuma ke

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status