"Aku bisa tenang sekarang."
Seharian, Ashley melaksanakan pekerjaan dengan hati riang karena tak ada Carlos Montero di mana pun. Siang hari, sesuai jadwal, dia mengantarkan senampan makanan ke lantai dua, tempat Clython Montero berada. "Tuan muda, makanan untuk Anda," ucap Ashley, mengumumkan kehadirannya. Tangan Ashley baru saja hendak mengetuk pintu saat pintu di depannya tiba-tiba terbuka. "Terima kasih." Suara berat seorang pria muda, menyapa pendengaran Ashley, sehingga wanita itu refleks mendongak. Wanita itu seketika dikejutkan oleh penampilan tak terduga, penampilan dari seorang pria muda yang kini berdiri di depannya. "Wah, t-tampan.... " Mulut Ashley seketika mengucapkan kata itu saat melihat Clython untuk pertama kalinya. Ashley segera memukul mulutnya sendiri dan menjawab ucapan Clython sesopan mungkin. "S-sama-sama. Tolong tinggalkan catatan jika ada yang tidak sesuai dengan selera Anda, Tuan muda." "Oke." Clython, seperti kemarin, masih sangat irit bicara. "Saya undur diri. Jika ada yang perlu Anda perlukan, silakan bunyikan bel," ujar Ashley, sesopan yang dia biasa. Gugup, Ashley menundukkan kepala dan membungkukkan badan untuk untuk diri. "Wah, gila. Tidak heran jika dia adik Carlos Montero. Gen keluarga yang luar biasa!" Ashley menggumamkan itu dengan wajah ceria, mengagumi kehebatan gen keluarga Montero yang indah. Dia tersenyum lebar saat mengingat wajah Clython, yang mungkin masih seusia awal dua puluh tahunan. Wajah itu mengingatkan Ashley dengan Carlos beberapa tahun lalu, saat mereka awal awal bertemu. Ketampanan yang indah terbalut dalam ekspresi polos yang menggemaskan. Sayangnya, Carlos yang itu telah berubah menjadi lelaki bengis yang bahkan membuat Ashley kesal saat mengingatnya. Ketika asyik senyum senyum sendiri mengingat kenangan lama dengan Carlos sambil berjalan menuruni tangga, sebuah suara keras mengejutkan Ashley. "Ash!" Langkah Ashley seketika terhenti dengan tatapan terkejut ketika melihat ke arah seseorang yang tampak berjalan ke arahnya, tak mengira bahwa Carlos sudah ada di rumah ini. Kening Ashley berkerut saat melihat ekspresi Carlos. Kenapa dia terlihat marah? Apakah Carlos memergoki dirinya yang sedang senyum senyum sendiri setelah dari kamar Clython? "Carl? H-hai? " Seperti orang yang terpergok selingkuh, Ashley menyapa Carlos dengan gugup. Pria itu mendatangi Ashley dengan langkah-langkah yang cepat, wajahnya memancarkan kemarahan yang membara. Saat mereka berada di dekat, ia menarik wanita itu mendekat, lalu dengan kasar mencium bibirnya dalam sebuah ciuman yang penuh dengan amarah dan ketegangan yang memenuhi udara di sekeliling mereka. "H-hey! Kenapa kamu melakukan ini?!" Ashley berteriak dan dengan keras mendorong bahu Carlos menjauh. Badan Carlos yang besar tak bergerak sedikit pun atas dorongan Ashley, sebaliknya, dia menutupi tubuh Ashley dengan tubuhnya dan menelan bibir gugup wanita itu. Berbeda dengan sebelumnya, lidahnya meluncur kedalam, kali ini bergerak dengan hati-hati dan menjelajahi bagian dalam mulut Ashley. Di saat yang sama, Carlos juga menghisapnya seolah dia akan menelan semua nafas di mulutnya. Tak ada sama sekali tindakan penuh kasih sayang, rasanya seperti hanya sekedar gerakan menyegarkan seolah tak tahu harus berbuat apa. Setelah menghisap bagian dalam mulut Ashley, lidah Carlos menjilat bibir bagian depan. Ciuman yang tiba-tiba itu seperti menghentikan napas Ashley, tapi Carlos terlihat tidak peduli. "Carl!" Ashley berteriak, untuk membuat Carlos menghentikan tindakan gilanya. Carlos menjauhkan wajahnya sejenak, tapi langsung menyerang lagi. Dihisapnya bibir bawah Ashley seperti sedang memakannya. Terdengar gumaman lembab di telinganya. "Ah." Bibir Ashley terbuka lagi, dan dia mengeluarkan nafas manis tanpa menyadarinya. Carlos memelintir bibir Ashley saat melihat wajah wanita itu. Ciuman yang awalnya ringan menjadi lebih intens. Ashley kehabisan napas dan merasa pusing. "Carlos, tolong berhenti." Beberapa saat kemudian, Ashley baru bisa menguasai diri dan berkata dengan tegas. Carlos mengalungkan lengannya yang kuat ke pinggang ramping Ashley, lalu bertanya dengan suara dingin. "Jawab aku, sekarang kamu sedang hamil atau tidak?" "H-hah?!" Ashley tentu saja sangat kaget dengan pertanyaan Carlos yang sangat tiba-tiba. "Jawab saja, kamu sedang hamil anakku, kan?" Carlos bertanya dengan sungguh-sungguh, tapi Ashley menganggap pria itu gila sehingga menjawab dengan keras. "Kenapa aku harus hamil?! Aku tidak sedang hamil!" "Jawab jujur, Ashley Martin!" Nada suara Carlos meninggi, membuat Ashley menjadi marah dan menjawab dengan nada tinggi yang sama. "Aku sudah jujur, aku benar-benar tidak sedang hamil!" "Berbohong." Carlos mengatakan itu dengan ekspresi marah dan mencium Ashley lagi. Tekstur bibir bagian dalamnya ditekan dengan kuat. Lidah Ashley kini ditelan dengan penuh semangat, manis dan panas. Carlos terus-menerus menghisap dan menelan bibir lembutnya dan meluluhkan lidah mereka. Ashley merasa pusing dengan ciuman Carlos yang ganas dan membara sehingga tubuhnya terhuyung-huyung, Carlos segera memeluk tubuh ramping Ashley seolah sedang meremukkannya. "L-lepaskan aku! Kita tak ada hubungan apa pun lagi, kamu tidak seharusnya melakukan ini padaku!" teriak Ashley dengan mata memerah karena menahan air mata, lalu berlari cepat ke kamarnya dan mengunci pintu. Meninggalkan Carlos dalam keadaan kacau dan berantakan. "Sial!" Carlos terus memandang pintu yang tertutup itu dengan tatapan rumit, sebelum kemudian memukul dinding dan mengacak-acak rambutnya dan berjalan pergi. Tanpa menyadari, bahwa seseorang di lantai dua, tengah asyik mengawasi mereka sejak awal.Setelah keputusan besar yang diambil oleh Carlos, hidupnya mulai bergerak ke arah yang baru. Meskipun ada perasaan kehilangan dan perpisahan, Carlos merasa ada kedamaian dalam dirinya, meskipun perjalanannya untuk menemukan kebahagiaan belum berakhir. Melihat Clython dan Ashley yang akhirnya bisa bersama dan bahagia, Carlos merasa senang untuk mereka, tetapi dia tahu, itu adalah bagian dari perjalanan hidup mereka yang berbeda dari dirinya. Clython dan Ashley menjalani hubungan mereka dengan penuh cinta dan saling mendukung. Mereka berdua merasa seperti telah melalui banyak hal bersama—dari masa sulit dengan ibu Clython hingga cobaan yang mereka hadapi saat bersama. Kini mereka dapat menikmati kebersamaan mereka, bebas dari rasa cemas dan tertekan, hidup dengan cara mereka sendiri. Clython semakin memahami bahwa ia bisa memilih jalannya sendiri, dan dengan Ashley di sisinya, dia merasa lebih kuat dan lebih siap menghadapi masa depan. Sementara itu, Carlos merasa bahwa mungkin sudah
Carlos akhirnya memutuskan untuk berbicara dengan ibu Clython, meskipun dia tahu ini bukanlah percakapan yang mudah. Dengan hati yang penuh tekad dan niat baik, dia pergi menemui ibunya di rumah keluarga Clython, bertekad untuk membuka mata wanita itu tentang bagaimana perasaannya terhadap anak-anaknya, terutama Clython. Ketika Carlos tiba di rumah, ibu Clython sedang duduk di ruang tamu, wajahnya masih tampak lelah dan cemas setelah peristiwa yang terjadi sebelumnya. Carlos berdiri di depan pintu, menarik napas dalam-dalam, dan kemudian mulai berbicara. "Ibu, saya tahu ini sulit untuk diterima, tapi saya rasa sudah waktunya kita berbicara tentang apa yang terjadi. Tentang Clython, tentang hubungan kalian, dan tentang apa yang sebenarnya terjadi di hati anak-anak kita," kata Carlos dengan nada lembut namun tegas. "Saya tahu Anda hanya ingin yang terbaik untuknya, tapi memaksakan kehendak seperti ini hanya membuatnya semakin tertekan." Ibu Clython menatapnya, terlihat sedikit terke
Setelah percakapan yang sangat emosional dan penuh ketegangan dengan ibunya, Clython merasa tidak ada lagi jalan lain selain pergi. Hatinya yang sudah terlalu lama terkekang, akhirnya meledak, dan dia mengambil keputusan besar untuk kabur dari rumah. Tanpa memberi tahu siapa pun, dia meninggalkan mansion keluarga dengan membawa sedikit barang, hanya untuk mencari kebebasan yang dia yakini akan membawanya ke kebahagiaan—bersama Ashley. Ibunya yang terkejut dan marah, tidak tahu harus berbuat apa. Dia tidak pernah membayangkan bahwa Clython akan sampai sejauh ini, meninggalkan rumah tanpa memberi tahu siapa pun. Setelah beberapa jam mencoba menghubungi Clython tanpa hasil, ibu Clython merasa cemas dan panik. Dalam keadaan putus asa, dia akhirnya memutuskan untuk menelepon seseorang yang dia pikir bisa membantu—Carlos. Carlos yang baru saja menghabiskan waktu sendiri, merasa terkejut ketika mendengar telepon dari ibu Clython. Meskipun hubungan mereka pernah tegang dan penuh ketidakpas
Setelah mendengar kabar bahwa Clython berpacaran dengan Ashley, ibu Clython merasa sangat terganggu dan kecewa, merasa bahwa status sosial mereka bisa terancam karena hubungan tersebut. Ketakutannya akan dampak reputasi keluarga dan bagaimana orang lain akan melihatnya membuatnya mengambil langkah drastis. Suatu pagi, ibu Clython memanggil Ashley untuk berbicara di ruang kerjanya. Suasana terasa sangat tegang. Ketika Ashley memasuki ruangan, ibu Clython memandangnya dengan tatapan dingin. "Ashley, aku ingin berbicara denganmu tentang sesuatu yang sangat serius," kata ibu Clython dengan nada tegas. "Aku baru saja mengetahui bahwa kamu sedang menjalin hubungan dengan putraku, Clython." Ashley merasa gugup, namun berusaha tetap tenang. "Ibu, saya... saya hanya ingin yang terbaik untuk Clython. Kami berdua saling mencintai, dan saya tidak ingin ada masalah." Namun, ibu Clython tidak menunjukkan tanda-tanda memahami. Wajahnya semakin serius dan kaku. "Tidak ada tempat untukmu di sini
Clython menatap Ashley dengan serius, sebuah rencana yang sudah dia pikirkan matang-matang di benaknya. "Ashley," katanya dengan suara penuh keyakinan, "Aku merasa kita harus memberitahu ibuku. Aku ingin dia tahu bahwa kita sekarang bersama, bahwa aku berkomitmen padamu. Aku rasa ini saat yang tepat." Ashley menundukkan kepalanya sejenak, memikirkan kata-kata Clython. Dia tahu betapa pentingnya ini bagi Clython, tetapi dalam dirinya, ada perasaan ragu yang mengganjal. Mengungkapkan hubungan ini, terutama kepada ibunya yang juga majikan Ashley, terasa seperti langkah besar, dan dia merasa belum sepenuhnya siap. "Aku paham, Clython," jawab Ashley dengan suara lembut, "Tapi aku... aku belum siap. Ini semua terasa begitu cepat, dan aku merasa perlu waktu untuk benar-benar merasa nyaman dengan langkah itu." Clython terdiam sejenak, melihat ekspresi cemas di wajah Ashley. Dia tahu bahwa meskipun dia ingin segera memperkenalkan hubungan mereka, dia tidak ingin memaksakan apa pun pada Ash
Setelah ciuman itu, suasana antara Ashley dan Clython terasa begitu intens, penuh dengan perasaan yang belum pernah mereka ungkapkan sebelumnya. Namun, di tengah kehangatan pelukan mereka, Ashley merasa ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya, sesuatu yang tiba-tiba muncul. Dia menarik napas dalam-dalam, seakan ingin memastikan dirinya terlebih dahulu sebelum bertanya. Clython, yang merasakan perubahan kecil dalam sikap Ashley, melepaskan pelukan mereka perlahan dan menatapnya dengan penuh perhatian. "Ada apa, Ashley?" tanya Clython, suaranya lembut, namun penuh dengan rasa ingin tahu. Ashley menghela napas, sedikit ragu, namun dia tahu dia harus bertanya. "Clython, aku... aku ingin bertanya sesuatu. Ini mungkin terdengar aneh, tapi... siapa pacarmu sebelum aku?" matanya menatapnya dengan jujur, namun ada sedikit kecemasan di sana. Clython terdiam sejenak, tampaknya terkejut dengan pertanyaan itu. Dia mengamati wajah Ashley, dan kemudian mengangguk pelan. "Kamu tahu, sebelum kit