Share

Ada Tamu Tak diundang

“Abang mau apa?” tanyaku dengan manik mata membesar yang sudah seperti ingin keluar.

“Melepas batasan di antara kita,” ucapnya dengan wajah datar. Tangannya tepat berada di samping kepalaku, sedang aku sudah sampai bersandar ke dinding.

“Memangnya bisa?”

“Kamu meragukanku Kiran?” Dia malah semaikin mendekatkan diri padaku.

Entah kenapa mendengarnya begitu, aku malah ingin tertawa, mengingat kejadian di malam pertama kami, dia begitu gugup, duduk dengan kedua kaki berimpit di bibir ranjang, masih kuingat dengan jelas semuanya.

“Kenapa senyum-senyum?”

“Enggak apa-apa, Sayang.” Lagi-lagi aku tak dapat menahan senyumku agar tak merekah.

“Kenapa kamu jadi lebih sering manggil sayang duluan Kiran, padahal dulu kamu begitu cuek.”

“Dari pada Abang, sebelum nikah perhatian udah nikah istri sendiri dianggurin.”

“Memangnya maunya di apelin? Kan udah serumah.”

“Ihh tau ah abang ini bikin kesel aja.” Saking kesalnya aku sampai tak menyadari kalau bibirku sudah maju beberapa senti.

“Ih jelek banget
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status