Share

Dia Mimpi Burukku
Dia Mimpi Burukku
Penulis: Eselitaa

01

Pagi itu, terdengar teriakan yang begitu nyaring dari dalam sebuah kamar. Achlys baru saja bermimpi buruk. Mungkin menurut beberapa orang tidak buruk. Dia menikah dengan seorang pria yang luar biasa tampan dan kaya seolah-olah hartanya tidak akan habis sampai tujuh turunan.

Di dalam mimpinya tersebut, dia sebentar lagi akan melahirkan. Para wanita yang berpakaian seperti pelayan membantunya ke rumah sakit.

Mimpi berlalu begitu cepat dan Achlys dikabarkan dokter anaknya meninggal. Belum cukup sampai disitu, suaminya yang ditunggu-tunggu akhirnya datang tetapi dia membawa seorang wanita dan memperkenalkan padannya bahwa wanita itu adalah istri barunya.

“Ada apa?” Canna, ibunya Achlys bertanya setelah membuka pintu kamar ananknya.

Achlys masih terdiam di kasurnya, kedua matanya menatap kosong ke bawah, nafasnya berantakan, dan pelipisnya berkeringat. Mimpi tadi terasa sangat nyata tetapi dia sungguh tidak menyangka akan bermimpi buruk seperti itu.

“Ada surat dari kantor perusahaan Kynleigh.”

Achlys menoleh ke ibunya. “Bagaimana katanya?”

“Tidak tahu. Ibu tidak membukanya. Bangunlah! Mau sampai kapan kamu tidur! Jika suratnya menyatakan kamu diterima di perusahaan itu, kamu tidak bisa bangun siang lagi!”

“Ibu, kamu tahu? Aku baru saja bermimpi menikah dengan seorang pria yang sangat tampan tetapi sifatnya sangat berkebalikan. Bahkan kata ‘biadab’ masih terlalu baik untuknya,” ucap Achlys mengejar ibunya keluar dari kamarnya.

“Kamu lupa berdo’a jadi mimpi buruk,” kata Canna.

“Aku tidak begitu mengingatnya. Tetapi sekarang aku jadi terus memikirkan mengenai mimpi tersebut. Aku belum menikah apakah mimpi tersebut memberiku semacam petunjuk untuk tidak menikah dengan sembarang lelaki?” tanya Achlys.

“Apa yang kamu bicarakan putriku. Bahkan tanpa mimpi seperti itu, kamu tidak boleh menikah dengan sembarang lelaki!”

Liam, ayahnya Achlys menyerahkan surat dari kantor perusahaan Kynleigh pada putrinya begitu Achlys sampai di ruang makan. Achlys langsung membuka surat tersebut. Dibacanya isi surat itu. Sementara kedua orang tuanya memperhatikan putri mereka dan menunggu jawabannya.

“Aaaaaa aku diterima!” teriak Achlys.

Liam dan Canna tersenyum.

“Syukurlah Achlys. Dari sekian banyak orang, akhirnya kamu diterima,” kata Canna.

Achlys mengangguk semangat. Dia menaruh surat di meja makan kemudian duduk dan mulai memakan sarapannya. Canna langsung memarahinya untuk mencuci mukanya lebih dulu.

Perusahaan Kynleigh adalah salah satu perusahaan terbesar dan terhebat di negara itu dan menjadi perusahaan terbesar di wilayah Silvrest. Duke Julian adalah pemiliknya. Dia adalah putra sulung dari keluarga Kynleigh. Menurut rumor yang beredar, sangat sulit untuk diterima di perusahaan tersebut apalagi sang duke terkenal pemilih.

Namun bagi Achlys, sulit bukan berarti mustahil.

“Terbayar sudah selama ini teman-teman sekolahku selalu menertawakanku meskipun aku menjadi yang paling pintar di sekolah,” kata Achlys.

“Tunjukkan pada mereka kalau kamu bisa melakukannya!” titah Liam lembut.

“Tentu saja ayah. Dalam waktu singkat, aku pasti akan naik jabatan!” jawab Achlys. Achlys menghela nafas. “Mendapatkan kabar bagus di pagi hari akhirnya bisa membayar perasaan gelisahku akibat mimpi buruk.”

“Kapan kamu mulai bekerja?” tanya Canna.

“Besok. Meskipun harus wawancara lagi,” jawab Achlys.

“Berarti kamu akan tinggal disana mulai besok?” tanya Liam.

Achlys berhenti makan. “Benar juga. Karena jaraknya lumayan jauh, tidak mungkin jika aku terus berangkat dari sini kesana. Dan karena besok mulai bekerja berarti hari ini aku harus pindahan.”

Liam dan Canna saling pandang dengan wajah sedih. Achlys adalah putri satu-satunya mereka. Mereka tidak pernah berpisah lama sebelumnya. Achlys juga segera menyadari perubahan ekspresi kedua orang tuanya.

“Kita sudah pernah membicarakan mengenai pindahan sebelumnya tetapi jika harus berpisah dengan ibu dan ayah dalam waktu yang lama sepertinya aku tidak bisa,” kata Achlys.

“Bagus,” kata Liam.

Achlys menatap ayahnya lekat-lekat.

“Jangan berkata begitu putriku! Ayah dan ibumu sudah menyiapkan uang untukmu dan keperluan lainnya. Akhirnya tiba juga waktu putri kita untuk mandiri. Tersenyumlah di hari bahagia ini Achlys. Kita akan membantumu membereskan barang-barangmu setelah ini!” hibur Liam.

“Benar Achlys. Selagi kamu memiliki kesempatan emas jangan di sia-siakan. Kita juga bisa berkirim surat setiap hari!” kata Canna.

“Baiklah. Pastikan untuk mengirimkan surat setiap hari!”

“Seharusnya itu kata-kata kami Achlys!” ucap Liam kemudian tertawa.

Di samping kantor utama Kynleigh, terdapat sebuah hotel yang terutama dikhususkan untuk para pekerja di kediaman Kynleigh maupun para pekerja di kantor perusahaan milik Duke Julian tersebut . Namun, orang asing juga banyak yang menginap di hotel tersebut.

Achlys diantarkan oleh orang tuanya di hotel tersebut. Berdasarkan surat yang dikirimkan untuknya, setelah dia sampai di hotel, dia harus segera datang ke kantor untuk mengkonfirmasi sekaligus melakukan wawancara. Sehingga begitu sampai di hotel, mengabaikan rasa lelahnya, Achlys meninggalkan kedua orang tuanya yang sedang istirahat di hotel tersebut serta membantu membereskan barang-barangnya menuju kantor perusahaan.

"Cantik sekali," bisik Achlys.

Pemandangan yang luar biasa. Dua bulan yang lalu adalah terakhir kali Achlys datang kesini. Bahkan Akademi Nerine, tempat dimana dia bersekolah yang sudah termasuk seolah paling bagus di wilayah tersebut masih kalah dengan kantor perusahaan Kynleigh. Yang paling Achlys suka adalah bunga-bunganya yang penuh warna.

Orang-orang berlalu lalang membawa berkas. Sesekali mereka memperhatikan Achlys. Achlys mengenakan gaun paling cantik hari ini. Dia masih belum tahu orang-orang yang bekerja disini seperti apa jadi dia sedikit khawatir penampilannya akan dihujat.

“Baunya juga harum,” bisik Achlys. Dia menghirup udara yang berada disini.

Achlys memperhatikan kupu-kupu yang beterbangan di taman. Lalu pandangannya jatuh pada seorang pria yang sedang duduk di taman itu dan menghadap ke arahnya tetapi tampak tidak menatapnya. Pria itu mengenakan kemeja berwarna putih dan celana berwarna hitam. Rambutnya yang berwarna coklat keemasan terkena angin dan terasa bersinar di bawah cahaya matahari. Pria itu sibuk merokok dan kedua matanya yang berwarna merah gelap segera menatap ke arah Achlys.

Achlys menghentikan langkahnya. Nafasnya tercekat. Satu-satunya yang dia ingat dari mimpinya adalah jalan cerita mimpinya dan wajah bedebah itu. Namun, tetap saja dia menggelengkan kepalanya dan terus berbisik, “Tidak mungkin.”

Mengapa wajah pria yang menjadi suaminya di dalam mimpinya sama persis dengan pria yang sedang merokok itu?

“Tidak mungkin mimpiku akan menjadi kenyataan,” bisik Achlys.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status