Share

Dia Mimpi Burukku
Dia Mimpi Burukku
Author: Eselitaa

01

Author: Eselitaa
last update Last Updated: 2023-11-13 21:27:02

Pagi itu, terdengar teriakan yang begitu nyaring dari dalam sebuah kamar. Achlys baru saja bermimpi buruk. Mungkin menurut beberapa orang tidak buruk. Dia menikah dengan seorang pria yang luar biasa tampan dan kaya seolah-olah hartanya tidak akan habis sampai tujuh turunan.

Di dalam mimpinya tersebut, dia sebentar lagi akan melahirkan. Para wanita yang berpakaian seperti pelayan membantunya ke rumah sakit.

Mimpi berlalu begitu cepat dan Achlys dikabarkan dokter anaknya meninggal. Belum cukup sampai disitu, suaminya yang ditunggu-tunggu akhirnya datang tetapi dia membawa seorang wanita dan memperkenalkan padannya bahwa wanita itu adalah istri barunya.

“Ada apa?” Canna, ibunya Achlys bertanya setelah membuka pintu kamar ananknya.

Achlys masih terdiam di kasurnya, kedua matanya menatap kosong ke bawah, nafasnya berantakan, dan pelipisnya berkeringat. Mimpi tadi terasa sangat nyata tetapi dia sungguh tidak menyangka akan bermimpi buruk seperti itu.

“Ada surat dari kantor perusahaan Kynleigh.”

Achlys menoleh ke ibunya. “Bagaimana katanya?”

“Tidak tahu. Ibu tidak membukanya. Bangunlah! Mau sampai kapan kamu tidur! Jika suratnya menyatakan kamu diterima di perusahaan itu, kamu tidak bisa bangun siang lagi!”

“Ibu, kamu tahu? Aku baru saja bermimpi menikah dengan seorang pria yang sangat tampan tetapi sifatnya sangat berkebalikan. Bahkan kata ‘biadab’ masih terlalu baik untuknya,” ucap Achlys mengejar ibunya keluar dari kamarnya.

“Kamu lupa berdo’a jadi mimpi buruk,” kata Canna.

“Aku tidak begitu mengingatnya. Tetapi sekarang aku jadi terus memikirkan mengenai mimpi tersebut. Aku belum menikah apakah mimpi tersebut memberiku semacam petunjuk untuk tidak menikah dengan sembarang lelaki?” tanya Achlys.

“Apa yang kamu bicarakan putriku. Bahkan tanpa mimpi seperti itu, kamu tidak boleh menikah dengan sembarang lelaki!”

Liam, ayahnya Achlys menyerahkan surat dari kantor perusahaan Kynleigh pada putrinya begitu Achlys sampai di ruang makan. Achlys langsung membuka surat tersebut. Dibacanya isi surat itu. Sementara kedua orang tuanya memperhatikan putri mereka dan menunggu jawabannya.

“Aaaaaa aku diterima!” teriak Achlys.

Liam dan Canna tersenyum.

“Syukurlah Achlys. Dari sekian banyak orang, akhirnya kamu diterima,” kata Canna.

Achlys mengangguk semangat. Dia menaruh surat di meja makan kemudian duduk dan mulai memakan sarapannya. Canna langsung memarahinya untuk mencuci mukanya lebih dulu.

Perusahaan Kynleigh adalah salah satu perusahaan terbesar dan terhebat di negara itu dan menjadi perusahaan terbesar di wilayah Silvrest. Duke Julian adalah pemiliknya. Dia adalah putra sulung dari keluarga Kynleigh. Menurut rumor yang beredar, sangat sulit untuk diterima di perusahaan tersebut apalagi sang duke terkenal pemilih.

Namun bagi Achlys, sulit bukan berarti mustahil.

“Terbayar sudah selama ini teman-teman sekolahku selalu menertawakanku meskipun aku menjadi yang paling pintar di sekolah,” kata Achlys.

“Tunjukkan pada mereka kalau kamu bisa melakukannya!” titah Liam lembut.

“Tentu saja ayah. Dalam waktu singkat, aku pasti akan naik jabatan!” jawab Achlys. Achlys menghela nafas. “Mendapatkan kabar bagus di pagi hari akhirnya bisa membayar perasaan gelisahku akibat mimpi buruk.”

“Kapan kamu mulai bekerja?” tanya Canna.

“Besok. Meskipun harus wawancara lagi,” jawab Achlys.

“Berarti kamu akan tinggal disana mulai besok?” tanya Liam.

Achlys berhenti makan. “Benar juga. Karena jaraknya lumayan jauh, tidak mungkin jika aku terus berangkat dari sini kesana. Dan karena besok mulai bekerja berarti hari ini aku harus pindahan.”

Liam dan Canna saling pandang dengan wajah sedih. Achlys adalah putri satu-satunya mereka. Mereka tidak pernah berpisah lama sebelumnya. Achlys juga segera menyadari perubahan ekspresi kedua orang tuanya.

“Kita sudah pernah membicarakan mengenai pindahan sebelumnya tetapi jika harus berpisah dengan ibu dan ayah dalam waktu yang lama sepertinya aku tidak bisa,” kata Achlys.

“Bagus,” kata Liam.

Achlys menatap ayahnya lekat-lekat.

“Jangan berkata begitu putriku! Ayah dan ibumu sudah menyiapkan uang untukmu dan keperluan lainnya. Akhirnya tiba juga waktu putri kita untuk mandiri. Tersenyumlah di hari bahagia ini Achlys. Kita akan membantumu membereskan barang-barangmu setelah ini!” hibur Liam.

“Benar Achlys. Selagi kamu memiliki kesempatan emas jangan di sia-siakan. Kita juga bisa berkirim surat setiap hari!” kata Canna.

“Baiklah. Pastikan untuk mengirimkan surat setiap hari!”

“Seharusnya itu kata-kata kami Achlys!” ucap Liam kemudian tertawa.

Di samping kantor utama Kynleigh, terdapat sebuah hotel yang terutama dikhususkan untuk para pekerja di kediaman Kynleigh maupun para pekerja di kantor perusahaan milik Duke Julian tersebut . Namun, orang asing juga banyak yang menginap di hotel tersebut.

Achlys diantarkan oleh orang tuanya di hotel tersebut. Berdasarkan surat yang dikirimkan untuknya, setelah dia sampai di hotel, dia harus segera datang ke kantor untuk mengkonfirmasi sekaligus melakukan wawancara. Sehingga begitu sampai di hotel, mengabaikan rasa lelahnya, Achlys meninggalkan kedua orang tuanya yang sedang istirahat di hotel tersebut serta membantu membereskan barang-barangnya menuju kantor perusahaan.

"Cantik sekali," bisik Achlys.

Pemandangan yang luar biasa. Dua bulan yang lalu adalah terakhir kali Achlys datang kesini. Bahkan Akademi Nerine, tempat dimana dia bersekolah yang sudah termasuk seolah paling bagus di wilayah tersebut masih kalah dengan kantor perusahaan Kynleigh. Yang paling Achlys suka adalah bunga-bunganya yang penuh warna.

Orang-orang berlalu lalang membawa berkas. Sesekali mereka memperhatikan Achlys. Achlys mengenakan gaun paling cantik hari ini. Dia masih belum tahu orang-orang yang bekerja disini seperti apa jadi dia sedikit khawatir penampilannya akan dihujat.

“Baunya juga harum,” bisik Achlys. Dia menghirup udara yang berada disini.

Achlys memperhatikan kupu-kupu yang beterbangan di taman. Lalu pandangannya jatuh pada seorang pria yang sedang duduk di taman itu dan menghadap ke arahnya tetapi tampak tidak menatapnya. Pria itu mengenakan kemeja berwarna putih dan celana berwarna hitam. Rambutnya yang berwarna coklat keemasan terkena angin dan terasa bersinar di bawah cahaya matahari. Pria itu sibuk merokok dan kedua matanya yang berwarna merah gelap segera menatap ke arah Achlys.

Achlys menghentikan langkahnya. Nafasnya tercekat. Satu-satunya yang dia ingat dari mimpinya adalah jalan cerita mimpinya dan wajah bedebah itu. Namun, tetap saja dia menggelengkan kepalanya dan terus berbisik, “Tidak mungkin.”

Mengapa wajah pria yang menjadi suaminya di dalam mimpinya sama persis dengan pria yang sedang merokok itu?

“Tidak mungkin mimpiku akan menjadi kenyataan,” bisik Achlys.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dia Mimpi Burukku   62

    Mereka akhirnya tiba di wilayah utara. Udaranya benar-benar sangat dingin. Setelah melakukan perjalanan cukup panjang dan selama perjalanan itu, telah banyak hal yang terjadi antara Achlys dan Julian. Achlys mengikuti Julian menuju ke batu sihir yang terletak di puncak gunung. "Perasaanku tidak enak," ucap Achlys. Achlys tiba-tiba merasakan kepalanya sangat sakit. Dia sampai tidak sanggup berjalan dan terus meringis kesakitan. Bahkan air matanya sampai mengalir deras. Julian tidak mengatakan apapun. Dia langsung mengeluarkan sihir healing kepada Achlys tetapi itu tidak berhasil. Pada saat sama, seekor monster raksasa yang lebih besar dari naga yang pernah mereka temui muncul di depan mereka. Julian menatap garang ke arah monster itu. Kedua matanya segera menyipit dengan dingin. Sementara dalam benak Achlys terbayang-bayang mimpinya tentang dua pasangan itu. Nama mereka masih sam. Achlys dan Julian. "Bisakah kita memulainya dari awal lagi?" Mimpinya sek

  • Dia Mimpi Burukku   61

    Api unggun mulai meredup, hanya menyisakan bara yang sesekali mengeluarkan suara kecil seperti desahan napas terakhir. Angin malam menusuk, membawa aroma tanah lembab dan dedaunan kering dari hutan utara. Achlys duduk memeluk lututnya, matanya menerawang pada cahaya yang tersisa, seakan mencari jawaban pada api yang sebentar lagi padam. Duke Julian duduk tidak jauh darinya, bersandar pada batang pohon, seolah tidak peduli pada dunia. Matanya terpejam, tapi Achlys tahu pria itu tidak sedang tidur. Nafasnya terlalu teratur, terlalu waspada. Achlys menggigit bibirnya. Hatinya penuh kegelisahan. Mimpi itu kembali menghantuinya semalam. Mimpi yang sama, berulang kali. Pasangan yang saling mencintai, tapi terjebak dalam penderitaan tanpa akhir. Wanita itu menangis dalam pelukan pria yang penuh luka, sementara pria itu, dengan darah mengalir di tubuhnya, bersumpah akan melindunginya di kehidupan berikutnya. Kenapa aku terus melihatnya? Apa arti semua ini? Akhirnya, tan

  • Dia Mimpi Burukku   60

    Udara dingin yang menyengat menembus kulit, lebih menusuk dari embun beku paling dalam, namun Achlys tidak bergeming. Ia berdiri terpaku di tengah hamparan es dan salju yang tak berujung, di bawah langit utara yang berputar-putar dengan cahaya sihir keperakan. Ini bukan dunianya, ia tahu, tapi sensasi menusuk dari angin yang membawa partikel es itu begitu nyata, begitu mendalam hingga napasnya terasa beku di dada. Di hadapannya, sebuah drama yang sudah lama terkubur, kini terhampar. Seorang wanita berambut pirang keemasan, indah bagai peri dari dongeng kuno, berlutut lemah di atas salju. Wajahnya yang pucat pasi dihiasi bintik-bintik keunguan, tanda kutukan gelap yang menggerogoti. Tangannya yang mungil digenggam erat oleh seorang pria bertubuh tegap, matanya memancarkan kesedihan dan keputusasaan yang tak terukur. Sihir yang mengalir dari tangannya berusaha menghalau kegelapan, namun kutukan itu terlalu kuat. "Aku... tidak kuat lagi, Julian," desis wanita itu, suaranya

  • Dia Mimpi Burukku   59

    Ketika orang-orang akhirnya bersorak kemenangan, Slater mencari keberadaan Achlys. Achlys telah menjauh. Dia berencana pulang untuk menemui kedua orang tuanya untuk memeriksa keadaan mereka. Namun Slater segera menemukannya dan menghampirinya, menyuruhnya untuk berhenti berlari. Achlys merasa jantungnya berdebar lebih cepat. Dia tidak tahu lagi dengan apa yang akan terjadi ke depannya. Baik perihal soal Duke Julian. Dia telah tanda tangan di surat resmi yang dikeluarkan Duke Julian mengenai kontrak mereka melakukan perjalanan bersama untuk mengungkap mimpi buruk yang dialami oleh Achlys. "Achlys, ada sesuatu yang ingin kukatakan kepadamu," ucap Slater. Achlys diam sejenak menunggu apa yang dikatakan oleh Slater. "Aku merasa aneh ketika berdekatan denganmu dan tidak tahu perasaan seperti apa ini," ucap Slater. Achlys tertegun. Dia sendiri juga bingung perasaan seperti apa yang dialami oleh Slater. "Kenapa Slater? Jika kau sendiri tidak mengerti, bagaimana denga

  • Dia Mimpi Burukku   58

    Achlys pergi ke wilayah kekaisaran tanpa Duke Julian. Duke Julian mengambil jalan yang berbeda. Tentunya, cara mereka menyelamatkan Slater berbeda. Achlys disuruh Duke Julian untuk menyelamatkan Slater yang dikurung di ruang bawah tanah. Achlys sangat mencemaskan keadaan Slater, jadi dia bergegas menuju ke tempat dimana Slater ditahan. Slater ditahan di ruang bawah tanah kekaisaran. Slater hanya bisa menunggu antara dia menerima takdirnya untuk dieksekusi atau akan diselamatkan oleh seseorang. "Tidak kusangka dia akan melakukan ini," bisik Slater. Slater sudah terluka parah dan kedua tangannya di rantai. Dia tidak mengerti mengapa dia ditahan. Apakah karena kegagalannya dalam ekspedisi? Achlys tiba di pintu penjara kekaisaran dimana Slater ditahan disana. Namun pintu masuknya dijaga oleh penjaga penjara kekaisaran. Achlys sangat kebingungan bagaimana caranya agar dia bisa menyusup ke penjara bawah tanah kekaisaran. Setelah berpikir panjang achlys menemuka

  • Dia Mimpi Burukku   57

    Achlys bertemu dengan Duke Julian. Ayahnya sudah pulang. Duke Julian tampak lebih sibuk dibandingkan biasanya. Dia sampai mengabaikan Achlys. "Tuan duke, apa yang kau katakan kepada ayahku?" tanya Achlys dengan nada tajam. Duke Julian tengah melihat-lihat berkas dan memegang sebuah bolpoin. "Kenapa nona Achlys?" tanya Duke Julian dengan nada datar. "Saya tanya, apa yang anda katakan kepada ayah saya?!" tanya Achlys dengan nada tajam. "Kenapa kau malah bertanya kepadaku bukan kepada ayahmu? Bukankah kau membenciku nona Achlys?" tanya Duke Julian dengan nada tajam. "Jangan mengalihkan pembicaraan tuan duke!" sentak Achlys. "Aku benar. Kenapa tidak bertanya kepada ayahmu? Ayahmu pasti akan menjawab dibandingkan denganku kecuali..." Duke Julian menatap Achlys. "Kecuali apa tuan duke?" tanya Achlys menatap tajam Duke Julian. "Kecuali kalau kau ingin berdekatan denganku, nona Achlys. Makanya kau sampai seperti itu," ucap Duke Julian. Achlys pun sangat mara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status