“Kak, hari ini aku boleh pergi jalan-jalan ngga?” tanya Isabelle pada Dario ketika mereka berdua tengah menikmati sarapan di ruang makan.“Pergi kemana, Saras?” tanya Dario.“Ke mall, Kak. Rencana sama Kak Nindya. Tapi ga tau anak keuangan lainnya nyusul atau ga,” jelas Isabelle.“Leon?” tanya Dario.“Ga tau, Kak,” Isabelle mengedikkan bahu.“Aku hubungi dia dulu. Setidaknya ada yang jaga kamu,” ucap Dario.“Pengawal pribadi kamu juga harus tetap ikut,” lanjut lelaki itu.“Boleh, Kak?” tanya Isabelle antusias.“Iya, tapi dengan pengawal dan Leon,” jawab Dario.“Ada satu syarat,” laki-laki dengan kaos biru itu memandang Isabelle.“Apa syaratnya, Kak?” tanya Isabelle penasaran.“Harus sampai rumah sebelum jam makan malam. Aku tunggu kamu di rumah,” ucap lelaki itu tegas.“Oke, Kak. Syarat diterima,” jawab Isabelle dengan senyum merekah di bibirnya.Selanjutnya, Dario merogoh dompet yang ada di sakunya. Ia menyerahkan sebuah kartu berwarna hitam kepada Isabelle.“Untuk belanja nanti,” uc
[Beritahu Dario untuk lebih waspada Belle]Isabelle membaca sebuah pesan yang baru saja masuk ke ponselnya. Keningnya berkerut karena penasaran dengan maksud pesan tersebut. Tanpa berpikir panjang, Isabelle langsung memencet logo telepon berwarna hijau untuk menghubungi si pengirim pesan.“Halo, maksudnya gimana, Kak Leon?” tanya Isabelle langsung pada inti pembicaraan ketika sudah terhubung dengan Leon, sepupunya.“Kacau, Belle,” suara Leon yang berada di sambungan telepon lebih mirip seperti orang yang sedang berbisik.“Apanya yang kacau, Kak?” Isabelle mulai penasaran.“Ada yang mencurangi penggunaan dana proyek pengadaan gedung. Dario bisa rugi jika ini dibiarkan,” Leon menjelaskan dengan serius.“Siapa pelakunya, Kak?” Isabelle mulai penasaran.“Belum tahu, Belle. Aku masih coba bantu selidiki diam-diam. Yang penting kamu peringatkan Dario untuk waspada,” jelas Leon.“Oke, Kak Leon. Makasih infonya,” ujar Isabelle.“Aku tutup dulu telponnya,” setelah itu Leon mematikan sambungan
“Apakah hari ini kita bisa ketemu, Belle?” suara seseorang di seberang sana dari sambungan Isabelle.“Ada apa, Kak Nindya?” tanya Isabelle khawatir.“Ada yang mau aku ceritain, masalah kantor,” jawab Kak Nindya.“Oke, Kak. Nanti kita ketemu di kantor aja, ya. Aku ke sana hari ini,” ujar Isabelle, lalu menutup sambungan teleponnya.“Ada apa, Saras?” tanya Dario sembari memeluk Isabelle dari belakang.Isabelle membalikkan badannya, sehingga posisinya berhadapan dengan Dario. Ia melingkarkan kedua tangannya di pinggang sang suami.“Aku hari ini boleh ikut ke kantor ngga, Kak?” izin Isabelle.“Sure, Saras,” jawab Dario tersenyum tipis.“Kenapa?” tanya lelaki itu masih penasaran.“Kak Nindya mau cerita sesuatu katanya. Mungkin aku bisa bantu kamu ungkap yang masalah kantor itu, Kak,” jelas Isabelle.Dario mengangguk mengerti. Ia mengelus rambut Isabelle dengan lembut.“Pakai ruanganku aja, supaya lebih aman. Aku nanti ada rapat, jadi kalian bisa leluasa berbicara berdua” ucap Dario dan dia
Dario memasuki mansion mewahnya setelah menyelesaikan pekerjaannya di kantor. Lelaki itu masih lengkap mengenakan setelan jasnya yang berwarna abu-abu. Ia sengaja pulang lebih cepat hari ini karena merasa lelah di kantor. Dario bahkan tidak mengabari Isabelle kalau ia akan pulang lebih cepat.Lelaki itu memilih untuk langsung memasuki ruang kerjanya. Ia memutuskan untuk mengecek berbagai dokumen proyek di rumah saja. Dario duduk di kursi kerjanya dan mulai menyalakan komputer yang ada di hadapannya.Ia meraih remot yang terletak di samping komputer dan menekan salah satu tombol. Hal itu membuat sebuah tirai terbuka dan menampilkan ruang lukis Isabelle. Dario sebenarnya bermaksud untuk bekerja sembari melihat karya seni istrinya yang cukup menenangkan. Tapi ternyata, Isabelle juga sedang berada di ruangan lukis itu.“Kak,” Dario bisa menangkap panggilan yang terlihat dari gerak bibir Isabelle itu.Isabelle yang sedang melukis segera menyadari keberadaan Dario yang ada di ruang kerjanya
“Mau apa kamu?” tanya Isabelle ketika baru saja menginjak kaki di lantai dua mansion Dario.“Saya ingin membersihkan kamar Anda, Nona,” jawab Sera, sang asisten rumah tangga barunya dengan gelagapan.“Apakah kepala maid tidak memberitahu tentang peraturan rumah ini? Jangan masuk ke kamar kami ketika Tuan ada di rumah, apapun itu alasannya,” ujar Isabelle dengan tegas.“Suami saya sedang ada di dalam kamar,” lanjut Isabelle“Maaf, Nona. Saya tidak tahu kalau Tuan Dario sedang ada di kamar,” jawab sang asisten rumah tangga gugup.CeklekSuara gagang pintu itu membuat Isabelle dan asisten rumah tangganya serempak menoleh. Dari balik pintu muncul sosok Dario yang mengenakan kaos hitam polos.“Ada apa ini?” Dario mengernyitkan dahinya.“Tidak ada apa-apa, Kak,” Isabelle meyakinkan suaminya dengan sebuah senyuman di bibirnya.“Jangan ulangi lagi,” Isabelle memberi peringatan kepada sang asisten rumah tangga.“Baik, Nona. Permisi, Nona, Tuan,” gadis bernama Sera itu beranjak pergi dari hadap
Menjalani hari-hari tanpa beban pekerjaan yang cukup berat terasa melegakan bagi Isabelle. Meskipun terkadang wanita itu merasa bingung karena tidak memiliki banyak kegiatan. Ia juga merasa bosan karena aktivitasnya cukup terbatas.Isabelle lebih banyak menghabiskan waktu untuk berdiam diri di mansion megah milik Dario. Sedangkan suaminya itu bekerja ke kantor seperti biasa.“Kak, enaknya aku ngapain biar ga bosan di rumah?” tanya Isabelle suatu pagi sembari membantu Dario menyiapkan pakaian kerjanya.“Salon atau berbelanja mungkin,” jawab Dario singkat.“Membosankan, Kak,” rengek Isabelle.“Melukis?” tanya Dario.“Bisa, sih. Tapi rasanya aneh ya. Biasanya aku pergi ke kantor untuk bekerja. Sekarang sudah tidak lagi,” keluh Isabelle.Dario mengecup kening istrinya sekilas. Mengelus pipi Isabelle dengan lembut.“Kau cukup berdiam diri di rumah dan menjadi istriku, Saras,” ujar Dario lembut.“Tidak akan aku biarkan kau kembali bekerja,” tegas Dario.“Baiklah,” jawab Isabelle lemas.Dari