Beranda / Romansa / Di Balik Wajah Sang Miliuner / Bab 3. Diantara Kematian Dan Dendam

Share

Bab 3. Diantara Kematian Dan Dendam

Penulis: Miarosa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-09 10:47:22

Tangan Valeria gemetar memegang ponselnya.

"Jadi dia yang membunuh Alejandro?" tanyanya dengan suara yang hampir berbisik.

" Ya. Berdasarkan bukti video dan laporan lalu lintas. Kami akan segera melanjutkan proses hukumnya."

Valeria memutus sambungan tanpa berkata apa pun. Ponselnya jatuh ke lantai dan ia menatap kosong ke depan, lalu perlahan napasnya berubah menjadi isakan penuh amarah.

"Daniel Delaluca, kamu sudah menghancurkan hidupku," gumamnya diantara tangis.

***

Keesokan harinya wajah tampan Daniel Delaluca terpampang di layar televisi bersama headline besar.

PENGUSAHA MUDA TERSANGKA KECELAKAAN MAUT YANG MENELAN KORBAN ALEJANDRO RAMIREZ, TUNANGAN DARI VALERIA DUARTE

Berita itu menyebar cepat. Semua saluran televisi nasional membicarakannya, surat kabar mencetak foto mobil yang hancur, dan media sosial dipenuhi dengan komentar pedas.

"Orang kaya seenaknya di jalan, nyawa orang lain jadi taruhan."

"Keadilan harus ditegakkan! Jangan sampai uang menutupi keadilan!"

Valeria menatap layar TV di ruang keluarga dengan tatapan marah. Pesan masuk pribadi terus berdatangan untuk Valeria untuk mengucapkan duka cita, selain pesan pribadi, ucapan duka cita juga mengalir deras di sosial media miliknya.

Don Esteban mematikan televisi dengan wajah muram.

"Sayang, jangan terlalu memikirkan itu dulu. Kamu masih berduka."

Valeria menatap ayahnya dengan mata yang berbeda, tajam, dan dingin.

"Tidak, Pa. Aku ingin tahu kebenaran sampai akhir. Aku tidak akan biarkan orang itu hidup tenang setelah membunuh Alejandro."

Veronika kembali menyentuh bahu putrinya berusaha meredakan emosi dan menguatkan Valeria.

"Valeria, dendam tidak akan membawa Alejandro kembali."

Valeria berdiri dan melangkah ke kamarnya, meninggalkan kedua orang tuanya dalam keheningan.

***

Beberapa hari kemudian di rumah sakit San Felipe, Alejandro menyusuri lorong panjang yang sekarang terasa asing. Ia tidak tidur dan tidak makan hanya mengembara dari satu ruangan ke ruangan lain, menatap dunia tanpa bisa menyentuhnya lagi.

Hingga suatu malam, langkahnya berhenti di depan ruang perawatan intensif. Di dalamnya ada seorang pria muda terbaring tak sadarkan diri dengan wajah yang penuh luka dan alat bantu pernapasan menutupi hidungnya. Nama di papan di samping tempat tidur itu membuat arwah Alejandro terpaku.

Daniel Delaluca.

Rasa amarah sempat membuncah di dalam dirinya ternyata pria itu yang sudah membuatnya meninggal, tapi ketika ia menatap wajah pria itu lebih dekat lagi, ada sesuatu yang aneh terjadi. Tubuh halusnya terasa tertarik seperti ada kekuatan tak kasatmata yang menghisapnya perlahan.

"Apa yang ....," suaranya tercekat dan tubuhnya mulai bergetar.

Dalam sekejap, dunia di sekelilingnya berputar-putar, lalu ia mendengar suara napas berat, jantung berdetak keras, dan rasa sakit yang nyata menyergapnya kembali.

Alejandro membuka mata dan sejak kematian untuk pertama kali ia bisa merasakan udara di paru-parunya. Ia melihat tangannya, tapi bukan tangannya.

Kulitnya lebih kasar, berbalut perban, dan tubuhnya terasa asing.

Ia menoleh ke kaca di sebelah ranjang dan nyaris tidak percaya dengan refleksi yang menatap balik kepadanya. Wajah yang dicermin bukanlah wajah Alejandro melainkan wajah Daniel Delaluca.

Napasnya memburu. "Apa yang terjadi padaku?"

Dalam kepanikan itu ia mendengar bisikan samar. Suara yang sama dengan pria berjubah abu-abu sebelumnya.

"Kamu memilih untuk tetap tinggal, Alejandro, dan dunia memilih jalan bagi janjimu, tapi ingat jiwa yang menempati tubuh bukan miliknya akan menanggung beban dua kehidupan."

Alejandro memejamkan matanya. Ia tidak tahu apakah ini hukuman atau kesempatan kedua, karena yang ia tahu hanya satu, yaitu ia hidup lagi, meskipun bukan di dalam tubuhnya sendiri dan di luar sana, Valeria masih menangis untuknya.

Dengan suara serak, Alejandro berbisik lirih ke udara kosong, "Tunggu aku, Valeria! Kali ini aku akan menepati janji itu."

Perawat yang sedang mencatat tekanan darah di meja ujung ruangan tiba-tiba mendongak.

"Tunggu, apakah tadi dia….?" Ia mendekat, menatap tubuh pasien dengan mata melebar. "Tuan Delaluca?"

Perawat berteriak kecil dan hampir menjatuhkan clipboard dari tangannya. "Dokter! Cepat ke sini! Pasien telah sadar!" serunya kegirangan.

Dalam hitungan detik, dua perawat dan seorang dokter berjas putih bergegas masuk. Dokter Moreno yang selama dua Minggu memantau pasien koma itu langsung memeriksa denyut nadi dan pupil matanya.

"Tidak mungkin," gumamnya terkejut. "Dia

benar-benar sadar!"

Alejandro yang masih kebingungan di tubuh Daniel menatap sekeliling dengan napas memburu. Ia menatap dokter di depannya dengan tatapan bingung.

Dokter Moreno memandang perawatnya tidak percaya. "Tekanan darahnya normal dan saturasi oksigennya stabil. Semua fungsi vitalnya aktif! Ini luar biasa!" Ia menggeleng pelan. "Pasien ini mengalami cedera otak parah, bahkan nyaris tidak ada harapan."

Perawat lain mendekat dengan rasa haru. "Apakah ini keajaiban, Dok?"

Dokter Moreno menarik napas panjang, lalu tersenyum samar. “Jika bukan keajaiban, aku tidak tahu harus menyebutnya apa."

Alejandro hanya diam dan jantungnya berdebar keras.

"Aku seharusnya sudah mati," gumamnya.

Dokter Moreno menatapnya dengan cemas. "Tuan Delaluca, tolong jangan banyak bicara dulu! Anda mengalami kecelakaan parah, tapi tampaknya Anda berhasil bertahan."

"Aku hidup kembali, tapi bukan sebagai diriku," bisik Alejandro dalam hati dengan air mata yang menggenang di mata yang bukan miliknya.

Dokter Moreno menatapnya penuh keheranan, namun tersenyum. "Apa pun alasannya, Tuan Delaluca, dunia tampaknya belum selesai dengan Anda."

Alejandro menatap ke langit-langit ruangan yang putih pucat.

"Ingat Alejandro, kehidupan kedua tidak datang tanpa tujuan. Ada janji yang menunggumu untuk ditepati," batinnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Di Balik Wajah Sang Miliuner   Bab 5. Tatapan Yang Sama

    Jari-jemari Alejandro menggenggam erat seprai seolah berusaha menahan semua beban di dadanya. "Kalau saja aku bisa menukar tempat dengannya, aku akan melakukannya tanpa ragu," bisiknya lirih. Valeria menatapnya seakan tidak percaya. "Kamu pikir kata-kata itu bisa membuat Alejandro hidup lagi? Tidak ada maaf untukmu, Daniel Delaluca. Kamu akan membayar atas apa yang sudah kamu lakukan pada Alejandro."Tidak lama kemudian terdengar suara langkah tergesa-gesa di luar. Dua petugas kepolisian dan salah satunya membawa berkas laporan. "Tuan Delaluca, Anda diminta hadir dalam penyelidikan resmi setelah dokter menyatakan kondisi Anda stabil. Anda masih dalam status tersangka kasus kecelakaan dengan korban jiwa, Alejandro Ramírez," ucapnya datar. Alejandro menatap petugas itu lama dan ia sama sekali tidak membantahnya. Dalam batinnya, ia tahu inilah bagian dari beban yang harus ia tanggungnya sebagai Daniel. "Baik, aku akan menjalani apa pun yang harus dijalani," katanya pelan. Dua petu

  • Di Balik Wajah Sang Miliuner   Bab 4. Kembali Untuk menempati Janji

    Setelah Daniel sadar dari komanya, ia dipindahkan ke ruang VVIP. Ruangan itu sangat luas dengan dinding yang putih bersih dan tercium bau aroma antiseptik samar yang menyelimuti udara. Tirai putih bergoyang pelan, karena angin sore yang masuk melalui jendela besar. Alejandro duduk di ranjang rumah sakit dan menatap bayangan wajah asingnya di kaca. Setiap kali ia melihat pantulan wajah barunya itu, dada Alejandro terasa sesak dan ia masih belum terbiasa kalau sekarang ia telah menjadi Daniel. Ia masih berusaha beradaptasi dengan identitas barunya itu dan yang membuat ia tidak mengerti kenapa harus berada di tubuh pria yang telah menabrak dan membunuhnya. Namun sebelum ia sempat pikirannya larut lebih jauh, pintu ruangan terbuka. Suara langkah cepat terdengar bersamaan dengan panggilan tertahan. "Daniel ...." Seorang pria berjas hitam masuk dengan langkah tegas dan sedikit terburu-buru, namun wajahnya penuh emosi. Di sampingnya berdiri seorang wanita paruh baya menahan tangisnya da

  • Di Balik Wajah Sang Miliuner   Bab 3. Diantara Kematian Dan Dendam

    Tangan Valeria gemetar memegang ponselnya. "Jadi dia yang membunuh Alejandro?" tanyanya dengan suara yang hampir berbisik." Ya. Berdasarkan bukti video dan laporan lalu lintas. Kami akan segera melanjutkan proses hukumnya."Valeria memutus sambungan tanpa berkata apa pun. Ponselnya jatuh ke lantai dan ia menatap kosong ke depan, lalu perlahan napasnya berubah menjadi isakan penuh amarah."Daniel Delaluca, kamu sudah menghancurkan hidupku," gumamnya diantara tangis.***Keesokan harinya wajah tampan Daniel Delaluca terpampang di layar televisi bersama headline besar.PENGUSAHA MUDA TERSANGKA KECELAKAAN MAUT YANG MENELAN KORBAN ALEJANDRO RAMIREZ, TUNANGAN DARI VALERIA DUARTEBerita itu menyebar cepat. Semua saluran televisi nasional membicarakannya, surat kabar mencetak foto mobil yang hancur, dan media sosial dipenuhi dengan komentar pedas."Orang kaya seenaknya di jalan, nyawa orang lain jadi taruhan.""Keadilan harus ditegakkan! Jangan sampai uang menutupi keadilan!"Valeria menata

  • Di Balik Wajah Sang Miliuner   Bab 2. Aku Yang Tidak Pernah Pergi

    Di sudut ruangan, arwah Alejandro menatap dirinya sendiri dengan mata yang kosong. Ia tidak merasakan apa pun, tidak dingin, tidak panas, dan tidak lelah, karena yang ada hanyalah kehampaan. Namun, suara tangis Valeria menembus kehampaan itu. Suara yang dulu selalu membuatnya hidup sekarang justru membuat jiwanya bergetar dalam penyesalan. "Aku di sini, Sayang," bisiknya lagi, namun suara itu hanya memantul ke dinding kosong. Alejandro melangkah mendekat dan mencoba menyentuh wajah Valeria, tapi jari-jari transparannya menembus kulit lembut itu dan membuatnya hanya bisa menatap tanpa daya. Ia ingin memeluknya, menenangkannya, dan mengatakan bahwa ia tidak bermaksud meninggalkannya di altar, tapi dunia seolah memisahkan mereka dengan tirai tak kasatmata. Cahaya putih lembut mulai muncul di sisi ruangan. Cahaya itu lebih hangat dan lebih hidup seperti sinar matahari yang turun dalam bentuk bisikan. Alejandro menoleh ke arah samping. Seorang pria tua berjubah abu-abu berdir

  • Di Balik Wajah Sang Miliuner   Bab 1. Gaun Putih Dan Air Mata

    Sore itu di musim semi, langit cerah membentang sempurna di atas kota. Angin sepoi-sepoi membawa aroma bunga jeruk dan suara lonceng gereja Santa María de la Luz berdentang lembut di kejauhan seolah memberi tahu seluruh kota bahwa hari ini ada cinta yang akan disatukan. Alejandro Ramirez menatap dirinya di kaca spion mobil, senyumnya merekah seperti anak kecil yang baru saja diberi dunia. Jas putih gading yang dipakainya terasa pas di tubuhnya dan dasinya sedikit miring, lalu ia membetulkannya dengan tawa kecil. "Aku hampir sampai, Sayang," gumamnya sambil menyalakan panggilan di ponsel. Suara di seberang sana membuat jantungnya berdegup hangat. "Jangan sampai telat! Papa sudah di gereja dan aku tidak mau jadi pengantin sendirian di altar." Tawa Valeria terdengar ringan, namun Alejandro bisa membayangkan pipi Valeria bersemu merah saat gadis itu bicara. "Sepuluh menit lagi aku akan sampai, lalu aku akan berdiri di sana, menunggumu datang, dan memintamu jadi istriku d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status