Share

02

“Silahkan duduk!”

Achlys disambut oleh seorang pria tua, sedikit gemuk, mengenakan kacamata. Pria itu duduk di kursi. Dia depannya terdapat meja yang begitu panjang melingkar.

Achlys duduk di depan pria tersebut. Pria tersebut sama sekali tidak menatap Achlys karena sibuk mencari sesuatu di tumpukan berkas yang berserakan di atas meja.

“Siapa namamu?” tanya pria itu.

“Achlys Bambalina,” jawab Achlys.

“Kamu dari kota sebelah?”

“Benar, Snowtide. Saya melamar dua bulan yang lalu dan baru saja mendapatkan surat balasannya pagi ini.”

“Tinggal di hotel sebelah?”

“Benar.”

“Dan akan melakukan wawancara sore ini?”

“....Berdasarkan surat yang dikirimkan pada saya, setelah saya sampai di hotel, saya harus langsung menuju ke kantor untuk melakukan wawancara. Lebih cepat lebih baik. Karena saya juga berpikir jika saya melakukannya hari ini, maka besok saya sudah bisa mulai bekerja. Lagi pula cuacanya masih bagus,” kata Achlys.

Pria itu melirik Achlys setelah gadis itu menyatakan cuacanya masih bagus. Dia pun bertanya, “Apa hubungannya dengan cuaca masih bagus?”

“Em...tidak ada,” jawab Achlys. Lalu dia tertawa kecil. “Saya hanya mencari alasan dan itu yang saya pikirkan.”

“Silahkan menuju ke lantai atas dan tanyakan pada petugas ruangan utama. Kamu akan melakukan wawancara disana!”

“Baik terima kasih.”

Setelah itu, Achlys menuju lantai atas. Dia menaiki tangga yang dilapisi karpet merah. Dinding-dinding sepanjang tangga penuh dengan lukisan pemandangan.

“Permisi, ruangan utama dimana ya?” tanya Achlys pada salah satu petugas yang berjaga di dekat tangga di lantai dua ini.

“Disini! Mari!”

Achlys mengikuti petugas tersebut.

Lantai ini sangat berbeda dengan lantai bawah. Tidak banyak jendela dan tirai jendela dibuka hanya setengahnya sehingga suasananya cukup gelap. Dindingnya berwarna biru tua bercorak emas dan terdapat beberapa hiasan ruangan yang terbuat dari emas di beberapa sudut.

Meskipun begitu, lantai dua ini terkesan lebih mewah dan elegan dibandingkan lantai satu.

Orang-orang yang berlalu lalang hanya menatap Achlys sekilas. Tidak ada senyuman. Namun Achlys berpikir bahwa mereka profesional dalam bekerja melihat bagaimana mereka berjalan begitu cepat, terlihat fokus, dan tampak berpikir keras.

"Duke Julian cukup perfeksionis."

Achlys teringat kata-kata gurunya. Dia berkata di dalam hati, "Seperti apa sebenarnya Duke Julian? Jika dia sangat menyebalkan, maka aku tidak pernah ingin bertemu dengannya. Sepertinya naik jabatan tidak begitu kubutuhkan. Aku cuma berharap nyaman bekerja disini."

Petugas tersebut mendorong sebuah pintu yang cukup besar. Achlys menyipitkan kedua matanya. Ruangan ini lebih gelap lagi. Achlys melihat kesana-kemari dan kakinya pun berhenti.

Di tengah-tengah interior yang begitu mewah, terdapat sebuah lukisan raksasa di dinding. Lukisan itu bukanlah lukisan pemandangan melainkan seorang pria berambut coklat keemasan.

"Tunggu sebentar tuan!" teriak Achlys kecil.

Petugas di depannya pun berhenti berjalan dan menoleh ke belakang.

Bagaimana mungkin lukisan seorang tukang kebun dipajang disini. Achlys mulai ragu pria yang dia lihat di taman sebelumnya dan mirip sekali dengan suaminya yang berada di mimpinya adalah tukang kebun.

"Siapa ini?" tanya Achlys sembari menunjuk lukisan itu.

"Perasaanku tidak enak," batin Achlys.

"Apa!" Petugas itu berteriak kaget. Dia menghampiri Achlys dengan menghentak-hentakkan kakinya. "Apakah kau sudah gila?!"

"Apa ada masalah? Aku hanya bertanya," jawab Achlys kaku.

"Tentu saja menjadi masalah! Bagaimana mungkin kamu tidak mengenali Tuan Duke Julian yang akan menentukan kamu diterima disini atau tidak. Ini adalah Tuan Duke Julian!" tukas petugas tersebut.

Achlys ternganga. Jadi...semalam dia bermimpi menikah dengan Duke Julian?

"Tolong jangan mengarang tuan," bisik Achlys.

"Tuan duke sering berkeliling ke wilayah sekitar sampai masuk ke desa-desa sehingga sulit dipercaya jika ada yang belum tahu rupa beliau. Namun, entah apa yang terjadi denganmu sehingga kamu bahkan tidak mengenali pemilik perusahaan tempatmu akan bekerja. Bersyukurlah nona. Jika ada orang lain yang mendengar ini mungkin dia akan melaporkannya pada tuan duke dan kamu akan mendapat masalah. Mari lanjutkan perjalanan!"

Achlys tidak percaya ini. "Hanya karena tidak tahu dia, dia marah?" batinnya. "Seperti di mimpiku, dia biadab."

Achlys mengikuti petugas itu dengan langkah lebih pelan daripada sebelumnya. Pikirannya berkecamuk.

Akhirnya mereka tiba di ruangan utama. Ada beberapa orang di ruangan itu dan mereka semua sedang sibuk.

"Silahkan duduk nona Achlys!" titah seorang wanita yang Achlys tahu wanita tersebut berasal dari keluarga bangsawan.

Wanita itu adalah Magnolia. Dia salah satu orang kepercayaan Duke Julian. Setiap ada yang melamar bekerja disini, dia selalu mengingat wajah dan nama orang tersebut.

Achlys tidak duduk seperti yang diperintahkan. Dia justru mendekati wanita yang sangat cantik itu tetapi masih menjaga jarak.

"Maaf sebelumnya tetapi saya ingin mengundurkan diri."

Kalimat yang dikatakan secara singkat itu langsung membuat aktivitas semua orang di ruangan itu berhenti dan wajah mereka mengarah pada Achlys.

"Apa?" tanya Magnolia.

"Saya tidak jadi bekerja disini!" tegas Achlys.

"Alasannya?"

"...Tidak ada alasan."

"Apakah kamu mengerti apa yang sedang kamu bicarakan?"

Magnolia menyuruh dengan bahasa isyarat ke petugas yang berdiri dibelakang Achlys untuk melaporkan situasi ini pada Duke Julian. Petugas itu buru-buru mencari Duke Julian.

"Saya mengerti nyonya. Saya datang kesini memang ingin memberitahu saya mengundurkan diri. Terima kasih sebelumnya sudah menerima saya di perusahaan ini," ucap Achlys.

"Apakah kamu tidak memikirkan konsekuensinya?"

Achlys tidak begitu mengerti konsekuensi yang dibicarakan Magnolia. Dia pikir dia memiliki hak untuk memgundurkan diri karena dia belum menandatangani kontrak kerja.

"Banyak sekali orang yang ingin bekerja bersama Duke Julian dan kamu akhirnya mendapatkan kesempatan itu tetapi kamu langsung membuang kesempatan itu begitu saja tanpa alasan yang jelas?"

Achlys merasa jika dia bekerja disini, maka dia akan terus bertemu dengan Duke Julian dan setiap kali bertemu dengannya, dia akan teringat mimpi itu. Semenjak dia mengetahui pria itu sama persis dengan suaminya yang ada di dalam mimpinya, dia sangat tidak nyaman.

"Maafkan saya," jawab Achlys.

"Di tempat lain kupikir lebih baik. Tidak masalah dengan gajinya yang terpenting aku merasa nyaman," batin Achlys.

"Nona Achlys Bambalina, kamu sama saja telah mencemarkan nama baik tuan duke!" ucap Magnolia dingin.

Petugas yang disuruh Magnolia sudah berdiri di dekat Duke Julian sambil menundukkan kepalanya. Kedatangan petugas itu membuat suasana hati Julian yang semula buruk menjadi lebih buruk. Julian telah memperingatkan semua orang disini untuk tidak mengganggunya ketika dia sedang sendirian.

"Maafkan saya tuan duke tetapi nyonya Magnolia menyuruh saya untuk melaporkan hal penting ini. Seorang pelamar kerja telah datang dan alih-alih melakukan wawancara, dia justru mengundurkan diri."

Julian langsung melesatkan kedua matanya pada petugas itu. "Jelaskan lebih detail!" titahnya dingin.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status