"Permisi."
Seseorang mengetuk pintu kamar keluarga Bambalina. Canna yang sedang membantu putrinya beres-beres memutuskan untuk membuka pintu itu tetapi Achlys langsung berteriak menghentikannya."Jangan dibuka!""Achlys, sikapmu ini berlebihan," kata Liam."Aku yakin di luar pintu ada Duke Julian!""Ada surat dari tuan duke untuk keluarga Bambalina!" ucap orang di luar pintu.Liam akhirnya berdiri dan mendekati pintu. Achlys langsung menyusul ayahnya dan menarik tangannya untuk menghentikannya tetapi Liam justru melepaskan tangan putrinya. Liam membuka pintu dan menerima surat mewah tersebut.Setelah orang yang mengantarkan surat itu pergi dan pintu kembali ditutup, Achlys mulai menggerutu."Bahkan jika dia mengirimkan surat, aku tetap tidak akan mengeluarkan uang sedikitpun!" tegas Achlys."Achlys, jaga sikapmu! Dia itu Duke Julian!" tegas Canna. "Jangan samakan mimpi dengan kenyataan. Di dalam mimpimu, Duke Julian mungkin bukan orang baik tetapi kenyataannya dia bahkan menerimamu yang notabenenya rakyat biasa di kantor utamanya. Seharusnya kamu menjaga sikapmu sehingga dia akan memberikan lebih banyak hati nuraninya!""Aku tidak membutuhkannya!" sentak Achlys."Sayang, kita diundang makan malam!" seru Liam. "Duke Julian sendiri yang mengundang kita."Achlys langsung merebut surat di tangan ayahnya."Membicarakan mengenai diriku yang memiliki bakat?"Di dalam suratnya, Duke Julian menjelaskan alasan dia mengajak orang tuanya makan malam hanyalah untuk membicarakan mengenai dia yang menempati rangking ketiga di salah satu sekolah terbaik di negara ini. Duke Julian telah melihat beberapa pencapaiannya dari data yang diberikan oleh Magnolia."Tidak baik untuk terus menyimpan kemampuan dalam menganalisa informasi. Jika dia tidak menolak, maka aku akan memberikan posisi sebagai sekertarisku."Achlys langsung meremas surat itu setelah membaca kalimat itu. "Kalau seperti ini, sudah jelas mimpiku akan menjadi kenyataan. Duke Julian tertarik padaku.""Dia tertarik padamu karena kamu menolaknya. Dari sekian banyak orang yang mengharapkan bisa bekerjasama dengan Duke Julian, kamu justru membuang kesempatan itu. Bagaimana Duke Julian tidak tertarik padamu. Jika kamu bersikap ramah seperti yang lain, Duke Juliam tidak akan sejauh ini," ucap Liam.Achlys menggerutu. "Sekarang apa yang harus kulakukan? Aku tidak mau bersikap ramah padanya karena dia adalah tipe pria yang berani bermain dibelakang istrinya.""Kamu berpikir terlalu jauh putriku. Sepertinya kamu belum tahu ini tetapi Duke Julian sudah bertunangan dengan putri tunggal grand duke yang bernama Laura. Jadi jangan berlebihan pada mimpimu. Mimpi hanyalah mimpi."Achlys menghela nafas kecil. Dia sedikit lega. "Kapan dia akan menikah?" tanyanya."Masih belum diketahui," jawab Canna."Kalian akan datang ke acara makan malamnya?" tanya Achlys.Canna dan Liam saling pandang kemudian tersenyum lembut."Tentu saja Achlys," jawab Liam. "Menurut yang ayah dengar dari orang-orang, Duke Julian jarang mengundang rakyat biasa seperti kita untuk makan bersamanya. Kapan lagi kesempatan seperti ini datang apalagi tujuannya ingin membicarakan mengenai masa depanmu. Siapa tahu kamu akan menjadi orang penting di negara ini."Achlys ingin menjadi seorang konglomerat yang berjasa di negara ini seperti salah satu profesor di akademinya. Dia memiliki ambisi tetapi jika berkaitan dengan Duke Julian, dia lebih baik mundur. Duke Julian, bagi dia seperti kotoran yang hinggap di kehidupannya yang bersih tanpa cacat."Aku tidak mengharapkan bekerjasama dengannya ayah," sentak Achlys. "Tetapi jika kalian ingin menerima undangannya terserah. Aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan lagi jika kalian menolak makan malam dengannya."Achlya teringat saat dia dikelilingi para pengawal yang memegang senjata. Meskipun sejauh ini Duke Julian tidak melakukan sesuatu yang berbahaya, tetapi baginya pria itu tidak memiliki perasaan."Dengan dia meminta uang kompensasi padaku, itu sudah menunjukkan kekejamannya," batin Achlys."Intinya besok kita harus pulang!" tegas Achlys.Ketika orang tuanya datang ke kediaman Kynleigh, Achlys menolak untuk ikut. Achlys menggunakan waktu ini untuk mencari pekerjaan lain. Ada beberapa perusahaan yang menjadi incarannya apabila di Kynleigh ia tidak diterima.Persetan jika dia melamar bekerja di perusahaan lain Duke Julian akan semakin membuat masalah dengannya.Tidak seperti di kotanya, di Kota Silverst ini lebih ramai lagi. Achlys beberapa kali berhenti di depan toko."Aku tidak memiliki cukup uang untuk membeli barang-barang yang kuinginkan," batin Achlys.Karena dia cukup pintar, dia sering disuruh para profesor untuk mengerjakan sesuatu dan kadang-kadang diberi imbalan. Imbalannya dibagi dua. Untuk diberikan pada orang tuanya dan digunakan untuk membeli keperluannya sendiri."Ibu tidak akan menceritakan mimpiku pada Duke Julian kan?" batin Achlys.***Makanan-makanan yang ada di depan Liam dan istrinya sungguh mewah. Mereka pernah memakan makanan tersebut saat mereka memiliki banyak uang. Biasanya tiga bulan sekali. Keduanya berpikir seandainya saja putri mereka ikut. Achlys pasti akan bahagia bisa menyantap semua makanan mewah ini."Putri kalian pintar. Namun sayang, tidak kusangka dia mengundurkan diri secepat itu. Menurut petugas yang mengantarkannya ke ruangan utama, dia menjadi seperti itu setelah mengetahui tentang diriku. Terutama setelah melihat rupaku. Sehingga kupikir dia memiliki dendam tertentu padaku. Aku ingin tahu apa yang menyebabkannya membenciku," ucap Duke Julian langsung ke intinya.Orang tuanya Achlys langsung merasa tidak enak. Mereka tidak mungkin memberitahu mengenai alasan Achlys membenci Duke Julian karena memimpikannya."Maafkan putri kami yang seperti itu tuan duke. Sebenarnya, dia sedikit membenci para bangsawan. Dia tidak menyukai orang-orang yang mendapatkan sesuatu dengan instan.""Apakah dia pikir aku berada di titik ini hanya dalam sekejap mata?" yanya Duke Julian.Liam dan istrinya lagi-lagi menundukkan kepala mereka."Maksud saya bukan seperti itu tuan duke," elak Liam."Tidak perlu mengatakan apapun lagi tuan Liam. Jika putri kalian membenci bangsawan sepertiku, dia seharusnya tidak pernah menginjakkan kakinya disini. Dia telah diterima disini. Dan aku bahkan menawarinya pekerjaan dengan gaji yang lebih menggiurkan tetapi dia malah seperti itu. Ini sangat melukai harga diriku. Dia telah mencemarkan nama baikku. Mau tidak mau, kalian harus membayar kompensasi. Namun, karena aku sangat baik hati, aku tidak akan memaksa kalian sampai sejauh itu. Asalkan putri kalian harus bekerja dibawahku!"Liam dan istrinya saling pandang dengan cemas. Mereka yakin, Achlys tetap tidak akan mau bekerja dengan Duke Julian.Mereka akhirnya tiba di wilayah utara. Udaranya benar-benar sangat dingin. Setelah melakukan perjalanan cukup panjang dan selama perjalanan itu, telah banyak hal yang terjadi antara Achlys dan Julian. Achlys mengikuti Julian menuju ke batu sihir yang terletak di puncak gunung. "Perasaanku tidak enak," ucap Achlys. Achlys tiba-tiba merasakan kepalanya sangat sakit. Dia sampai tidak sanggup berjalan dan terus meringis kesakitan. Bahkan air matanya sampai mengalir deras. Julian tidak mengatakan apapun. Dia langsung mengeluarkan sihir healing kepada Achlys tetapi itu tidak berhasil. Pada saat sama, seekor monster raksasa yang lebih besar dari naga yang pernah mereka temui muncul di depan mereka. Julian menatap garang ke arah monster itu. Kedua matanya segera menyipit dengan dingin. Sementara dalam benak Achlys terbayang-bayang mimpinya tentang dua pasangan itu. Nama mereka masih sam. Achlys dan Julian. "Bisakah kita memulainya dari awal lagi?" Mimpinya sek
Api unggun mulai meredup, hanya menyisakan bara yang sesekali mengeluarkan suara kecil seperti desahan napas terakhir. Angin malam menusuk, membawa aroma tanah lembab dan dedaunan kering dari hutan utara. Achlys duduk memeluk lututnya, matanya menerawang pada cahaya yang tersisa, seakan mencari jawaban pada api yang sebentar lagi padam. Duke Julian duduk tidak jauh darinya, bersandar pada batang pohon, seolah tidak peduli pada dunia. Matanya terpejam, tapi Achlys tahu pria itu tidak sedang tidur. Nafasnya terlalu teratur, terlalu waspada. Achlys menggigit bibirnya. Hatinya penuh kegelisahan. Mimpi itu kembali menghantuinya semalam. Mimpi yang sama, berulang kali. Pasangan yang saling mencintai, tapi terjebak dalam penderitaan tanpa akhir. Wanita itu menangis dalam pelukan pria yang penuh luka, sementara pria itu, dengan darah mengalir di tubuhnya, bersumpah akan melindunginya di kehidupan berikutnya. Kenapa aku terus melihatnya? Apa arti semua ini? Akhirnya, tan
Udara dingin yang menyengat menembus kulit, lebih menusuk dari embun beku paling dalam, namun Achlys tidak bergeming. Ia berdiri terpaku di tengah hamparan es dan salju yang tak berujung, di bawah langit utara yang berputar-putar dengan cahaya sihir keperakan. Ini bukan dunianya, ia tahu, tapi sensasi menusuk dari angin yang membawa partikel es itu begitu nyata, begitu mendalam hingga napasnya terasa beku di dada. Di hadapannya, sebuah drama yang sudah lama terkubur, kini terhampar. Seorang wanita berambut pirang keemasan, indah bagai peri dari dongeng kuno, berlutut lemah di atas salju. Wajahnya yang pucat pasi dihiasi bintik-bintik keunguan, tanda kutukan gelap yang menggerogoti. Tangannya yang mungil digenggam erat oleh seorang pria bertubuh tegap, matanya memancarkan kesedihan dan keputusasaan yang tak terukur. Sihir yang mengalir dari tangannya berusaha menghalau kegelapan, namun kutukan itu terlalu kuat. "Aku... tidak kuat lagi, Julian," desis wanita itu, suaranya
Ketika orang-orang akhirnya bersorak kemenangan, Slater mencari keberadaan Achlys. Achlys telah menjauh. Dia berencana pulang untuk menemui kedua orang tuanya untuk memeriksa keadaan mereka. Namun Slater segera menemukannya dan menghampirinya, menyuruhnya untuk berhenti berlari. Achlys merasa jantungnya berdebar lebih cepat. Dia tidak tahu lagi dengan apa yang akan terjadi ke depannya. Baik perihal soal Duke Julian. Dia telah tanda tangan di surat resmi yang dikeluarkan Duke Julian mengenai kontrak mereka melakukan perjalanan bersama untuk mengungkap mimpi buruk yang dialami oleh Achlys. "Achlys, ada sesuatu yang ingin kukatakan kepadamu," ucap Slater. Achlys diam sejenak menunggu apa yang dikatakan oleh Slater. "Aku merasa aneh ketika berdekatan denganmu dan tidak tahu perasaan seperti apa ini," ucap Slater. Achlys tertegun. Dia sendiri juga bingung perasaan seperti apa yang dialami oleh Slater. "Kenapa Slater? Jika kau sendiri tidak mengerti, bagaimana denga
Achlys pergi ke wilayah kekaisaran tanpa Duke Julian. Duke Julian mengambil jalan yang berbeda. Tentunya, cara mereka menyelamatkan Slater berbeda. Achlys disuruh Duke Julian untuk menyelamatkan Slater yang dikurung di ruang bawah tanah. Achlys sangat mencemaskan keadaan Slater, jadi dia bergegas menuju ke tempat dimana Slater ditahan. Slater ditahan di ruang bawah tanah kekaisaran. Slater hanya bisa menunggu antara dia menerima takdirnya untuk dieksekusi atau akan diselamatkan oleh seseorang. "Tidak kusangka dia akan melakukan ini," bisik Slater. Slater sudah terluka parah dan kedua tangannya di rantai. Dia tidak mengerti mengapa dia ditahan. Apakah karena kegagalannya dalam ekspedisi? Achlys tiba di pintu penjara kekaisaran dimana Slater ditahan disana. Namun pintu masuknya dijaga oleh penjaga penjara kekaisaran. Achlys sangat kebingungan bagaimana caranya agar dia bisa menyusup ke penjara bawah tanah kekaisaran. Setelah berpikir panjang achlys menemuka
Achlys bertemu dengan Duke Julian. Ayahnya sudah pulang. Duke Julian tampak lebih sibuk dibandingkan biasanya. Dia sampai mengabaikan Achlys. "Tuan duke, apa yang kau katakan kepada ayahku?" tanya Achlys dengan nada tajam. Duke Julian tengah melihat-lihat berkas dan memegang sebuah bolpoin. "Kenapa nona Achlys?" tanya Duke Julian dengan nada datar. "Saya tanya, apa yang anda katakan kepada ayah saya?!" tanya Achlys dengan nada tajam. "Kenapa kau malah bertanya kepadaku bukan kepada ayahmu? Bukankah kau membenciku nona Achlys?" tanya Duke Julian dengan nada tajam. "Jangan mengalihkan pembicaraan tuan duke!" sentak Achlys. "Aku benar. Kenapa tidak bertanya kepada ayahmu? Ayahmu pasti akan menjawab dibandingkan denganku kecuali..." Duke Julian menatap Achlys. "Kecuali apa tuan duke?" tanya Achlys menatap tajam Duke Julian. "Kecuali kalau kau ingin berdekatan denganku, nona Achlys. Makanya kau sampai seperti itu," ucap Duke Julian. Achlys pun sangat mara