Home / Romansa / Dia Pemilik Hatiku / 6. Kejutan Manis

Share

6. Kejutan Manis

Author: Lisandi Noera
last update Last Updated: 2022-01-02 19:16:55

"Almara, apakah kamu merasa pantas mendampingi anak saya?"

Seperti menerima kejutan listrik tegangan tinggi, Almara seketika kehabisan kata - kata. Susunan kalimat perkenalan yang sudah dia siapkan semalam mendadak buyar begitu saja. Bodohnya dia, tidak menyiapkan jawaban atas pertanyaan ini. Seharusnya dia sudah tahu bahwa pertanyaan semacam ini kemungkinan besar akan muncul. 

Tapi ini sudah kepalang tanggung, Almara harus tetap maju. 

"Ma ... " Ardan baru saja akan protes dengan sikap mamanya yang menyudutkan Almara, namun Almara keburu menyentuh tangannya sebagai kode bahwa Almara akan menghadapi pertanyaan Melissa. 

Billy masih diam. Dia pun penasaran jawaban apa yang akan dilontarkan oleh gadis pujaan hati anaknya itu. 

"Tante," Almara mulai bersuara dengan gaya yang dia buat setenang mungkin. 

"Tentu saja saya tidak mungkin menjawab bahwa saya tidak pantas. Saya rasa kriteria pantas tersebut hanya Om dan Tante yang bisa memutuskan." 

"Apa yang ingin kamu katakan Almara?" Akhirnya Billy bersuara juga, dia begitu penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Almara. 

Almara tersenyum kecil, "Saya tahu Om dan Tante ingin menjodohkan Ardan dengan Sharon. Saya juga tahu latar belakang keluarga Sharon. Jika maksud om dan tante tentang kepantasan adalah mengenai latar belakang keluarga saya, maka tentu saja keluarga saya tidak ada apa - apa nya dengan keluarga Sharon."

"Keluarga saya biasa saja. Bahkan saat akan masuk kuliah, orang tua saya tidak memiliki biaya yang cukup sehingga saya harus mencari beasiswa jika tetap ingin kuliah. Sehari - hari selain kuliah, saya mempunyai pekerjaan tambahan sebagai video editor freelance. Penghasilannya saya pergunakan untuk membiayai keperluan kuliah yang tidak ditanggung oleh beasiswa." 

Ada jeda singkat pada penjelasan Almara. Selang 5 detik, dia melanjutkan, "Karena itulah saya bekerja keras untuk pendidikan saya, karena saya tidak mendapatkannya dengan mudah. Kemampuan akademik dan prestasi saya lumayan baik, saya rasa saya bisa mengimbangi keluarga Gunardi." 

Almara tersenyum tipis, "Selebihnya, saya hanyalah perempuan yang mencintai anak Om dan Tante. Latar belakang keluarga saya adalah sesuatu yang tidak bisa saya ubah, tapi untuk hal lain silahkan Om dan Tante katakan apa yang perlu saya lakukan untuk membuat saya layak menjadi pendamping Ardan." 

Seketika rasa hangat merayap pada hati Ardan. Ah wanitanya yang amat dia cintai ini, dia tidak menyangka Almara bisa memberi jawaban seperti itu. 

Melissa tersenyum. Namun senyumnya kali ini lebih hangat daripada senyum kaku saat Almara baru datang. Masih dengan tersenyum, Melissa menoleh kepada Billy. 

"HA HA HA ...” Tidak disangka Billy justru tertawa lepas. Almara masih keheranan kenapa Ayah dari kekasihnya itu tiba - tiba tertawa lepas seperti itu. Almara mulai khawatir apakah dia mengatakan sesuatu yang konyol sebelumnya. Namun ketika Melissa dan Ardan tiba - tiba juga tertawa terbahak - bahak, kekhawatiran Almara berubah menjadi kebingungan. 

"Kamu serius sekali Almara, tapi saya setuju dengan Ardan, kamu memang cerdas dan bisa menguasai diri sekalipun dalam posisi yang menyudutkan. Ha ha ha," Billy menyesap teh dari cangkir yang ada di hadapannya setelah mengeluarkan kata - kata yang semakin membuat Almara bingung. 

Gimana akting mama barusan Ardan?  Apa mama sudah pantas ikut casting?" Kali ini Melissa yang berbicara sambil tertawa. 

"Bagus banget Ma, ngeri - ngeri sedap," Ardan memuji mamanya sambil mengacungkan kedua jempol tangannya. 

"Ini ... sebenarnya apa yang terjadi?" Almara akhirnya tidak tahan untuk bertanya. 

"Almara, maafkan tante ya, ini murni idenya Om Billy dan Ardan lho. Tante cuma ngikut aja. Kami sengaja nge-prank kamu seolah - olah kami calon mertua yang dingin. Ardan dan papanya bertaruh apa kamu akan menangis dan terintimidasi atau tidak," Melissa kemudian menjelaskan karena iba dengan Almara yang masih terlihat kebingungan. 

Apa?  Jadi tadi itu semuanya cuma akting. Almara masih bingung harus merasa sebal atau bersyukur. 

"Jadi, kamu cinta banget ya sama aku uuuchh ... Terus kamu mau melakukan apa saja supaya dianggap layak menjadi pendampingku," Ardan menggoda Almara sambil menyentuh dadanya sendiri dengan manja,  berlagak terharu dengan perkataan Almara tadi. 

Almara yang sudah sangat malu malah mencubit perut Ardan dengan keras. "Apaan sih, aku malu banget lho," bisik Almara kepada Ardan, namun cukup keras untuk bisa didengar Melissa dan Billy. 

"Yang jelas, sebenarnya kami sudah merestui hubungan kalian. Bahkan sebetulnya saya sudah tahu kalau Ardan sudah memiliki gadis yang dia cintai, saya hanya menunggu Ardan memperkenalkan sendiri pilihannya," Billy menjelaskan kepada Almara dan lagi - lagi sambil menyesap tehnya. 

"Soal Sharon, yaaah... memang sudah ada pembicaraan antara kami dengan orang tua Sharon. Tapi saya belum memberi kepastian, saya hanya mengatakan jika Ardan setuju tentu akan kami tetapkan perjodohan tersebut, namun jika Ardan punya pilihan sendiri, saya tidak mau memaksa anak saya," lanjut Billy. 

"Kemarin tiba - tiba Ardan mengajak kami bicara serius. Kebetulan, kami juga sudah berencana untuk bicara dengan Ardan mengenai ulang tahunnya nanti malam. Tadinya kami bermaksud menyetujui rencana perjodohan dengan keluarga Sharon dan mengumumkannya nanti malam saat pesta ulang tahun Ardan. Kami mau meminta persetujuan Ardan, eh ternyata dia malah bahas tentang kamu Almara," Melissa menceritakan kejadian satu hari sebelumnya. 

"Bagi kami kebahagian Ardan yang utama. Dan kami juga tahu kamu perempuan baik - baik. Jadi yaaa kenapa tidak. Kalau kalian serius tidak usahlah berpacaran lama - lama. Langsung nikah saja begitu lulus kuliah. Bagaimana?"

Tawaran Billy membuat Almara menegang. Benarkah semudah ini ? Ternyata orang tua Ardan tidak seperti keluarga konglomerat yang sering dia baca di novel dan dia lihat di drama korea. Almara benar - benar merasa bodoh dulu telah meninggalkan Ardan hanya karena ketakutannya yang tidak berdasar. 

"Almara mungkin belum siap dengan pembicaraan mengenai pernikahan Pa. Beri kami waktu untuk nanti membicarakannya berdua saja," Ardan menjawab Billy karena melihat Almara yang sepertinya bingung dan tidak siap dengan pertanyaan Billy. 

Pembicaraan selanjutnya pun menjadi semakin ringan dan akrab. Almara tidak menduga bahwa jalannya ternyata begitu mulus. Seolah seluruh alam telah mendukungnya. Bahkan dia sempat mendapat kejutan manis dari Ardan dan orang tuanya. Ya kejutan yang awalnya membuat dia senam jantung karena merasa disidang namun ternyata berakhir manis dengan restu yang ada di tangan. Almara bahkan mendapat tawaran untuk segera menikah dengan Ardan. Misi pertamanya berjalan dengan sukses.

Tidak terasa sudah 3 jam mereka bicara kesana kemari. Almara ada kuliah siang ini sehingga dia harus pamit untuk pulang terlebih dahulu. 

Sore harinya, Almara pulang dari kampus dengan berjalan kaki. Hatinya ringan dan ceria. Sesampainya di kamar kos dia menyiapkan pakaian dan aksesori untuk acara ulang tahun Ardan nanti malam. Dilihatnya gaun hitam pemberian Ardan, hatinya berbunga - bunga, ah, kali ini dia akan mengenakan gaun ini dengan perasaan bahagia. Almara jadi semakin bersyukur ada keajaiban dalam hidupnya, seperti dalam dongeng, dia kembali ke masa lalu dan memperbaiki semuanya. 

***

Lantunan musik klasik yang dimainkan grup orkestra malam ini sudah pernah Almara dengar 7 tahun yang lalu, namun kali ini suasana agak berbeda. Jika dulu di tanggal yang sama dan tempat yang sama, hubungannya dengan Ardan berakhir begitu saja, kali ini keadaan berbeda 180 derajat. 

Almara berdiri menikmati dekorasi gedung, mendengarkan indahnya lantunan musik klasik dan sesekali mencicipi makanan manis yang terhidang sambil menunggu Ardan datang. Dulu dia tidak bisa menikmati ini semua karena pikirannya sudah terlanjur kalut, betapa ruginya.

Almara berjalan mengelilingi ruangan, melihat - lihat barangkali ada teman yang dia kenal untuk diajak mengobrol. Di sisi sebelah kiri ruangan akhirnya dia melihat teman kuliahnya berkumpul dan saling bicara. Ketika dia hendak menghampiri mereka, mata Almara melotot melihat siapa yang baru saja datang memasuki ruangan. 

Seorang lelaki tampan dengan setelan jas yang terlihat mahal dan elegan masuk dengan menggandeng seorang wanita cantik. Wanita berwajah oriental itu mengenakan gaun malam terusan berwarna merah cerah, menjuntai hingga ke mata kakinya, perhiasan yang dia kenakan sangat sederhana namun mampu memancarkan aura keanggunan yang alami. 

Almara mulai mendengar bisik - bisik dari orang - orang yang juga terpukau melihat kedatangan dua pasangan yang bak malaikat itu. Semua orang di ruangan sepertinya mengenal wanita itu, termasuk Almara. Dia adalah Fiolina Chow, seorang model papan atas yang baru saja mewakili indonesia memenangkan kompetisi Asian Next Top Model. Wajahnya pun sudah beberapa kali muncul di layar kaca sebagai bintang iklan produk terkenal. 

Namun bukan kehadiran wanita itu yang paling membuat Almara syok. Keluarga Ardan memang terpandang, jadi selain sesama pengusaha, ada juga beberapa model, artis, dan pejabat sebagai tamu undangan. Namun lelaki yang menjadi pasangan si model papan atas benar – benar membuat Almara terpaku. 

Walaupun seisi ruangan masih tidak mengenal siapa lelaki beruntung yang menjadi pasangan seorang Fiolina Chow pada pesta kali ini, Almara justru sangat mengenalnya. Dia adalah Rangga Adiputera. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ganol
alhamdulilah berkesan q tunggu selanjutx
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dia Pemilik Hatiku   83. Epilog

    “Gimana kabar kamu Fi? Lama banget deh gak ketemu. Seru jalan – jalan ke Eropanya?” tanya Sharon saat Fiolina baru datang dan duduk di hadapannya dan Almara. “Seru dong. Maaf ya telat, aku bangun kesiangan,” jawab Fiolina sambil merapikan make up nya. Mereka bertiga berjanji untuk bertemu di sebuah cafe setelah 2 bulan Fiolina berlibur di Eropa. “Eh Fi, jadi kamu sama sekali gak denger kabar apapun dari perkembangan kasus Nayra, Mama Kinanti dan Billy?” tanya Almara. “Iya lah. Aku kan ngelarang kalian cerita apapun soal itu selama aku healing di Eropa dan aku juga ngelarang semua orang untuk kasih tahu aku supaya aku gak terganggu sama masalah mereka lagi selama di sana,” jawab Fiolina. Memang benar, tiga bulan sudah berlalu semenjak penangkapan Billy, Fiolina memutuskan untuk berjalan – jalan dan tidak mendengar kabar apa pun soal kasus itu selama dua bulan terakhir. “Emangnya ada kabar apa?” tanya Fiolina kepada Almara dan Sharon yang terlihat sedikit tegang. “Billy bunuh diri

  • Dia Pemilik Hatiku   82. Lagi – lagi Pie

    Almara menjalani kehidupan barunya sebagai seorang ibu dengan ceria. Sekalipun banyak hal yang membuatnya kaget bahkan kelelahan namun dia tetap menikmati prosesnya. Dia dibantu oleh Hardian dan juga Rangga yang super semangat merawat Rama sekalipun mereka berdua banyak melakukan kesalahan konyol.Saat Rama genap berusia satu bulan, Rangga dengan antusias memiliki ide untuk merayakan. Almara bersikeras menolak, “Gak gak buat apa sih. Namanya ulang tahun itu ya setiap tahun, tunggu umur satu tahun. Lagian emangnya kamu mau merayakan setiap bulan?”“ya gak papa dong,” kekeh Rangga.“Gak usah, pemborosan. Dan gak wajar juga jadinya.”“Hm... oke oke ya udah, aku nurut bundanya Rama aja deh,” ujar Rangga.“It’s okay. Papa dulu juga terlampau semangat gitu kok waktu baru pertama kali jadi ayah pas Almara lahir hehe,” Hardian kali ini maju untuk membela Rangga karena merasakan kesamaan nasib sebagai ayah.“Tuh kan, berarti gak cuma aku,” saut Rangga.Di tengah kecerian mereka, ponsel Rangga

  • Dia Pemilik Hatiku   81. Ardiandra Rama Adiputra

    “Apa kabar Fi?” tanya Rangga kepada sosok mungil di hadapannya.Fiolina menyempatkan menyeruput minumannya sebelum menjawab pertanyaan basa – basi Rangga. Hari ini, tiga hari setelah sidang pertama kasus penikaman Almara, Rangga dan Fiolina berjanji untuk bertemu di sebuah cafe.“Aku dalam keadaan yang super baik,” jawab Fiolina, “Almara tahu kamu ketemu sama aku?”Rangga mengangguk, “Tahu dong.”“Dia gak masalah kita ketemu berdua? Gak cemburu?”“Aku sempat berpikir kalau dia mungkin bakal ngelarang aku ketemu berdua aja sama kamu, tapi waktu aku minta ijin ternyata dia gak keberatan. Dia bilang, dia yakin kamu orang baik jadi dia gfak khawatir.”Fiolina tertawa ringan, “Itu karena dia gak tahu aja dulu aku cinta banget sama kamu. Kalau dia tahu, dia pasti cemburu dan berpikir kalau aku mungkin berniat merebut kamu dari dia.”“Gak kok. Dia tahu.”“Kamu yang cerita?”“Sedikit detailnya iya. Tapi dia udah tahu sebelum aku cerita?”“Tahu dari mana?”“Hm... itu agak panjang dan kompleks

  • Dia Pemilik Hatiku   80. Kisah Kamila dan Kinanti

    Billy menghilang. Sebagaimana Hardian, Melissa juga tinggal di rumah Ardan dan Sharon karena tak ingin sendirian. Hari – harinya diisi dengan tidur dan menangis. Ardan nyaris putus asa tak tahu harus bagaimana menghibur mamanya gar bangkit dari keterpurukan.Sidang Sharon terus berlanjut. Julio bahkan menghadirkan Frans dan istrinya sebagai saksi. Pengacara itu dengan brilian membalikkan keadaan, membuat Sharon terlepas dari segala tuduhan dan berganti status sebagai saksi.Sidang – sidang selanjutnya berubah menjadi Nayra dan Kinanti yang sudah menjadi terdakwa. Namun Billy masih menjadi buronan.“Mama, gimana kalau kita jalan – jalan? Kita bisa menikmati puncak atau pantai buat refreshing,” bujuk Sharon kepada mama mertuanya.“Yuk Ma, bagus tuh idenya Sharon. Sekalian kita rayain kebebasannya Sharon karena dia udah lepas dari fitnah dan bukan tahanan rumah lagi,” tambah Ardan.Melissa hanya tersenyum dan mengangguk, “Ya udah ayok besok kita jalan – jalan.”“Yey.... gitu dong Ma,” s

  • Dia Pemilik Hatiku   79. Sepotong Memory

    Kinanti bergegas keluar dari mobil begitu Hardian memarkir mobilnya di depan rumah. Sepanjang perjalanan, tak ada satu kata pun yang terucap dari bibir wanita itu sekalipun Hardian berjuta kali meminta penjelasan padanya.Almara dan Rangga yang berhenti tepat di belakang mobil Hardian menyaksikan bagaimana Kinanti keluar dari mobil dan bergegas masuk ke rumah lalu disusul Hardian yang mengikutinya dari belakang.“Ayo,” Rangga meraih tangan Almara untuk turun dari mobil setelah dia membukakan pintu.“Aku takut Rangga,” ucap Almara terbata – bata sembari menghapus air matanya sendiri.“Apa yang kamu takutin? Kan ada aku. Aku akan lindungi kamu. Mama Kinanti gak akan bisa sakitin kamu.”Almara menggeleng, “Bukan itu. Aku takut dengan kenyataan yang akan aku denger nanti. Aku terlalu gak siap.”Rangga berlutut lalu menggenggam tangan Almara, “Tapi ini harus dihadapi. Gak ada gunanya bertahan dalam keindahan tapi semuanya bohong Almara. Seperti...”“Seperti apa?”“Seperti saat dulu kamu pu

  • Dia Pemilik Hatiku   78. Persidangan 4

    Fiolina datang bersama seorang pria muda tampan di sisinya. Dia dengan anggun berjalan ke kursi saksi. Saat melewati Rangga, dia menoleh dan menyempatkan memberikan senyuman kecil untuk lelaki itu.Julio mengernyitkan dahinya menatap Fiolina. Memang langkah wanita itu terlihat tenang dan anggun, tapi Julio merasa pakaian dan dandanannya berlebihan untuk sebuah acara sidang.Julio menghela nafas, tidak mau ambil pusing mengenai hal itu. Bagaimanapun dia paham, Fiolina adalah seorang model internasional, jadi di mana pun dia berada, dia mungkin harus mempertahankan citranya.“Ehem,” deham Julio seperti biasa memulai pertanyaan kepada Fiolina, “Saudari Fiolina, apakah benarFairy Tale Karaoke adalah salah satu bisnis milik keluarga Anda?”“Tidak benar. Fairy Tale adalah milik saya. Keluarga saya tidak memiliki bagian apapun dalam pembangunan dan bisnisnya,” jawab Fiolina dengan santai.“Begitu rupanya. Anda sering ke luar negeri untuk pekerjaan Anda sebagai model, seberapa sering Anda men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status