Share

03

Author: Eselitaa
last update Last Updated: 2023-11-16 21:10:44

"Bagaimana kamu akan mengatasi masalah ini Nona Achlys?" tanya Magnolia dingin.

"Bagaimana bisa saya dituduh mencemarkan nama baik tuan duke. Saya tidak melakukan apapun! Saya hanya...merasa kurang nyaman dengan pekerjaan ini setelah saya melihat langsung orang-orang yang bekerja disini terlihat seperti dipaksa untuk bekerja keras. Bagaimana mungkin saya mengatakan itu pada nyonya?! Alasan seperti itu tentu saja harus saya sembunyikan kan?!"

Semua orang saling pandang terkejut menyaksikan kata-kata Achlys.

Tidak pernah ada kasus seperti ini sebelumnya. Para pengawal mulai masuk ke dalam ruangan utama dan langsung mengeluarkan senjata mereka tetapi Magnolia langsung mengangkat tangan untuk menghentikan mereka.

Barulah Achlys merasa cemas saat dikelilingi orang-orang bersenjata.

"Senjata dilarang masuk ke ruangan utama! Yang melanggar aturan harus dihukum!"

Suara yang tidak pernah Achlys dengar sebelumnya bergema. Achlys menoleh ke belakang untuk melihat pemilik suara menawan itu. Lalu kedua matanya terbelalak.

Para pengawal langsung memasukkan senjata mereka ke tempatnya lagi dan menyapa Julian.

"Maafkan kami tuan duke!"

"Keluar!" titah Julian langsung. Tetapi kedua matanya tidak pernah lepas dari Achlys.

"Kenapa dia menatapku seperti itu?" batin Achlys.

Achlys merasa merinding. Dia memalingkan wajahnya dari Julian karena tidak nyaman dengan tatapannya.

"Aku sudah mendengar rinciannya dan aku juga sudah mendengar alasan yang baru saja ia katakan," ucap Julian menghampiri Achlys.

"Nona Achlys, kita sempat bertemu meskipun jarak jauh saat kamu berjalan di halaman. Mengapa kamu tidak menghampiriku daripada jauh-jauh kesini?"

Julian berdiri di samping Achlys sembari melipat kedua tangannya di dada. Dia memperhatikan Achlys yang terus memalingkan wajahnya.

"Sebelumnya saya minta maaf tuan duke. Saya tidak tahu kalau itu anda. Saya sudah mendengar dari petugas kalau tuan duke sering berkeliling ke desa-desa dan kota sekitar tetapi saya tidak pernah melihat anda jadi saya tidak tahu kalau itu anda," jawab Achlys.

"Tidak pernah ada yang membicarakanku sama sekali seperti kedua mataku berwarna merah seperti darah, rambutku berwarna coklat keemasan, dan kulitku lebih gelap daripada anggota keluargaku yang lain?" tanya Julian.

"Tidak," jawab Achlys.

Achlys hanya ingin pergi dari sini sekarang.

"Baik. Sekarang jelaskan dasar dari alasanmu itu nona Achlys!"

Achlys akhirnya menoleh pada Julian. "Apa maksudnya tuan duke? Alasan saya itu tidak memiliki dasar. Saya hanya merasa seperti itu."

Achlys menghindari tatapan Julian lagi.

"Tetapi kenyataannya aku tidak pernah menyuruh semua orang disini untuk bekerja keras. Daripada menyuruh mereka untuk bekerja lebih keras, aku lebih memilih memecat mereka! Semua orang disini mengerti apa yang harus mereka lakukan! Mereka melakukannya! Hanya seperti itu!"

"Intinya saya mengundurkan diri!" tegas Achlys.

"Kalau begitu nona Achlys harus membayar kompensasi sebesar lima juta!" ucap Julian.

"Apa?" Achlys kaget. Uang sebanyak itu, ia tidak memilikinya. Bahkan orang tuanya pun tidak memilikinya.

"Tuan duke, apakah anda gila? Ini sudah tidak benar," ucap Achlys.

Karena terlalu kesal dengan Duke Julian, Achlys akhirnya menghadap Duke Julian. Sebelumnya dia terus menghadap ke Magnolia dan mengabaikan Duke Julian yang berada di sampingnya. Orang-orang di ruangan itu sampai terheran-heran dengan sikap dan perilaku Achlys yang tidak ada ramahnya sama sekali.

"Magnolia, apakah kamu sudah mengirimkan surat pemberitahuan padanya dia diterima bekerja disini?" tanya Julian.

"Sudah tuan duke," jawab Magnolia.

"Aku juga sudah mendengar dari tuan Stark nona Achlys tinggal di hotel sebelah. Dengan dua hal itu, kamu sudah dikontrak bekerja disini nona Achlys! Kamu sudah tidak bisa keluar lagi!"

Tatapan Julian ketika dia mengatakan kamu sudah tidak bisa keluar lagi sedikit berbeda.

Bahkan gaya bicara Duke Julian sama persis dengan yang di mimpinya. Achlys semakin yakin jika mimpi tersebut adalah petunjuk supaya dia tidak bekerja disini.

"Itu seharusnya masuk dalam perjanjian saat saya melamar bekerja disini kan? Dan sebelumnya saya tidak mendengar apapun soal itu. Sepertinya tuan duke baru membuat keputusan itu sekarang. Apakah tuan duke sangat menginginkan saya sehingga menahan saya sampai sejauh itu?"

Pertanyaan terakhir Achlys membuat seisi ruangan terkejut termasuk Duke Julian.

"Nona Achlys, kamu sudah berlebihan!" kritik Magnolia.

"Tuan dukelah yang berlebihan!" ketus Achlys.

"Nona Achlys, sepertinya kamu memiliki dendam padaku," ucap Julian.

"Saya hanya ingin mengundurkan diri. Tolong...jangan dipersulit tuan duke! Saya mohon!" pinta Achlys.

"Silahkan siapkan lima juta besok! Maka aku menerima permintaan mengundurkan diri nona Achlys! Dan aku juga tidak akan mengatakan kepada perusahaan lain untuk menolakmu!"

"Lakukan saja! Aku tidak akan mengeluarkan uang sedikitpun besok!" ketus Achlys. "Selamat tinggal."

Achlys meninggalkan ruangan ini begitu saja setelah meninggalkan kalimat-kalimat tersebut dalam nada kasar pada Julian.

"Bahkan dia juga tidak memiliki perasaan untuk rakyat kecil sepertiku," batin Achlys. Achlys sudah tidak takut lagi jika para pengawal menghalanginya untuk keluar dari kantor ini.

Achlys buru-buru menuruni tangga. Sesampainya di dalam kamarnya di hotel, dia langsung membereskan barang-barangnya.

“Achlys. Apa yang terjadi?” tanya Canna menghampiri Achlys.

“Kita pulang sekarang! Aku sudah tidak tahan lagi disini!” tegas Achlys.

“Kenapa?" tanya Liam.

"Pria di dalam mimpiku ternyata Duke Julian. Aku merasa tidak nyaman setiap kali melihatnya," kata Achlys.

Di sisi lain, Julian membaca informasi mengenai Achlys. Achlys Bambalina. Dia tinggal di kota Snowtide. Banyak dari kalangan rakyat biasa yang sudah melamar bekerja disini tetapi tidak ada yang seperti gadis itu.

Achlys berusia 18 tahun. Dia bersekolah di sekolah paling bagus di negara ini dan bahkan menduduki peringkat ketiga sebagai murid terbaik. Barangkali inilah yang menyebabkan dia begitu berani.

Julian menarik sudut bibir kanannya. "Sangat menarik. Tatapanya itu seperti sedang meludahiku. Magnolia, kita tidak boleh kehilangannya."

"Maaf?" tanya Magnolia.

"Kirimkan surat ke orang tua Achlys bahwa aku mengundangnya makan malam di kediaman Kynleigh."

"Apa? Tetapi tuan duke, jika keluarga besar mendengarnya, maka mereka pasti akan-"

"Kau pikir siapa kepala keluarganya disini?"

Julian menatap dingin Magnolia. Magnolia segera menundukkan kepalanya dan menjawab dengan pelan.

"Baik tuan duke."

Dua bulan yang lalu Julian baru mendengar tentang Achlys dari Magnolia saat gadis itu melamar pekerjaan di tempat ini. Dia yakin gadis itu tidak pernah berpikir kalau dia bisa menghabisinya sekarang juga.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dia Mimpi Burukku   62

    Mereka akhirnya tiba di wilayah utara. Udaranya benar-benar sangat dingin. Setelah melakukan perjalanan cukup panjang dan selama perjalanan itu, telah banyak hal yang terjadi antara Achlys dan Julian. Achlys mengikuti Julian menuju ke batu sihir yang terletak di puncak gunung. "Perasaanku tidak enak," ucap Achlys. Achlys tiba-tiba merasakan kepalanya sangat sakit. Dia sampai tidak sanggup berjalan dan terus meringis kesakitan. Bahkan air matanya sampai mengalir deras. Julian tidak mengatakan apapun. Dia langsung mengeluarkan sihir healing kepada Achlys tetapi itu tidak berhasil. Pada saat sama, seekor monster raksasa yang lebih besar dari naga yang pernah mereka temui muncul di depan mereka. Julian menatap garang ke arah monster itu. Kedua matanya segera menyipit dengan dingin. Sementara dalam benak Achlys terbayang-bayang mimpinya tentang dua pasangan itu. Nama mereka masih sam. Achlys dan Julian. "Bisakah kita memulainya dari awal lagi?" Mimpinya sek

  • Dia Mimpi Burukku   61

    Api unggun mulai meredup, hanya menyisakan bara yang sesekali mengeluarkan suara kecil seperti desahan napas terakhir. Angin malam menusuk, membawa aroma tanah lembab dan dedaunan kering dari hutan utara. Achlys duduk memeluk lututnya, matanya menerawang pada cahaya yang tersisa, seakan mencari jawaban pada api yang sebentar lagi padam. Duke Julian duduk tidak jauh darinya, bersandar pada batang pohon, seolah tidak peduli pada dunia. Matanya terpejam, tapi Achlys tahu pria itu tidak sedang tidur. Nafasnya terlalu teratur, terlalu waspada. Achlys menggigit bibirnya. Hatinya penuh kegelisahan. Mimpi itu kembali menghantuinya semalam. Mimpi yang sama, berulang kali. Pasangan yang saling mencintai, tapi terjebak dalam penderitaan tanpa akhir. Wanita itu menangis dalam pelukan pria yang penuh luka, sementara pria itu, dengan darah mengalir di tubuhnya, bersumpah akan melindunginya di kehidupan berikutnya. Kenapa aku terus melihatnya? Apa arti semua ini? Akhirnya, tan

  • Dia Mimpi Burukku   60

    Udara dingin yang menyengat menembus kulit, lebih menusuk dari embun beku paling dalam, namun Achlys tidak bergeming. Ia berdiri terpaku di tengah hamparan es dan salju yang tak berujung, di bawah langit utara yang berputar-putar dengan cahaya sihir keperakan. Ini bukan dunianya, ia tahu, tapi sensasi menusuk dari angin yang membawa partikel es itu begitu nyata, begitu mendalam hingga napasnya terasa beku di dada. Di hadapannya, sebuah drama yang sudah lama terkubur, kini terhampar. Seorang wanita berambut pirang keemasan, indah bagai peri dari dongeng kuno, berlutut lemah di atas salju. Wajahnya yang pucat pasi dihiasi bintik-bintik keunguan, tanda kutukan gelap yang menggerogoti. Tangannya yang mungil digenggam erat oleh seorang pria bertubuh tegap, matanya memancarkan kesedihan dan keputusasaan yang tak terukur. Sihir yang mengalir dari tangannya berusaha menghalau kegelapan, namun kutukan itu terlalu kuat. "Aku... tidak kuat lagi, Julian," desis wanita itu, suaranya

  • Dia Mimpi Burukku   59

    Ketika orang-orang akhirnya bersorak kemenangan, Slater mencari keberadaan Achlys. Achlys telah menjauh. Dia berencana pulang untuk menemui kedua orang tuanya untuk memeriksa keadaan mereka. Namun Slater segera menemukannya dan menghampirinya, menyuruhnya untuk berhenti berlari. Achlys merasa jantungnya berdebar lebih cepat. Dia tidak tahu lagi dengan apa yang akan terjadi ke depannya. Baik perihal soal Duke Julian. Dia telah tanda tangan di surat resmi yang dikeluarkan Duke Julian mengenai kontrak mereka melakukan perjalanan bersama untuk mengungkap mimpi buruk yang dialami oleh Achlys. "Achlys, ada sesuatu yang ingin kukatakan kepadamu," ucap Slater. Achlys diam sejenak menunggu apa yang dikatakan oleh Slater. "Aku merasa aneh ketika berdekatan denganmu dan tidak tahu perasaan seperti apa ini," ucap Slater. Achlys tertegun. Dia sendiri juga bingung perasaan seperti apa yang dialami oleh Slater. "Kenapa Slater? Jika kau sendiri tidak mengerti, bagaimana denga

  • Dia Mimpi Burukku   58

    Achlys pergi ke wilayah kekaisaran tanpa Duke Julian. Duke Julian mengambil jalan yang berbeda. Tentunya, cara mereka menyelamatkan Slater berbeda. Achlys disuruh Duke Julian untuk menyelamatkan Slater yang dikurung di ruang bawah tanah. Achlys sangat mencemaskan keadaan Slater, jadi dia bergegas menuju ke tempat dimana Slater ditahan. Slater ditahan di ruang bawah tanah kekaisaran. Slater hanya bisa menunggu antara dia menerima takdirnya untuk dieksekusi atau akan diselamatkan oleh seseorang. "Tidak kusangka dia akan melakukan ini," bisik Slater. Slater sudah terluka parah dan kedua tangannya di rantai. Dia tidak mengerti mengapa dia ditahan. Apakah karena kegagalannya dalam ekspedisi? Achlys tiba di pintu penjara kekaisaran dimana Slater ditahan disana. Namun pintu masuknya dijaga oleh penjaga penjara kekaisaran. Achlys sangat kebingungan bagaimana caranya agar dia bisa menyusup ke penjara bawah tanah kekaisaran. Setelah berpikir panjang achlys menemuka

  • Dia Mimpi Burukku   57

    Achlys bertemu dengan Duke Julian. Ayahnya sudah pulang. Duke Julian tampak lebih sibuk dibandingkan biasanya. Dia sampai mengabaikan Achlys. "Tuan duke, apa yang kau katakan kepada ayahku?" tanya Achlys dengan nada tajam. Duke Julian tengah melihat-lihat berkas dan memegang sebuah bolpoin. "Kenapa nona Achlys?" tanya Duke Julian dengan nada datar. "Saya tanya, apa yang anda katakan kepada ayah saya?!" tanya Achlys dengan nada tajam. "Kenapa kau malah bertanya kepadaku bukan kepada ayahmu? Bukankah kau membenciku nona Achlys?" tanya Duke Julian dengan nada tajam. "Jangan mengalihkan pembicaraan tuan duke!" sentak Achlys. "Aku benar. Kenapa tidak bertanya kepada ayahmu? Ayahmu pasti akan menjawab dibandingkan denganku kecuali..." Duke Julian menatap Achlys. "Kecuali apa tuan duke?" tanya Achlys menatap tajam Duke Julian. "Kecuali kalau kau ingin berdekatan denganku, nona Achlys. Makanya kau sampai seperti itu," ucap Duke Julian. Achlys pun sangat mara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status